Pantau - Kepala Badan Narkotika Nasional Suyudi Ario Seto menyerukan agar masyarakat tidak lagi menilai pengguna narkoba secara negatif melalui berbagai stigma buruk yang justru menghambat proses pemulihan.
Suyudi Ario Seto mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap upaya pencegahan dan pemulihan kasus narkoba, seraya menegaskan bahwa persoalan stigma merupakan pekerjaan rumah bersama.
"Jadi ini pekerjaan rumah PR buat kita semua, PR buat saya, bagaimana kita berpikir untuk bisa merehabilitasi, banyak stigma-stigma negatif yang selalu menyasar kepada para pengguna. Yang sesungguhnya para pengguna ini adalah korban yang seharusnya kita kirim mereka, kita ajak mereka untuk sembuh," ungkap Suyudi.
Menurutnya, stigma negatif yang melekat pada pengguna narkoba sangat beragam dan kerap menyulitkan proses pemulihan.
Salah satu stigma yang sering dilekatkan adalah anggapan bahwa pengguna narkoba merupakan musuh masyarakat.
"Tetapi karena stigma-stigma yang negatif yang selalu disebar, diglorifikasi ke masyarakat bahwa pengguna narkoba ini adalah aib, musuh masyarakat, atau masyarakat kelas dua yang harus disingkirkan," ujarnya.
Stigma Dinilai Jadi Strategi Bandar NarkobaSuyudi Ario Seto menilai stigma-stigma negatif tersebut justru dimanfaatkan bandar narkoba untuk menakut-nakuti para pengguna agar enggan menjalani rehabilitasi.
Ia menyebut pola tersebut sebagai strategi jahat yang sengaja dirancang untuk memperluas penyebaran narkoba.
"Inilah pola bandar. Pola jahat mereka untuk sengaja menakuti atau membuat fear, ketakutan orang. Masuk ke rehabilitasi sama saja bagi mereka, penjara. Rehabilitasi adalah tempat penghukuman. Ini sengaja diglorifikasi oleh mereka, supaya apa Supaya orang tidak mau. Supaya barangnya laku terus. Inilah cara atau strategi bandar. Jadi kita jangan terkecoh," tegas Suyudi.
Kepala BNN juga mengungkapkan bahwa sebanyak 1,73 persen atau sekitar 3,3 juta dari total 270 juta penduduk Indonesia telah terpapar narkoba.
Jumlah tersebut dinilai tidak sedikit dan menjadi tantangan besar bagi negara dalam upaya pencegahan dan penanganan narkoba.
Edukasi Jadi Kunci PencegahanMenurut Suyudi, kesulitan dalam pencegahan dan penanganan narkoba dapat diatasi melalui edukasi dan peningkatan literasi masyarakat.
Edukasi dinilai sangat penting terutama bagi anak-anak yang masih bersekolah guna meningkatkan kualitas pencegahan sejak dini.
"BNN Indonesia semangatnya bukan hanya pemberantasan atau penindakan, tetapi justru yang lebih mulia adalah bagaimana kita melakukan upaya pencegahan dari hulunya. Tentunya seperti itu, seperti apa yang kita lakukan hari ini, saya datang ke sini melakukan edukasi dan literasi kepada anak-anak. Semua ini adalah bagian yang sangat penting," pungkasnya.



