Kuala Lumpur, tvOnenews.com - Di tengah lanskap Ibu Kota Malaysia yang kian modern, Saloma Kuala Lumpur hadir sebagai ruang jeda yang menyuguhkan makna lebih dalam dari sekadar destinasi kuliner.
Berjarak hanya sekitar 300 meter dari Menara Kembar Petronas (KLCC), tempat ini menawarkan pengalaman yang merangkum budaya, seni, dan cita rasa Malaysia dalam satu bingkai yang hidup dan berkarakter.
Di banyak kota besar dunia, modernisasi mungkin kerap menggeser identitas lokal. Namun demikian, Saloma Kuala Lumpur justru bergerak ke arah sebaliknya, yakni merawat warisan, lalu menampilkannya secara relevan di tengah denyut metropolitan.
Dengan bonus latar KL Tower dan panorama kota yang memesona, Saloma tidak hanya mengundang pengunjung untuk makan, tetapi juga untuk memahami wajah Malaysia yang sesungguhnya.
Penamaan Saloma tentu saja bukan tanpa makna. Nama itu merujuk pada Allahyarhamah Saloma, Biduanita Negara pertama Malaysia sekaligus ikon seni dan budaya era 1950-an.
Sosoknya bukan sekadar penyanyi dan aktris, tetapi simbol keanggunan, keberanian berekspresi, serta identitas seni Malaysia. Spirit itulah yang ingin dihidupkan kembali melalui konsep Saloma Kuala Lumpur hari ini.
- Istimewa
Pamerkan Budaya Malaysia yang Heterogen
Setiap malam, wajah budaya Malaysia yang heterogen dipentaskan secara konsisten dan inklusif. Tarian tradisional Melayu, Cina, India, hingga etnik Borneo disajikan bergiliran, seolah menegaskan bahwa keberagaman adalah jantung identitas negeri jiran tersebut.
Ketika malam kian larut, musik live mengambil alih suasana, menjembatani selera lintas generasi dan latar belakang pengunjung. Dalam konteks ini, Saloma berperan layaknya “duta kecil” budaya Malaysia, tanpa pidato resmi, tanpa seremoni kaku.
Kehadiran pelancong mancanegara, khususnya dari Indonesia, memperkuat peran tersebut. Sejumlah figur publik Indonesia seperti Rossa, Ariel, Samsons, hingga Chakra Khan tercatat pernah singgah.
Sesekali, kemunculan musisi Malaysia papan atas seperti Datuk Seri Siti Nurhaliza juga semakin melegitimasi Saloma sebagai titik temu budaya serumpun yang cair dan bersahabat.
Di atas panggung dan di balik gemerlap lampu kota, kekuatan lain Saloma justru terletak pada dapurnya. Hidangan Melayu autentik seperti nasi lemak, ayam percik, rendang Tok, dan masakan desa berempah menjadi medium diplomasi rasa yang efektif.




