Jejak Situ Rawa Besar Depok: Kenangan Warga dan Fasilitas yang Tak Lagi Terkelola

kompas.com
9 jam lalu
Cover Berita

DEPOK, KOMPAS.com – Langkah kaki terdengar berirama di sepanjang tepian Situ Rawa Besar. Dari pagi menjelang siang, jalur setapak di sisi air itu menjadi ruang lalu-lalang warga, menandai situ ini masih menyatu dengan denyut kehidupan sehari-hari masyarakat sekitarnya.

Anak-anak berseragam sekolah berjalan beriringan dengan tas yang diselempangkan seadanya. Sesekali mereka saling menunggu sambil bercakap ringan sebelum melanjutkan langkah.

Tak jauh dari mereka, sejumlah orang dewasa melintas perlahan. Ada yang sekadar lewat, ada pula yang sengaja menyusuri tepi situ untuk menikmati udara terbuka di tengah padatnya permukiman.

Baca juga: Upaya Pemulihan Jembatan Situ 7 Muara dan Kekhawatiran Warga soal Tiang Retak

Permukaan air Situ Rawa Besar membentang tenang. Angin tipis menggerakkan riak-riak kecil, memantulkan warna langit yang pucat di permukaan air.

var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=perahu eretan, indepth, Situ Rawa Besar, Sampah, in depth, pengelolaan situ&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xNi8xMDQ0NTY1MS9qZWphay1zaXR1LXJhd2EtYmVzYXItZGVwb2sta2VuYW5nYW4td2FyZ2EtZGFuLWZhc2lsaXRhcy15YW5nLXRhay1sYWdp&q=Jejak Situ Rawa Besar Depok: Kenangan Warga dan Fasilitas yang Tak Lagi Terkelola§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `
${response.judul}
Artikel Kompas.id
`; document.querySelector('.kompasidRec').innerHTML = htmlString; } else { document.querySelector(".kompasidRec").remove(); } } else { document.querySelector(".kompasidRec").remove(); } } }); xhr.open("GET", endpoint); xhr.send();

Di kejauhan, deretan bangunan dan pepohonan mengitari situ, seolah menjadi bingkai alami yang mengurungnya di tengah kawasan permukiman padat.

Tulisan besar “Situ Rawa Besar” berdiri mencolok di salah satu sudut, dihiasi ornamen merah putih. Penanda itu memberi kesan bahwa tempat ini pernah diharapkan menjadi ruang bersama yang membanggakan.

Namun, semakin dekat ke bibir air, wajah lain situ perlahan terlihat. Di beberapa titik, sampah mengapung dan tersangkut di tepi beton.

Plastik, botol, dan sisa kemasan rumah tangga berkumpul membentuk gumpalan kecil yang bergerak pelan mengikuti arus air. Warna air yang kehijauan membuat situ tampak letih, seolah menanggung beban aktivitas manusia di sekitarnya.

Rumah-rumah warga berdiri rapat di sepanjang tepi situ. Dinding bangunan nyaris bersentuhan langsung dengan air, memperlihatkan betapa dekatnya kehidupan sehari-hari dengan badan situ.

Baca juga: Pengelola Bakal Perbaiki Tiang Retak Jembatan Gantung Situ 7 Muara Depok

Di beberapa sudut, pot-pot tanaman diletakkan di atas tembok pembatas sebagai upaya kecil mempercantik ruang yang ada.

Warung dan bangunan sederhana turut menghadap ke arah situ, menjadikannya bagian dari keseharian warga, bukan sekadar lanskap.

Situ Rawa Besar hidup dalam keseharian yang sederhana. Ia bukan ruang yang gemerlap atau penuh atraksi, melainkan tempat yang digunakan apa adanya. Warga berjalan, anak-anak melintas, air mengalir pelan, dan sampah menepi tanpa suara.

Di sanalah dua wajah itu bertemu—harapan akan ruang terbuka yang nyaman dan kenyataan tentang situ yang masih bergulat dengan persoalan kebersihan serta pengelolaan.

Situ Rawa Besar yang kini sunyi

KOMPAS.com/HAFIZH WAHYU DARMAWAN Orangtua dan anak SD jalan memutari Setu

Bagi warga sekitar, perubahan Situ Rawa Besar terasa nyata. Dari tempat yang dulunya hidup sejak pagi hingga malam, situ ini kini hanya menyisakan jejak-jejak besi dermaga, perahu yang tak lagi berfungsi, serta air yang kerap dipenuhi sampah.

Tak ada lagi suara mesin perahu atau pemandangan keramaian di bentang setu yang dulu akrab di mata warga.

Jeri (46), salah satu warga sekitar, menyebutkan Situ Rawa Besar sudah lama tidak dikelola secara aktif. Aktivitas yang dulu menopang kebutuhan warga satu per satu berhenti tanpa kejelasan kelanjutan.

“Iya enggak jalan, dulu ada mainan bebek-bebekan, Udah lama. Cuma udah ga jalan lama sejak 2020an," kata Jeri saat ditemui di sisi situ, Senin (15/12/2025).

Baca juga: Pohon Tumbang Sebabkan Tiang Jembatan Gantung Situ 7 Muara Depok Retak

Perahu eretan yang pernah jadi nadi warga

Bagi sebagian warga, Situ Rawa Besar bukan hanya tempat rekreasi. Di masa lalu, perahu eretan menjadi sarana penting mobilitas masyarakat.

Anak-anak sekolah, pedagang, hingga warga yang hendak ke pasar menggantungkan perjalanan mereka pada jalur air ini.

Jeri mengingat dengan jelas fungsi situ sebagai penghubung antarwilayah yang memangkas jarak tempuh warga.

“Itu juga dulu ada penyebrang buat masyarakat. Ke sana sebrang, namanya perahu eretan buat berangkat ke sekolah, yang ke pasar, itu dermaganya, besi-besi itu dermaganya," kata Jeri.

Kini, jalur itu tak lagi tersedia. Anak-anak sekolah terpaksa berjalan memutar cukup jauh untuk mencapai tujuan mereka. Situ yang dulu mempercepat langkah, kini justru menjadi penghalang yang harus dihindari.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-for-outstream'); });
.ads-partner-wrap > div { background: transparent; } #div-gpt-ad-Zone_OSM { position: sticky; position: -webkit-sticky; width:100%; height:100%; display:-webkit-box; display:-ms-flexbox; display:flex; -webkit-box-align:center; -ms-flex-align:center; align-items:center; -webkit-box-pack:center; -ms-flex-pack:center; justify-content:center; top: 100px; }
LazyLoadSlot("div-gpt-ad-Zone_OSM", "/31800665/KOMPAS.COM/news", [[300,250], [1,1], [384, 100]], "zone_osm", "zone_osm"); /** Init div-gpt-ad-Zone_OSM **/ function LazyLoadSlot(divGptSlot, adUnitName, sizeSlot, posName, posName_kg){ var observerAds = new IntersectionObserver(function(entires){ entires.forEach(function(entry) { if(entry.intersectionRatio > 0){ showAds(entry.target) } }); }, { threshold: 0 }); observerAds.observe(document.getElementById('wrap_lazy_'+divGptSlot)); function showAds(element){ console.log('show_ads lazy : '+divGptSlot); observerAds.unobserve(element); observerAds.disconnect(); googletag.cmd.push(function() { var slotOsm = googletag.defineSlot(adUnitName, sizeSlot, divGptSlot) .setTargeting('Pos',[posName]) .setTargeting('kg_pos',[posName_kg]) .addService(googletag.pubads()); googletag.display(divGptSlot); googletag.pubads().refresh([slotOsm]); }); } }

“Nah sekarang anak-anak sekolah kalau nyebrang dia muter jalan kaki lumayan 1 kilometer ada, kalau ada perahu kan cepat," kata dia.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pemprov Papua dan Bank Papua Luncurkan Pembayaran Retribusi Digital
• 15 jam lalurepublika.co.id
thumb
Rilis Buku Filsafat Cinta, Werdhi Sutisari: Cinta Bukan Memiliki
• 18 jam lalutabloidbintang.com
thumb
Kisah Basral Graito Skater Peraih Emas SEA Games 2025: Pakai Alat Sederhana, Belajar Otodidak Dari YouTube
• 10 jam lalunarasi.tv
thumb
Kecelakaan Taksi hingga Terbalik di Bekasi, Berawal dari Ban Pecah
• 5 jam laludetik.com
thumb
HUT ke-68 Pertamina, Gandeng 3 Kampus Besar untuk Hijaukan Ratusan Hektare Lahan di Jawa dan Yogyakarta
• 21 jam lalutvonenews.com
Berhasil disimpan.