Pembangunan hunian sementara (huntara) bagi warga terdampak bencana di Sumatera Barat (Sumbar) terus dipercepat. Di Kota Padang pembangunan huntara masih dalam tahap penyusunan, meski begitu sebagian warga terdampak sementara ditempatkan di rumah susun Kampung Nelayan, Kelurahan Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tengah.
Pemerintah Kota Padang menyediakan hunian sementara bagi korban terdampak banjir bandang di Kampung Nelayan, Koto Tengah. Terdapat 80 unit rumah berukuran 6x6 meter dengan dua kamar tidur.
Hunian sementara tersebut telah dilengkapi tempat tidur, ruang tamu dengan kursi dan meja, ruang tengah dengan meja makan sederhana, kipas angin, serta dapur yang dilengkapi kompor dan tabung gas. Aliran air sumur juga telah tersedia.
Salah satu yang telah menempati huntara itu ialah Masrizal. Warga asal Guo, Kecamatan Kuranji, itu mengaku nyaman tinggal di sana. Air bersih dan listrik di tempat tinggalnya itu juga lancar.
“Nyaman. Bantuan lancar, cukup. Tidak ada yang kurang, cuma rumah,” katanya dalam bahasa Minang, Kamis (18/12).
Pengungsi banjir lainnya, Reni Suherni, warga Guo Kuning, menyampaikan hal senada. Reni mengaku baru satu hari tinggal di huntara Koto Tengah.
Meski masih terasa asing dan tidak seperti rumahnya yang kini telah hilang tersapu banjir bandang, Reni menyebut tempat tersebut lebih nyaman dibandingkan posko pengungsian.
“Lumayan, airnya bersih. Udah ada bantuan (logistik), udah disediakan,” kata Reni.
Ia berharap pemerintah segera membangun kembali rumahnya, di mana pun lokasinya, tidak harus di tempat tinggal sebelumnya. “Tidak apa-apa, saya siap di mana pun,” ujarnya.
Pembangunan Huntara di Kabupaten Lima Puluh KotaTidak semua warga terdampak bencana sudah bisa menempati huntara. Di beberapa wilayah huntara masih dalam proses pembangunan.
Di Kabupaten Lima Puluh Kota, pelaksanaan pembangunan huntara telah dimulai sejak 15 Desember 2025. Pembangunan dilakukan menggunakan format kopel atau barak sebagai solusi hunian sementara bagi warga terdampak.
“Tahap I telah dimulai sebanyak 60 kepala keluarga, yaitu unit dalam format kopel atau barak. Kapasitas dalam satu kopel atau barak sebanyak lima unit, sehingga target pembangunan tahap awal sebanyak 12 kopel atau barak,” tulis BNPB dalam laporannya.
BNPB mencatat progres fisik pembangunan huntara terus berjalan. Hingga 17 Desember 2025, lahan yang telah dilakukan pembersihan atau clearing mencapai sekitar 4.700 meter persegi, atau sekitar 75 persen dari lahan yang dapat dimatangkan. Selain itu, pekerjaan pemasangan bouplank lantai telah dilakukan pada dua barak, sementara satu barak lainnya tengah memasuki tahap pengecoran lantai dengan progres sekitar 90 persen.
Pembangunan huntara dilakukan oleh personel lintas satuan terdiri dari 40 personel Kodim, 25 personel Yonif 131/Brs, serta 20 personel Zipur. Mereka dikerahkan secara terpadu guna memastikan pekerjaan berjalan sesuai tahapan yang direncanakan.
Pembangunan Huntara di AgamSedangkan di Kabupaten Agam, Pemerintah mempercepat pembangunan huntara di Kecamatan Palembayan. Wilayah tersebut merupakan yang paling parah terdampak banjir dan tanah longsor di Sumbar.
Alat berat sudah mulai meratakan tanah di lokasi huntara. Sejumlah material bangunan juga sudah tiba. Pembangunan melibatkan tentara, personel BNPB, dan personel Kementerian PU.
Huntara untuk warga terdampak bencana di Palembayan akan dibangun di lapangan bola SDN 05 Kayu Pasak. Rencananya akan dibangun sebanyak 133 unit huntara dengan lahan yang disiapkan seluas 6.000 meter.
“Direncanakan (huntara yang dibangun) berformat kopel atau barak, dengan masing-masing kopel terdiri dari dua unit. Saat ini proses pematangan jalan,” demikian laporan BNPB, dikutip Kamis (18/12).
BPBD Agam mencatat kebutuhan huntara di 16 kecamatan terdampak di Agam sebanyak 525 unit. Huntara itu diperuntukkan korban yang rumahnya rusak berat atau tidak mungkin lagi dihuni.



