GenPI.co - Negosiasi mengenai gencatan senjata di Gaza terus berlanjut, tetapi belum menunjukkan kemajuan berarti di tengah situasi yang dinilai masih sangat rapuh.
Dilansir AFP, Selasa (16/12), perkembangan signifikan terkait rekonstruksi dan pemerintahan pascaperang Gaza masih minim.
Gencatan senjata ini hasil tekanan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengakhiri perang yang dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Sayangnya, stabilitas kesepakatan terus diuji tuduhan pelanggaran dari kedua pihak hampir setiap hari.
Rencana Trump mencakup beberapa tahapan, mulai dari gencatan senjata, penarikan pasukan Israel dan pembentukan pemerintahan baru Gaza, hingga rekonstruksi wilayah yang hancur akibat operasi militer Israel.
Meski seluruh sandera yang masih hidup telah dibebaskan pada 13 Oktober, satu jenazah sandera masih berada di Gaza.
Israel menuntut pemulangan jenazah tersebut sebagai prasyarat dimulainya pembahasan fase kedua melalui mediator internasional, yakni Amerika Serikat, Mesir, Qatar, dan Turki.
Mesir juga berencana menggelar konferensi rekonstruksi Gaza yang fokus pada kebutuhan kemanusiaan, meski tanggal pelaksanaannya belum ditetapkan.
Stagnasi ini dinilai bukan hal mengejutkan, mengingat gencatan senjata sebelumnya sempat runtuh sebelum memasuki fase lanjutan.
Peneliti dari Universitas Tel Aviv Michael Milshtein menilai ketidakjelasan rencana pascaperang menjadi faktor utama kebuntuan.
Dia menyebut Israel belum memiliki gambaran konkret mengenai masa depan Gaza setelah konflik.
Resolusi Dewan Keamanan PBB yang disahkan pada November lalu mendukung rencana Trump, termasuk pembentukan Dewan Perdamaian sebagai pemerintahan transisi Gaza dan pasukan stabilisasi internasional.
Namun, resolusi tersebut tidak menetapkan tenggat waktu yang jelas untuk pelaksanaannya.
Isu pelucutan senjata Hamas menjadi salah satu perdebatan utama.
Israel menuntut Hamas melucuti senjata sepenuhnya, sementara kelompok tersebut menyatakan kesediaannya menyerahkan sebagian persenjataan hanya dalam kerangka proses politik Palestina.
Di sisi lain, sejumlah menteri garis keras dalam pemerintahan Netanyahu menolak rencana Trump, meski Milshtein menilai kendali saat ini berada di tangan Washington.
"Israel telah kehilangan ruang gerak dan daya tawar," ujar Milshtein.
Dia menyebut posisi Netanyahu kini jauh berbeda jika dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.
"Keputusan terkait mitra pasukan internasional, termasuk kemungkinan keterlibatan Turki, sepenuhnya bergantung pada Trump," tuturnya. (*)
Video populer saat ini:




