Setelah sukses mengembangkan ekosistem di cabang olahraga (cabor) badminton dan sepak bola wanita, Djarum Foundation mulai melebarkan sayapnya ke cabor lain. Atletik, bela diri, hingga panahan, kini masuk dalam fokus pembinaan yang digarap secara berkelanjutan.
Untuk panahan, langkah itu dimulai sejak Mei lalu melalui rangkaian MilkLife Archery Challenge (MLARC). Turnamen perdana dibuka lewat MLARC Seri 1, berlanjut ke MilkLife Archery Challenge Kejurnas Junior pada Juni, lalu MLARC Seri 2 pada November. Rangkaian tahun ini kemudian ditutup dengan MilkLife Archery Challenge KEJURNAS Antar Club 2025 yang digelar pada 9-19 Desember.
Seluruh turnamen itu dipusatkan di Supersoccer Arena, Kudus, Jawa Tengah. Venue ini perlahan menjadi rumah baru bagi berbagai ajang olahraga di bawah naungan Djarum Foundation.
Skala penyelenggaraan MLARC KEJURNAS Antar Club 2025 pun terbilang masif. Ajang ini diikuti 1.360 atlet dari 116 klub yang datang dari seluruh provinsi di Indonesia. Angka tersebut menjadi sinyal kuat besarnya antusiasme sekaligus potensi pembinaan panahan usia muda di Tanah Air.
Melihat respons dan capaian itu, Djarum Foundation tak berhenti pada level nasional. Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, mengungkapkan ambisi yang lebih besar: membawa Kudus menjadi tuan rumah kejuaraan panahan di level Asia.
"Kita sudah punya Kejurnas Junior, Kejurnas Antar Club. Satu lagi yang akan... Kejuaraan Asia. Asia Junior dulu, deh," ujar Yoppy kepada kumparan di Supersoccer Arena, Sabtu (13/12).
Keinginan tersebut bukan sekadar wacana. Menurut Yoppy, peluang untuk menggelar Kejuaraan Panahan Asia Junior terbuka lebar, apalagi dengan dukungan federasi, Persatuan Panahan Indonesia (Perpani).
"Kita sudah ditawari berkali-kali oleh Perpani Pusat. Mungkin saja. Kejuaraan MilkLife sudah, nanti di bulan Agustus ada Kejuaraan Independence Day, sepak bola wanita delapan negara. Siapa tahu, kan. Tidak menutup kemungkinan. Yang junior dulu, deh. Asia junior dulu," kata Yoppy.
Bangun Ekosistem Lewat MLARCDi balik ambisi menggelar kejuaraan internasional, MLARC sejak awal dirancang sebagai bagian dari pembangunan ekosistem olahraga, khususnya panahan. Djarum Foundation ingin memastikan fasilitas, kompetisi, dan pembinaan berjalan beriringan.
"Ya memang kita sudah merancang ini untuk dipakai semua yang butuh. Dari mulai sepak bola wanita, dari mulai atletik, panahan sudah berkali-kali," ujar Yoppy.
Ia berharap keberadaan turnamen berjenjang seperti MLARC mampu menumbuhkan minat anak-anak muda untuk serius menekuni olahraga. Dari sana, pembinaan jangka panjang diharapkan bisa menghasilkan atlet-atlet berprestasi.
"Harapannya ya itu, makin membuat anak-anak muda antusias untuk berlatih. Harapannya nanti pemenang-pemenang Indonesia bermunculan di tingkat dunia. Sehingga kita bisa memetik hasilnya dengan medali-medali kemenangan di Olimpiade, ASEAN Games, dan lainnya," lanjutnya.
Konsep ekosistem menjadi kunci utama yang terus ditekankan Djarum Foundation. Menurut Yoppy, setiap cabang olahraga membutuhkan fondasi pembinaan yang kuat dan terstruktur sejak usia dini.
"Kita kan selalu mengedepankan ekosistem. Ekosistem setiap cabor harus dibangun dengan baik. Artinya, piramida pembinaan harus bagus. Mulai dari pemassalan," ucap Yoppy.
MLARC KEJURNAS Antar Club, kata Yoppy, merupakan bagian penting dari proses tersebut. Ajang ini membuka ruang bagi sebanyak mungkin atlet muda untuk merasakan atmosfer kompetisi.
"KEJURNAS Antar Club itu adalah salah satu bagian dari pemassalan. Anak-anak muda banyak sekali yang ikut untuk bertanding," jelasnya.
Dari proses itu, seleksi akan berjalan secara alami hingga menemukan talenta terbaik di tiap kelompok usia.
"Sehingga nantinya dari pemasalan itu akan diseleksi, disortir, dipilih the best of the best-nya siapa. Umur 10, umur 12, umur 15, itu akan ada piramida pembinaan," kata Yoppy.
Jika piramida tersebut terbentuk dengan baik, Yoppy meyakini hasilnya akan terlihat dalam jangka panjang.
"Kalau itu sudah terbentuk, kita nanti pasti akan dapat hasilnya. Akan banyak output yang akan muncul di permukaan. Itu yang namanya ekosistem. Kita selalu ngomong itu berkali-kali di mana pun. Semua cabor olahraga butuh itu. Tidak hanya badminton, semua cabor harus seperti itu," tutupnya.





