JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai tanaman tropis dari genus Elaeis, kelapa sawit memiliki sejumlah dampak serius pada lingkungan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Meski berperan sebagai sumber bahan baku energi alternatif biodiesel, kelapa sawit juga nyatanya tidak dapat ditanam di sembarang wilayah karena berpotensi menimbulkan risiko kerusakan lingkungan yang serius.
Direktur Eksekutif Sawit Watch Achmad Surambo mengatakan, saat ini, Papua berada di ambang batas daya dukung ekologis.
Atau, dengan kata lain, minimnya kemampuan lingkungan atau ekosistem dalam menopang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya secara berkelanjutan.
Baca juga: Legislator Sebut Papua Bukan Tanah Kosong, Penanaman Sawit Wajib Dibarengi Kajian Lingkungan Ketat
Kemampuan ini umumnya diukur dengan membandingkan biokapasitas suatu wilayah dengan jejak ekologis yang dihasilkan.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=dampak lingkungan, indepth, konflik agraria, kelapa sawit, hutan hujan tropis, tanaman sawit, tanam sawit di papua, sawit papua&post-url=aHR0cHM6Ly9uYXNpb25hbC5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xOC8xMjE4NDQwMS9tdWRhcmF0LXRhbmFtYW4tc2F3aXQtZGktdGFuYWgtcGFwdWEtZGFyaS1hbmNhbWFuLWVrb2xvZ2ktaGluZ2dhLWtvbmZsaWs=&q=Mudarat Tanaman Sawit di Tanah Papua: Dari Ancaman Ekologi hingga Konflik Sosial§ion=Nasional' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Dengan demikian, penanaman sawit berpotensi memicu bencana ekologis dan konflik sosial berskala luas.
Ia menilai, perluasan perkebunan kelapa sawit bukanlah jawaban atas kebutuhan energi nasional.
Alih-alih memperkuat ketahanan energi, ekspansi sawit justru berpotensi memperparah kerusakan lingkungan melalui deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, serta meningkatnya risiko bencana ekologis seperti banjir dan longsor.
Kerusakan tersebut tidak hanya berdampak pada ekosistem, tetapi juga mengancam sumber penghidupan masyarakat yang bergantung pada hutan dan lahan.
Selain itu, membuka lahan baru untuk sawit bisa memicu konflik agraria, terutama di wilayah yang masih kuat dengan sistem kepemilikan dan pengelolaan lahan berbasis adat.
Perebutan ruang hidup antara korporasi dan masyarakat berpotensi melahirkan kriminalisasi, kekerasan, dan ketidakadilan struktural.
Di saat yang sama, peningkatan kebutuhan sawit untuk energi juga berisiko menggeser fungsi lahan pangan, sehingga memicu krisis pangan dan ketidakstabilan harga bahan kebutuhan pokok.
“Kebun kelapa sawit skala besar di Papua adalah 'jalan pintas' yang berisiko memicu bencana ekologis, konflik agraria, dan krisis pangan,” kata Achmad Surambo, kepada Kompas.com, Kamis (18/12/2025).




