Matahari mulai terbenam di Kota Yogyakarta. Terik yang sedari siang terasa membakar kulit tak lagi menyengat.
Meski ini bulan Desember, hujan tak mengguyur Kota Pendidikan hari ini, Selasa (16/12).
Sore yang cerah, udara yang mulai sejuk, dan Jembatan Kewek yang ditutup jadi anugerah bagi bocah-bocah sekitar.
Di balik water barrier -pembatas jalan yang terbuat dari plastik- keceriaan tampak di wajah belasan bocah.
Water barrier jadi penyekat dari Kotabaru menuju Jembatan Kewek.
Jembatan yang berusia 100 tahun itu ditutup sejak 10 Desember lalu oleh Pemkot Yogyakarta karena konstruksinya yang dinilai lemah untuk menopang kendaraan besar.
Bocah-bocah ini berlari, mengejar bola. Bak sebuah pertandingan, permainan semakin seru ketika gol dicetak. Mereka rayakan gol di jalan raya.
Permainan usai ketika Maghrib berkumandang.
Sepak bola, bersepeda, atau bermain apa pun bisa dilakukan. Jembatan peninggalan kolonial Belanda ini jadi ruang bermain dadakan, beberapa hari belakangan.
Salah satu bocah bernama Aldo bertelanjang dada. Keringat mengucur di pipi tembamnya.
"Rumah di bawah (dekat jembatan). Sepedaan sama main bola," kata Aldo.
"(Bermain di sini) karena ditutup tuh (jembatannya)," jelasnya.
Aldo mengangguk, mengamini jembatan ini jadi ruang bermainnya.
Satria, bocah lain bercerita, sebelum jembatan ini ditutup, dia dan teman-temannya bermain di balai. Namun, ia tak bisa bermain sepak bola karena sempit.
"Di balai (sepak bola) nggak boleh. Sempit. (Di sini jembatan) bisa bebas," kata Satria.
"Senang (di sini) bisa main bola," jelas Satria.
Kata Orang Tua
Rina salah seorang warga sekitar juga merasakan kebahagiaan. Melihat anaknya punya ruang bermain baru.
"Ya senang aja anak-anak bisa main di sini. Kapan lagi bisa main di jalan raya lagi. Mumpung ditutup," kata Rina.
Rina mengakui di sekitar jembatan ini perkampungan padat. Lahan untuk anak-anak bermain amat terbatas.
"Saya rasa masih aman sih," katanya.
Fenomena anak-anak bermain di Jembatan Kewek mulai terjadi beberapa hari setelah penutupan. "Mainnya sore, kalau siang nggak main karena panas," bebernya.
Rina mengatakan bahkan beberapa anak-anak bermain hingga malam hari.
"Nanti malam masih. Ada yang sepedaan, ada yang bal-balan," jelasnya.
Rina selalu berpesan kepada anak-anak untuk tetap berhati-hati. Jangan sampai bermain di pinggir jembatan dan jatuh ke sungai.
"Kita semua tetap harus jagain anak-anaknya," katanya.
Tanggapan Warga Yogya
Fatih Firdaus, salah seorang warga Yogya lainnya menilai ini adalah bentuk kreativitas bocah-bocah sekitar.
"Aman karena nggak ada kendaraan yang lalu lalang," kata Fatih.
Fatih sendiri datang ke kewek untuk berburu foto. "Tadi ada mas-mas yang main skateboard juga," jelasnya.
Dia menilai perlu diperbanyak ruang publik di Yogyakarta. "Diperbanyak yang gratis. Ruang terbuka buat nyore begitu," katanya.
Jembatan Dibangun April
Ruang bermain dadakan bagi anak-anak ini setidaknya masih bisa dinikmati beberapa bulan ke depan sebelum jembatan mulai kembali dibangun.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta Umi Akhsanti mengatakan perbaikan akan dilakukan pada April 2026 dengan kebutuhan anggaran Rp 19 miliar.
"Dibangun baru. Dibongkar kita bangun baru. Tapi yang membangun nanti Kementerian PU. APBN," kata Umi pada 10 Desember lalu.
Umi menjelaskan kondisi Jembatan Kewek sudah rusak. Sehingga perlu segera perbaikan. Dipastikan jembatan ini bukan bangunan cagar budaya.
"Fasad kami sedang dalam tahan konsultasi dengan Dinas Kebudayaan. Karena berada di kawasan cagar budaya. Bukan bendanya yang cagar budaya, sehingga semua desain harus mengikuti arahan Dinas Kebudayaan," katanya.





:strip_icc()/kly-media-production/medias/3960161/original/006553800_1647015649-najelaa_shihab_kakak_najwa_shihab-20220308-001-non_fotografer_kly.jpg)