Pemulihan Kelistrikan Pascabencana di Aceh Bertahap Imbas Tingginya Curah Hujan

viva.co.id
8 jam lalu
Cover Berita

Jakarta, VIVA – Curah hujan yang masih tinggi di Aceh menjadi salah satu faktor yang harus diantisipasi pascabanjir, khususnya pada pemulihan sistem kelistrikan. Sehingga, upaya tersebut harus dilakukan secara bertahap, dengan langkah hati-hati dan sinergi lintas sektor.

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto mengatakan, pada Desember 2025 curah hujan di Aceh terutama di wilayah Tamiang, diperkirakan masih berada pada kisaran 300–400 mm per bulan.

Baca Juga :
Purbaya Sebut Total Pengembalian Anggaran K/L Tak Terserap Naik Jadi Rp 4,5 Triliun
Waspada! 3 Siklon Kepung Indonesia, BMKG Ungkap Dampaknya

"Curah hujan tinggi mengakibatkan pemulihan infrastruktur, terutama sistem kelistrikan, menjadi terhambat. Oleh karena itu, proses pemulihan memang harus dilakukan secara bertahap," kata Guswanto dalam keterangannya, Selasa, 16 Desember 2025.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto
Photo :
  • [Istimewa]

Menurutnya, hujan yang terus terjadi setelah banjir menimbulkan tantangan tersendiri dalam percepatan pemulihan jaringan listrik. Tanah yang masih jenuh air, akses jalan yang belum sepenuhnya pulih, serta kondisi cuaca yang tidak stabil dapat memperlambat mobilisasi petugas dan peralatan ke lokasi terdampak.

"Meski demikian, pihak PLN telah memiliki prosedur penanganan khusus dalam proses pemulihan kelistrikan di daerah bencana," ujarnya.

Berdasarkan data BMKG, secara umum kondisi curah hujan di Aceh pada Desember 2025 diperkirakan masih berada pada kategori hujan intens. Peta prakiraan menunjukkan sebagian besar wilayah Sumatra bagian utara, termasuk Aceh, masih didominasi oleh curah hujan yang relatif tinggi.

Kondisi tersebut menandakan bahwa aktivitas hujan masih berlangsung secara konsisten sepanjang Desember 2025, seiring dengan puncak musim hujan di wilayah barat Indonesia.

Oleh karena itu, Guswanto menekankan pentingnya kewaspadaan semua pihak, baik pemerintah daerah maupun masyarakat.

“Hujan dengan intensitas tinggi dan durasi yang panjang berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi susulan, seperti banjir, genangan, dan tanah longsor," kata Guswanto.

"Risiko ini terutama perlu diwaspadai di wilayah dataran rendah, daerah aliran sungai, serta kawasan perbukitan,” ujarnya.

Baca Juga :
BMKG Modifikasi Cuaca dari Sumatera hingga NTB, Antisipasi Hujan Ekstrem Awal 2026
Banjir dan Longsor Terjang Sembilan Kecamatan di Sukabumi
Purbaya Siap Alihkan Rp 60 Triliun Dana Efisiensi K/L Buat Pemulihan Bencana Sumatera

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pemprov DKI Salurkan Bantuan kepada 121 Pedagang Korban Kebakaran Pasar Kramat Jati
• 11 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Sidang Korupsi Lahan Tol Betung-Tempino, Haji Halim Sampaikan Eksepsi
• 5 jam lalukumparan.com
thumb
Komet Antarbintang 3I/ATLAS Capai Titik Terdekat dengan Bumi, Momen Langka bagi Ilmuwan
• 12 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Zarof Buka-bukaan Soal Aliran Uang Lebih dari Rp 1 Triliun saat Diperiksa KPK
• 15 jam lalukompas.com
thumb
Delpedro Cs Jalani Sidang Perdana di PN Jakarta Pusat Hari Ini
• 16 jam lalukompas.com
Berhasil disimpan.