Penulis: Fityan
TVRINews – Washington DC
Kecaman Keras Amerika Serikat atas Serangan Meriam Air Kapal China di Perairan Sengketa.
Amerika Serikat secara tegas menyatakan dukungan penuhnya terhadap Filipina, menyusul insiden penembakan meriam air oleh pasukan China terhadap kapal-kapal penangkap ikan sekutu perjanjiannya di Laut China Selatan minggu 14 Desember 2025.
Insiden ini kembali menyoroti sengketa maritim yang tak kunjung usai antara Manila dan Beijing.
Departemen Luar Negeri AS menegaskan bahwa mereka berdiri bersama sekutunya, Filipina, dalam menghadapi tindakan provokatif China.
Tiga Nelayan Terluka Akibat "Ledakan Meriam Air Bertekanan Tinggi"
Penjaga Pantai Filipina (PCG) melaporkan bahwa insiden tersebut terjadi pada hari Jumat di Karang Escoda dikenal juga sebagai Karang Sabina.
Tiga nelayan dilaporkan terluka dan dua kapal penangkap ikan mengalami kerusakan signifikan akibat apa yang disebut PCG sebagai "ledakan meriam air bertekanan tinggi" saat mereka beroperasi secara sah.
Sebaliknya, Penjaga Pantai China (CCG) menuduh kapal-kapal Filipina melakukan "tindakan provokatif" di perairan dekat atol tersebut, yang diklaim China sebagai Xianbin Jiao.
CCG menyatakan telah mengambil "langkah-langkah pengendalian yang diperlukan" untuk mengusir kelompok kapal tersebut setelah peringatan berulang kali diabaikan.
China telah menegaskan klaim kedaulatan yang luas atas Laut China Selatan, merujuk pada apa yang disebutnya "hak historis" meskipun Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada tahun 2016 memutuskan bahwa klaim ini tidak memiliki dasar hukum.
Klaim ini tumpang tindih dengan klaim negara-negara lain, termasuk Filipina, yang merupakan penandatangan perjanjian pertahanan timbal balik dengan AS.
Untuk menegaskan klaim teritorialnya, China mempertahankan kehadiran kuat angkatan laut dan penjaga pantai di wilayah tersebut.
Langkah ini dipandang oleh AS dan sekutunya sebagai upaya untuk secara sepihak mengubah status quo. Sebagai respons, Filipina secara rutin melaksanakan patroli bersama dengan pasukan Amerika dan mitra lainnya.
China Dituduh "Sengaja Memotong Tali Jangkar" Kapal Filipina
Juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Jay Tarriela, merilis rekaman di X yang menunjukkan momen ketika Penjaga Pantai China menargetkan 20 kapal penangkap ikan Filipina dengan meriam air dan melakukan "manuver blokade berbahaya."
Tarriela lebih lanjut menuduh Penjaga Pantai China "sengaja memotong" tali jangkar kapal-kapal penangkap ikan, yang ia gambarkan sebagai "eskalasi yang kurang ajar" yang membahayakan kapal dan awaknya akibat arus kuat dan ombak tinggi.
Sebagai tanggapan, PCG mengerahkan dua kapal respons multiperan di dekat Karang Escoda di Laut Filipina Barat, istilah yang digunakan Filipina untuk menyebut bagian Laut China Selatan yang berada dalam zona ekonomi eksklusifnya.
Juru bicara Penjaga Pantai China, Liu Dejun, mengatakan bahwa kapal-kapal Filipina berlayar di dekat atol "dengan dalih memancing" dan bahwa respons pasukan Beijing di lokasi kejadian sudah sesuai dengan hukum dan aturan yang relevan, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Liu menambahkan, China memiliki "kedaulatan yang tak terbantahkan" atas Nansha Qundao umumnya dikenal sebagai Kepulauan Spratly—termasuk Xianbin Jiao dan perairan di sekitarnya.
Kecaman Keras dari Washington
Amerika Serikat tidak tinggal diam atas insiden ini.
"Kami berdiri bersama sekutu kami, Filipina, saat mereka menghadapi tindakan provokatif dan taktik yang semakin berbahaya dari China terhadap tetangganya, yang merusak stabilitas regional," kata Tommy Pigott, Wakil Juru Bicara Utama Departemen Luar Negeri AS.
Tommy Pigott juga menambahkan kecaman yang lebih spesifik: "Amerika Serikat mengutuk penembakan meriam air dan pemotongan tali jangkar oleh China terhadap nelayan Filipina di dekat Karang Sabina di Laut China Selatan. Tindakan agresif ini membahayakan warga Filipina yang mencari nafkah."
Sementara itu, pihak Filipina menekankan pentingnya perjuangan mereka. Jay Tarriela, juru bicara PCG, mengatakan, "Jika Anda adalah orang Filipina dan sampai sekarang masih belum memahami pentingnya apa yang kita perjuangkan di Laut Filipina Barat, tonton video ini bersama keluarga Anda dan katakan kepada saya jika Anda tidak merasakan kemarahan bagi kita untuk membela nelayan Filipina biasa dan kekayaan laut kita melawan kehadiran ilegal China di WPS!"
China diperkirakan akan memperkuat kehadirannya di perairan sengketa di Laut China Selatan. Masih harus dilihat apakah AS akan segera melakukan patroli bersama dengan Filipina untuk menandakan tekad dan komitmennya dalam mempertahankan sekutunya dari ancaman tersebut.
Di sisi lain, juru bicara Penjaga Pantai China, Liu Dejun, menegaskan, "CCG akan terus melaksanakan operasi perlindungan hak dan penegakan hukum di perairan di bawah yurisdiksi China untuk dengan teguh menjaga kedaulatan teritorial nasional serta hak dan kepentingan maritim."
Editor: Redaksi TVRINews





