Harga Minyak Dunia Memanas usai Trump Perintahkan Blokade Tanker Venezuela

bisnis.com
1 hari lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia melonjak lebih dari 1% setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan blokade kapal tanker minyak yang dikenai sanksi di Venezuela, memicu peningkatan risiko geopolitik global.

Melansir Reuters pada Kamis (18/12/2025), harga minyak mentah jenis Brent naik 76 sen atau 1,3% ke level US$59,68 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 67 sen atau 1,2% menjadi US$55,94 per barel.

Namun, kenaikan harga minyak tertahan oleh meningkatnya persediaan bahan bakar di Amerika Serikat.

Pada sesi sebelumnya, harga minyak sempat bertahan di dekat level terendah dalam lima tahun terakhir seiring sinyal kemajuan dalam perundingan damai Rusia-Ukraina. Kesepakatan damai berpotensi membuka jalan bagi pelonggaran sanksi Barat terhadap Moskow, sehingga pasokan minyak global kembali bertambah di tengah permintaan yang masih rapuh.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Trump pada Selasa memerintahkan blokade terhadap seluruh kapal tanker minyak yang dikenai sanksi dan keluar-masuk Venezuela. Dia menilai pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro sebagai organisasi teroris asing. Pemerintah Venezuela menolak keras pernyataan tersebut dan menyebutnya sebagai ancaman yang “keji”.

Pernyataan Trump disampaikan sepekan setelah Amerika Serikat menyita sebuah kapal tanker minyak yang terkena sanksi di lepas pantai Venezuela.

Hingga kini, belum jelas berapa banyak kapal yang akan terdampak serta bagaimana AS akan memberlakukan blokade tersebut, termasuk kemungkinan pelibatan Penjaga Pantai AS untuk mencegat kapal-kapal terkait, seperti yang dilakukan pekan lalu. 

Dalam beberapa bulan terakhir, AS juga telah mengerahkan kapal perang ke kawasan tersebut. Sejumlah analis energi meragukan bahwa langkah terbaru Trump akan memberikan dampak signifikan terhadap pasokan minyak global.

“Meski langkah AS dapat memicu volatilitas jangka pendek dan menambah premi risiko terbatas, kebijakan ini tidak cukup untuk memperketat keseimbangan pasar global atau mendorong reli harga minyak secara berkelanjutan,” tulis analis energi Kpler dalam catatannya.

Sebagian besar kapal tanker yang mengangkut minyak Venezuela memang berada di bawah sanksi, tetapi beberapa kapal lain yang mengirimkan minyak mentah negara tersebut melalui Iran dan Rusia belum dikenai sanksi. Selain itu, kapal tanker yang disewa Chevron masih mengangkut minyak mentah Venezuela ke AS berdasarkan izin khusus yang sebelumnya diberikan Washington.

China tercatat sebagai pembeli terbesar minyak mentah Venezuela, dengan kontribusi sekitar 1% terhadap pasokan minyak global.

Ketidakpastian produksi energi Venezuela juga bertambah setelah perusahaan minyak milik negara PDVSA menyatakan mulai kembali beroperasi di sejumlah terminalnya menyusul serangan siber yang sempat melumpuhkan sistem administrasi terpusat perusahaan.

Berdasarkan data pelacakan kapal dan dokumen internal PDVSA, sedikitnya dua kapal tanker yang mengangkut produk turunan minyak, termasuk metanol dan petroleum coke, telah meninggalkan pelabuhan terbesar Venezuela, Jose.

Sejak pertama kali menjatuhkan sanksi energi terhadap Venezuela pada 2019, AS belum menargetkan ekspor produk turunan minyak maupun petrokimia negara tersebut.

Sementara itu, lonjakan persediaan bensin dan distilat di AS turut menahan laju penguatan harga minyak. Data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan, meskipun persediaan minyak mentah turun pada pekan lalu, stok bensin dan distilat justru meningkat melebihi perkiraan analis.

EIA mencatat, persediaan minyak mentah AS turun 1,3 juta barel menjadi 424,4 juta barel pada pekan yang berakhir 12 Desember. Angka tersebut sedikit lebih besar dibandingkan proyeksi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan 1,1 juta barel.

Di sisi lain, stok bensin AS melonjak 4,8 juta barel menjadi 225,6 juta barel, jauh di atas ekspektasi kenaikan 2,1 juta barel. Persediaan distilat, termasuk solar dan minyak pemanas, juga naik 1,7 juta barel menjadi 118,5 juta barel, melampaui perkiraan kenaikan 1,2 juta barel.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
6 Anggota Yanma Disidang Etik terkait Pengeroyokan Matel di Kalibata, 2 Disanksi PTDH
• 20 jam laludisway.id
thumb
Ramalan Karier Zodiak 19 Desember 2025: Paling Beruntung Hari ini Capricorn, Virgo dan Scorpio
• 1 jam lalutvonenews.com
thumb
Link Live Streaming Timnas Futsal Putri Indonesia Vs Vietnam di Final SEA Games 2025, Jam 16.30 WIB
• 19 jam lalukompas.tv
thumb
Fakta Persidangan Ammar Zoni, Ada Kata Lucu
• 17 jam lalujpnn.com
thumb
Pakar Kebencanaan Jelaskan Kondisi Daerah yang Terdampak Bencana Sumatera
• 12 jam lalukompas.tv
Berhasil disimpan.