Bisnis.com, JAKARTA — Badan Gizi Nasional (BGN) meminta agar ahli gizi di setiap dapur Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) dapat memilih bahan baku pangan dengan harga terjangkau dalam menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Wakil Kepala BGN Bidang Komunikasi Publik dan Investigasi Nanik Sudaryati Deyang menilai program MBG dapat menjadi instrumen pengendali harga bahan baku pangan.
Nanik meminta ahli gizi MBG tidak hanya mengandalkan bahan pangan yang sama dan rujukan buku acuan saat pasokan terbatas.
“Ahli Gizi, tolong diperhatikan, ya. Kita punya misi untuk menaikkan harga petani yang jatuh, tolong ini diinfokan supaya tidak terjadi beberapa komoditas melejit tinggi,” kata Nanik dalam keterangan tertulis, Rabu (17/12/2025).
Dia meminta agar para ahli gizi menghitung kandungan gizi bahan baku pangan MBG yang memiliki kemiripan dengan bahan baku pangan di buku acuan.
“Kalau Anda hanya di situ mengukurnya, hanya text book saja, maka akan terjadi kelangkaan produk-produk tadi dan harganya akan melejit,” tuturnya.
Baca Juga
- BGN Targetkan 8.200 SPPG di Daerah 3T, tapi Baru 190 Dapur pada Tahun Ini
- BGN Bangun Sistem Informasi Rp600 Miliar, Penunjukan Langsung ke Peruri
- BGN Libatkan 40.000 UMKM Untuk Pasok Bahan Baku MBG
Menurut Nanik, salah satu misi dari program MBG adalah mengendalikan harga bahan baku pangan di pasaran. Sebab, lanjutnya, jika harga bahan baku pangan tidak dikendalikan maka akan terjadi inflasi.
Dalam catatan Bisnis, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan permintaan terhadap telur ayam ras dan daging ayam ras untuk kebutuhan program MBG menjadi alasan pemicu inflasi kedua komoditas tersebut pada Oktober 2025.
Pada Oktober 2025, terjadi inflasi 0,28% secara bulanan (month-to-month/mtm), yang mana telur dan daging ayam ras memberikan andil masing-masing sebesar 0,04% dan 0,02%. Secara tahunan, inflasi Oktober 2025 sebesar 2,86% (yoy) juga didorong utamanya oleh inflasi komponen harga bergejolak atau volatile goods yang mencapai 6,59% (yoy).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyebut ada berbagai faktor yang melatarbelakangi tingginya inflasi telur dan daging ayam ras. Namun, BPS menduga permintaan dari dapur SPPG yang tinggi turut menyumbang terhadap inflasi kedua komoditas tersebut.
“Salah satunya kenaikan permintaan telur ayam dan daging ayam ras dari SPPG, yang berasal dari pasar, pengecer atau pedagang besar. Ini diduga menjadi salah satu indikasi naiknya permintaan telur dan ayam ras,” kata Pudji pada konferensi pers, Senin (3/11/2025).
Selain itu, inflasi telur dan daging ayam ras turut dipengaruhi oleh peningkatan komponen biaya produksi seperti harga day old chick (DOC), live bird, dan jagung pakan di beberapa wilayah.





