Menuju Nataru, Proyeksi Arah Suku Bunga The Fed Bayangi Dolar AS

wartaekonomi.co.id
16 jam lalu
Cover Berita
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis terhadap sejumlah mata uang utama pada Jumat (12/12). Hal tersebut didorong oleh prospek pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The The Fed) di 2026.

Dilansir dari Reuters, Senin (15/12), Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,1% ke 98,44. Namun secara bulanan, mata uang tersebut masih mencatatkan pelemahan mingguan ketiga berturut-turut.

Baca Juga: Lebih Praktis, Stablecoin Bisa Jadi Alternatif Investasi Dolar AS?

“Ini kelelahan menjelang akhir pekan. Dolar turun sepanjang pekan dan hampir sepanjang bulan,” kata Kepala Strategi Makro Pasar BNY, Bob Savage.

Menurutnya, pelemahan tersebut sebagian dipicu oleh keputusan bank sentral memangkas suku bunga untuk Desember. Ketua The Fed Jerome Powell di sisi lain dinilai investor kurang hawkish dibandingkan perkiraan, sehingga memperkuat tekanan jual terhadap dolar.

“Itu adalah pemangkasan yang netral,” ujar Savage.

Ia menepis anggapan sebagian pelaku pasar yang menyebut langkah bank sentral sebagai pelonggaran yang cenderung hawkish.

Savage menilai meskipun terdapat perbedaan pandangan di internal bank sentral, tidak tepat menyimpulkan bahwa mereka akan beralih ke arah kenaikan suku bunga seperti yang disinyalkan oleh bank sentral lain seperti Bank Sentral Eropa (ECB) dan Reserve Bank of Australia (RBA).

Ketidakpastian sendiri masih menyelimuti arah kebijakan moneter tahun depan, seiring tren inflasi dan kekuatan pasar tenaga kerja yang belum jelas dari AS.

Pasar saat ini memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga pada tahun depan, berbeda dengan proyeksi pejabat bank sentral yang hanya memperkirakan satu kali pemangkasan pada 2026.

Sejumlah pejabat bank sentral yang menentang pemangkasan suku bunga pada pertemuan terbaru menyatakan kekhawatiran bahwa inflasi masih terlalu tinggi untuk mendukung biaya pinjaman yang lebih rendah, terutama di tengah keterbatasan data terbaru mengenai laju kenaikan harga.

Arah kebijakan moneter ke depan juga akan sangat bergantung pada data ekonomi yang masih tertunda akibat penutupan pemerintah federal dari AS. 

Baca Juga: Dolar Hasil DHE SDA Hanya Boleh Parkir di Himbara Mulai 2026, Ini Kata Purbaya

Pasar juga menyoroti siapa yang akan ditunjuk sebagai ketua selanjutnya dari The Fed. Mereka akan menyoroti bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi kekhawatiran yang berkembang terkait independensi bank sentral di Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Mengapa Gen Z Harus Resah terhadap Krisis Iklim dan Kerusakan Lingkungan?
• 4 jam lalukompas.id
thumb
Resmikan Gereja HKBP Pondok Kelapa, Gubernur DKI: Gereja Ini Proses Izinnya 35 Tahun 
• 22 jam laluidxchannel.com
thumb
Hamawas Beri Diskon 20% di Dua Ruas Jalan Tol Trans Sumatera
• 5 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Bingung Pilih Fun Run 5K atau 10K? Ini Kekurangan dan Kelebihannya
• 17 jam laluviva.co.id
thumb
Indonesia–Prancis Percepat Kerja Sama Budaya, Fokus Museum, Warisan, dan Perfilman
• 6 jam lalutvrinews.com
Berhasil disimpan.