Kemenbud Tegaskan Buku Sejarah Baru Indonesia Ditulis Sesuai Standar Akademik, Bebas Intervensi Politik

liputan6.com
14 jam lalu
Cover Berita

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kebudayaan memastikan pembuatan buku sejarah baru Indonesia melalui proses yang transparan, ilmiah, dan melibatkan panel ahli independen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Proses ini dirancang untuk memastikan kredibilitas akademik yang tinggi sekaligus menjaga jarak dari kepentingan politik praktis.

Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan mengatakan, dalam penyusunan buku ini kementeriannya berperan sebagai fasilitator yang mendukung ide dan gagasan, serta menghadirkan para penulis yang kompeten.

Advertisement

BACA JUGA: 72 Seniman dan 26 Pegawai Kebudayaan Terdampak Banjir Bandang Sumatera, Kemenbud Salurkan Rp1,5 Miliar

“Penentuan arah penulisan, penunjukan penulis, hingga pengawasan substansi sepenuhnya menjadi tanggung jawab editor bidang dan editor umum. Dengan mekanisme ini, kami memastikan buku memenuhi standar akademik dan kualitas ilmiah yang tinggi,” tegasnya, Senin (15/12/2025).

Dia juga menyatakan penerbitan buku sejarah Indonesia merupakan bagian dari instrumen pembentukan karakter dan identitas bangsa.

“Penerbitan buku ini merupakan bagian integral dari upaya pemajuan kebudayaan nasional. Penyusunan buku ini menghasilkan 7.958 halaman dalam 11 jilid,” ujar Restu Gunawan.

Dia menyebut, proses penulisan buku melibatkan ratusan sejarawan dan disupervisi oleh editor umum serta editor jilid yang berasal dari berbagai perguruan tinggi ternama. Mereka bekerja secara independen berdasarkan kaidah historiografi, metodologi ilmiah, serta prinsip keterbukaan terhadap kritik dan masukan publik.

Kredibilitas akademik buku ini diperkuat oleh keterlibatan para editor jilid dari berbagai institusi, antara lain Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, Universitas Diponegoro, Universitas Jember, Universitas Negeri Padang, Universitas Islam Internasional Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta Masyarakat Sejarawan Indonesia. Keberagaman latar belakang editor, kata Restu Gunawan, memastikan tidak adanya dominasi perspektif tunggal dalam penyusunan narasi sejarah.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Cara Mudah Daftar Barcode Pertalite untuk Transaksi BBM
• 7 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Menteri PU Turunkan Armada Air Bersih untuk Korban Bencana di Sumatera
• 3 jam lalutvrinews.com
thumb
Atalia Gugat Cerai Ridwan Kamil, Lisa Mariana Sebut Itu Keputusan Terbaik
• 17 jam laluharianfajar
thumb
Rapat Bareng Prabowo, Bahlil Cerita Penyaluran Elpiji yang Masih Sulit di Sumut & Aceh
• 11 jam lalujpnn.com
thumb
Satgas Pascabencana Sumatra Disiapkan, DPR Minta Kerja Satu Komando
• 24 menit laluidntimes.com
Berhasil disimpan.