EtIndonesia. Perang Rusia–Ukraina memasuki fase baru yang jauh lebih berbahaya dan presisi tinggi. Dalam rentang waktu hampir bersamaan sepanjang 8 hingga 15 Desember 2024, Ukraina melancarkan serangkaian operasi militer berskala besar yang menghantam jantung kekuatan laut, energi, dan pertahanan udara Rusia—dari Laut Hitam hingga wilayah metropolitan Moskow.
Kapal Selam Rusia Dihancurkan di Novorossiysk
Pada awal pekan kedua Desember, Dinas Keamanan Ukraina (SBU) meningkatkan intensitas operasi maritimnya secara signifikan. Di perairan Novorossiysk, Ukraina menggunakan drone bawah laut untuk menyerang dan melumpuhkan kapal selam Rusia kelas Kilo 636.3 “Warszawianka”—salah satu aset paling senyap milik Angkatan Laut Rusia yang dijuluki “lubang hitam” karena tingkat kebisingannya yang sangat rendah.
Kapal selam ini selama ini menjadi ancaman utama di Laut Hitam karena kemampuannya membawa rudal jelajah Kalibr. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan fatal dan melumpuhkan kapal sepenuhnya. Dalam kondisi sanksi internasional, biaya pembangunan ulang satu unit kapal selam sekelas ini diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS, menjadikannya pukulan strategis dan finansial yang sangat berat bagi Moskow.
Dominasi Rusia di Laut Hitam Runtuh
Serangan ini menandai fase lanjutan dari kemunduran Rusia di Laut Hitam. Upaya awal Moskow memblokade Pelabuhan Odessa dengan kapal andalan Moskva berakhir tragis ketika kapal tersebut tenggelam pada 2022. Rusia kemudian memusatkan operasi di Sevastopol, Krimea, sebelum markas komando kapal selamnya di dekat Rostov-na-Donu dihancurkan Ukraina pada Agustus 2024.
Akibat tekanan beruntun, Rusia terpaksa memindahkan operasi lautnya lebih jauh ke Novorossiysk. Namun, fasilitas ini pun tak luput dari serangan. Drone dan senjata baru Ukraina berulang kali menembus sistem pertahanan Rusia, menghantam pangkalan, depot, dan sistem pertahanan udara. Hancurnya kapal selam Warszawianka dianggap sebagai runtuhnya titik pijak terakhir Rusia di Laut Hitam, sekaligus menjelaskan mengapa Moskow mulai membuka wacana gencatan senjata laut.
Serangan Energi: Minyak, Gas, dan Belerang Jadi Sasaran
Operasi Ukraina tidak berhenti di laut. Pada 11–12 Desember 2024, ladang minyak Filialovsky dan Koshatin diserang berturut-turut. Filialovsky merupakan pilar energi Rusia dengan cadangan sekitar 129 juta ton minyak dan 300 miliar meter kubik gas.
Ukraina kembali menghantam ladang minyak Koshatin untuk ketiga kalinya, melumpuhkan produksi secara signifikan. Dampaknya menjalar hingga kawasan Asia-Pasifik karena gangguan pasokan energi Rusia ke pasar global.
Pada malam 14 Desember 2024, kebakaran besar melanda pabrik pengolahan gas Astrakhan. Satelit NASA merekam kobaran api dan asap tebal dari fasilitas penyimpanan belerang, bahan krusial bagi industri militer Rusia, khususnya dalam produksi bahan peledak. Insiden ini sekali lagi menyingkap celah serius dalam sistem pertahanan Rusia.
Ledakan di Moskow dan Serangan Infrastruktur Listrik
Situasi kian memburuk pada malam 15 Desember 2024, ketika Moskow kembali diguncang ledakan. Sistem pertahanan udara Rusia aktif sepanjang malam menghadapi gelombang serangan keempat. Muncul dugaan Ukraina menggunakan rudal jelajah baru yang dijuluki “Flamingo”, meski klaim ini belum dikonfirmasi secara resmi.
Pemerintah Rusia menyatakan sebagian drone berhasil dicegat, namun kepanikan warga tak terhindarkan. Di sisi lain, Ukraina juga menghantam pembangkit listrik Ruchi di Belgorod menggunakan HIMARS, memicu kebakaran besar. Pembangkit listrik Rostov-2 terpaksa berhenti beroperasi, menyebabkan pemadaman listrik dan gangguan sistem pemanas di tengah musim dingin.
Krimea dan Front Selatan Terus Digempur
Di Krimea dan wilayah selatan, Ukraina secara sistematis menghancurkan sistem pertahanan Rusia. Pada 13–14 Desember, radar S-400 Triumph 96L6 dan Kasta-2E2 dihancurkan. Pada dini hari 15 Desember, drone rudal FP-2 menyerang dua depot minyak di Batumine, memperparah tekanan logistik Rusia.
Perubahan Besar di Medan Tempur Timur
Dalam periode 8–14 Desember 2024, Garda Nasional Ukraina melaporkan telah:
- Menewaskan 555 tentara Rusia
- Melukai 318 personel
- Menangkap 20 tentara
- Menghancurkan puluhan tank, kendaraan lapis baja, dan artileri
- Menembak jatuh 112 drone Rusia hanya dalam satu minggu
Di Kupiansk, pasukan Ukraina mengepung kota dari utara dan selatan, memutus jalur suplai Rusia. Di Ufyansk, serangan udara presisi menghancurkan markas komando garis depan Rusia dan sebuah jembatan vital.
Di Pokrovsk, pertempuran jarak dekat berlangsung sengit, sementara di Siversk, bangunan sekolah yang digunakan Rusia sebagai titik kumpul pasukan dihancurkan oleh bom udara Ukraina. Di Luhansk, gudang amunisi besar meledak selama berjam-jam, dan di Kherson, sistem pertahanan udara 2S6 Tunguska dilumpuhkan.
Rudal Balistik Baru Ukraina Terungkap: Sapsan
Serangkaian serangan presisi tinggi sempat menimbulkan tanda tanya besar: senjata apa yang digunakan Ukraina? Tidak tampak lintasan rudal jelajah, bukan pula serangan drone massal, bahkan alarm pertahanan udara Rusia sering kali tak sempat berbunyi.
Jawaban akhirnya muncul ketika Presiden Volodymyr Zelenskyy pada 9 Desember 2024 mengonfirmasi penggunaan rudal balistik buatan Ukraina “Sapsan”. Uji coba senjata ini telah rampung pada Juni 2024, dan produksi massal kini berjalan.
Menurut analis militer Kostiantyn Kryvolap, Ukraina kemungkinan telah meluncurkan lebih dari 10 hingga hampir 20 unit Sapsan. Klaim Rusia soal intersepsi dinilai meragukan karena efektivitas S-400 terhadap rudal balistik dianggap rendah.
Spesifikasi Utama Sapsan
- Jangkauan: ± 500 km
- Hulu ledak: 500 kg
- Berat total: 3 ton
- Kecepatan: > Mach 5
- Akurasi: 10–20 meter
- Waktu terbang: 5–7 menit
Dibandingkan ATACMS AS dan Iskander Rusia, Sapsan lebih ringan dan jauh lebih mobile. Kendaraan peluncurnya hanya sekitar setengah berat Iskander dan mampu berpindah lokasi dalam 12–15 menit, menjadikannya senjata yang sangat efektif di medan perang modern berisiko tinggi.
Kesimpulan
Rangkaian serangan ini menandai pergeseran besar dalam keseimbangan kekuatan. Ukraina tidak lagi sekadar bertahan, tetapi kini mampu memukul Rusia secara presisi di laut, darat, dan jantung industri militernya. Dengan munculnya Sapsan, medan perang Ukraina memasuki babak baru yang berpotensi mengubah arah konflik secara fundamental.





