Dua Unit Tiba di Proyek HPAL PT Vale di Pomalaa, Apa Itu Autoclave?

fajar.co.id
21 jam lalu
Cover Berita

FAJAR.CO.ID, SULTRA — PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) menerima dua unit autoclave pertama untuk Proyek High-Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa, bagian dari Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa. Menandai kesiapan operasional fasilitas pengolahan nikel berteknologi tinggi di Indonesia.

Apa itu autoclave?

Autoclave dalam pertambangan nikel adalah sebuah reaktor tekan berukuran besar yang digunakan dalam proses HPAL.

Teknologi ini memanfaatkan suhu sangat tinggi dan tekanan ekstrem untuk mengekstraksi nikel dan kobalt dari bijih laterit kadar rendah—jenis bijih yang tidak ekonomis jika diproses melalui metode pirometalurgi biasa.

Autoclave menjadi inti dari proses tersebut karena ia memungkinkan reaksi kimia berlangsung cepat dan efisien dalam kondisi terkendali.

Pada proses HPAL, bijih laterit yang sudah dihancurkan dicampur dengan larutan asam sulfat. Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam autoclave.

Di dalamnya, tekanan bisa mencapai puluhan atmosfer dan temperatur bisa lebih dari 240°C. Kondisi ekstrem ini membuat logam yang terperangkap dalam mineral laterit larut dan terpisah dari unsur-unsur lainnya.

Autoclave memastikan reaksi berlangsung stabil tanpa kebocoran atau kontaminasi lingkungan.

Keberadaan autoclave memungkinkan perusahaan tambang memanfaatkan cadangan laterit rendah magnesium yang sebelumnya sulit diekstraksi. Secara ekonomi, hal ini meningkatkan nilai bijih laterit yang melimpah di Indonesia.

Teknologi ini juga memberi alternatif selain peleburan tradisional, yang sangat intensif energi. Karena itu, autoclave makin populer pada proyek HPAL untuk menghasilkan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Selain itu, desain autoclave harus menggunakan material khusus seperti baja tahan karat atau paduan nikel karena kondisi suhu dan tekanan ekstrem serta sifat korosif asam. Sistem kontrol tekanan dan temperatur juga wajib presisi untuk memastikan keselamatan operasional.

Dengan demikian, autoclave merupakan instalasi industri berteknologi tinggi dan sangat mahal dalam pembangunan serta pemeliharaannya.

Dalam konteks produksi, autoclave membuat proses ekstraksi lebih cepat dibanding pelindian tekanan rendah. Waktu retensi di dalam autoclave bisa dikontrol untuk meningkatkan recovery nikel dan kobalt.

Namun, proses ini juga menghasilkan residu yang harus ditangani dengan sistem pengelolaan tailing yang ketat agar tidak mencemari lingkungan.
Salah satu tantangan utama penggunaan autoclave adalah biaya modal dan energi yang tinggi.

Selain itu, gangguan operasional seperti scaling dan korosi dapat mengurangi efisiensi. Karena itu, perusahaan tambang harus memiliki keahlian teknis dan sistem pemeliharaan yang baik agar autoclave dapat dioperasikan dalam jangka panjang.

Untuk Indonesia, teknologi autoclave dalam HPAL menjadi penting karena negara ini memiliki cadangan bijih laterit besar dan menjadi bagian rantai pasok global baterai kendaraan listrik.

Dengan autoclave, bijih kadar rendah bisa diolah menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP) atau mixed sulfide precipitate (MSP), bahan baku industri baterai.
(Adv/Fajar)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Gempa Terkini Guncang Tapanuli Utara, Cek Magnitudonya!
• 15 jam lalurctiplus.com
thumb
LPSK Catat Permohonan Restitusi Korban Kekerasan Seksual Anak Terus Naik hingga 2025
• 16 jam laluliputan6.com
thumb
BNPB Gaspol Perbaikan Jembatan di Aceh Demi Lancarkan Logistik
• 13 jam lalugenpi.co
thumb
Jawaban Menohok Polisi ke Roy Suryo Cs Kalau Keberatan Jadi Tersangka
• 6 jam laluviva.co.id
thumb
Kolaborasi Jadi Kunci RS Ini Bertahan 13 Tahun di Industri Kesehatan
• 6 jam lalumediaindonesia.com
Berhasil disimpan.