FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Sikap pemerintah Indonesia yang dianggap enggan menerima bantuan asing dalam penanganan bencana di Sumatra menuai penyesalan dari sejumlah pihak.
Salah satunya Aktivis Kolaborasi Rakyat Jakarta, Andi Sinulingga. Ia menyebut alasan gengsi dan harga diri kerap dijadikan dalih, sementara rakyat di daerah terdampak justru menanggung penderitaan.
Dikatakan Sinulingga, penolakan bantuan asing dengan alasan menjaga martabat bangsa terasa bertolakbelakang jika dibandingkan dengan sikap negara yang tidak ragu menambah utang luar negeri.
“Mau di bantu asing gengsi, ngomong demi harga diri,” kata Sinulingga di X @AndiSinulingga (15/12/2025).
Namun, lanjutnya, narasi harga diri tersebut seolah hilang ketika negara berbicara soal utang.
Sinulingga menyindir pembenaran yang kerap disampaikan dengan membandingkan kondisi Indonesia dengan negara lain.
“Tapi kalau ngutang, bilang kalau negara-negara lain juga banyak hutangnya, gak tahu pergi kemana itu harga diri,” tukasnya.
Keluhan Sinulingga tersebut sontak mendapat tanggapan dari mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Susno Duadji.
Ia mengatakan bahwa persoalan utama bukan semata soal gengsi, melainkan karena status bencana di Sumatra belum ditetapkan sebagai bencana nasional.
“Saya yakin persoalannya bencana Sumatra tidak ditetapkan jadi bencana nasional,” ucap Susno.
Ditegaskan Susno, penetapan status bencana nasional berpotensi membuka fakta-fakta lain yang selama ini tertutup.
Termasuk soal kerusakan lingkungan yang menjadi salah satu penyebab bencana.
“Khawatir akan terbongkar rahasia tentang siapa perisak hutan yang sebenarnya,” tandasnya.
(Muhsin/fajar)
