Jakarta, tvOnenews.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang sepekan terakhir, periode 8–12 Desember 2025, menunjukkan dinamika yang cukup fluktuatif dengan kecenderungan melemah. Meski demikian, kondisi pasar tidak sepenuhnya suram. Di balik tekanan indeks, sejumlah saham justru dinilai masih memiliki peluang menarik, terutama menjelang akhir tahun yang identik dengan fenomena window dressing dan Santa Claus rally.
Sepanjang sepekan, IHSG sempat mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level 8.777. Penguatan tersebut didorong aksi beli bersih investor asing senilai sekitar Rp 892 miliar. Namun setelah menyentuh level tertinggi, IHSG kembali mengalami koreksi seiring aksi ambil untung dan meningkatnya kehati-hatian pelaku pasar.Dari sisi sektoral, tercatat enam sektor mampu bertahan di zona hijau, sementara sektor lainnya mengalami tekanan. Sektor energi menjadi penopang utama IHSG dengan kenaikan 6,49 persen, terutama berkat lonjakan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang melesat lebih dari 54 persen dalam sepekan. Penguatan BUMI dipicu spekulasi pasar terkait peluang masuknya saham tersebut ke indeks MSCI Standard Cap.
Sentimen Global dan Domestik Masih BerpengaruhRetail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, menilai pergerakan IHSG pekan lalu dipengaruhi kombinasi sentimen global dan domestik. Dari global, keputusan Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50–3,75 persen sesuai ekspektasi pasar menjadi sentimen positif, meski terdapat perbedaan pandangan internal dalam hasil voting.
Data ekonomi Amerika Serikat juga turut diperhatikan, termasuk laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTs) yang menunjukkan pembukaan lapangan kerja relatif stabil. Dari dalam negeri, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia pada November 2025 meningkat ke level 124 dari sebelumnya 121,2, mencerminkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi.
Memasuki pekan perdagangan 15–19 Desember 2025, pasar masih akan mencermati sejumlah sentimen penting, seperti rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) AS, inflasi AS, serta keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI). Konsensus pasar memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuannya, dengan potensi pemangkasan baru dilakukan pada awal 2026.


