Karier Naik Turun Elkan Baggott Harus Mulai Pikirkan Tantangan di Tanah Air: Persib Bandung Jadi Pintu Masuk

harianfajar
21 jam lalu
Cover Berita

FAJAR, JAKARTA — Karier Elkan Baggott seperti berjalan di jalur yang berliku. Bek jangkung yang sempat dipuja sebagai simbol masa depan Timnas Indonesia itu kini berada di persimpangan penting. Dulu menolak panggilan tim nasional di momen krusial, kini justru terjebak dalam stagnasi bersama Ipswich Town. Sepak bola, sekali lagi, menunjukkan wajahnya yang tanpa kompromi.

Nama Elkan Baggott kembali menjadi perbincangan publik. Bukan karena debut gemilang atau transfer besar, melainkan karena ironi. Saat banyak pemain seusianya mulai mapan di level senior, Elkan justru lebih sering tampil bersama Ipswich Town U-21, meski usianya sudah melewati batas ideal kelompok tersebut.

Elkan lahir pada 23 Oktober 2002. Artinya, ia bukan lagi talenta belia yang diberi kelonggaran waktu. Di usia 22–23 tahun, seorang bek tengah idealnya sudah mulai mendapatkan menit bermain reguler di tim utama, terlebih di kompetisi sekelas Liga 2 Inggris.

Namun realitas berkata lain. Sepanjang musim ini, Elkan belum sekali pun mencatatkan menit bersama tim senior Ipswich Town. Seluruh penampilannya—empat laga—datang dari level U-21. Sebuah kondisi yang menimbulkan pertanyaan besar tentang arah kariernya.

Ironisnya, performa Elkan di level tersebut tidak buruk. Ia tampil penuh 90 menit dalam tiga laga Premier League 2 dan selalu membawa kemenangan. Ipswich Town U-21 sukses menumbangkan Leeds United 3-2, Brighton 3-1, dan Newcastle United 1-0. Secara statistik, kontribusinya solid.

Namun sepak bola profesional tak hanya bicara performa. Ia juga soal momentum, kepercayaan pelatih, dan keberanian mengambil keputusan karier.

Bayang-bayang Keputusan Masa Lalu

Perjalanan Elkan bersama Timnas Indonesia pun penuh dinamika. Pada Juni 2021, ia menolak panggilan timnas senior untuk laga krusial Kualifikasi Piala Dunia 2022. Keputusan itu sempat melukai perasaan publik.

Meski kemudian kembali membela Merah Putih sejak November 2021 hingga Januari 2024, memori kolektif suporter tak mudah dilupakan. Puncaknya terjadi jelang playoff Olimpiade Paris 2024 bersama Timnas U-23. Elkan kembali memilih absen. Sebuah keputusan besar, di panggung besar.

Narasi itu berulang pada 2025. Patrick Kluivert membuka peluang memanggil Elkan untuk laga melawan Australia dan Bahrain. Lagi-lagi, kesempatan itu tak diambil. Elkan memilih fokus pada klubnya saat itu, Blackpool FC.

Kini, ketika karier klubnya justru stagnan, publik kembali bertanya: apakah Elkan terlalu lama bertahan pada jalur yang tak kunjung membawanya naik kelas?

Ipswich Town dan Jalan yang Buntu

Secara kontrak, Elkan masih terikat hingga 30 Juni 2028 bersama Ipswich Town. Nilai pasarnya berada di kisaran Rp3,48 miliar—angka yang menunjukkan ia masih dipandang sebagai aset potensial.

Namun kontrak panjang tak selalu sejalan dengan perkembangan karier. Ketatnya persaingan di lini belakang Ipswich membuat Elkan sulit menembus skuad utama. Turun bermain di U-21 menjadi solusi jangka pendek, tetapi bukan jawaban jangka panjang.

Jika situasi ini terus berlanjut, Elkan berisiko masuk ke fase karier yang berbahaya: usia matang tanpa pengalaman senior yang memadai.

Saatnya Melirik Tanah Air?

Dalam konteks inilah wacana kembali ke Indonesia menjadi relevan—bukan sebagai langkah mundur, melainkan strategi restart karier.

Liga Indonesia kini jauh berbeda dibanding beberapa tahun lalu. Klub-klub besar menawarkan eksposur tinggi, menit bermain reguler, dan tekanan kompetitif yang nyata. Untuk seorang bek seperti Elkan, faktor bermain setiap pekan jauh lebih berharga daripada sekadar berada di bangku cadangan klub Eropa.

Nama Persib Bandung kerap disebut sebagai pintu masuk paling logis. Klub dengan basis suporter masif, ambisi juara, dan eksposur nasional maupun Asia. Bermain di Persib berarti Elkan akan kembali berada di pusat perhatian—baik publik maupun pelatih tim nasional.

Secara teknis, Persib juga cocok. Elkan adalah bek kidal dengan postur 196 sentimeter—profil yang langka di sepak bola Indonesia. Dalam sistem permainan modern, bek dengan keunggulan duel udara dan build-up kaki kiri adalah aset strategis.

Lebih dari Sekadar Sepak Bola

Kepulangan ke Indonesia juga bisa menjadi proses rekonsiliasi emosional. Elkan lahir di Bangkok dari ibu Indonesia dan ayah Inggris, lalu resmi menjadi WNI pada 9 November 2021. Keputusannya membela Indonesia sempat membuatnya dicintai, sebelum hubungan itu naik turun akibat berbagai pilihan karier.

Dengan tampil reguler di Liga Indonesia dan membuka kembali pintu komunikasi dengan publik, Elkan berpeluang menulis ulang narasi tentang dirinya.

Persimpangan yang Menentukan

Karier Elkan Baggott belum selesai. Usianya masih memberi ruang untuk bangkit. Namun waktu tak akan menunggu. Setiap musim tanpa menit bermain senior adalah musim yang hilang.

Pilihan kini ada di tangannya: bertahan pada jalur Eropa yang belum tentu membuka pintu, atau mengambil tantangan di Tanah Air demi membangun ulang fondasi karier.

Jika sejarah sepak bola mengajarkan satu hal, itu adalah bahwa keberanian mengambil langkah berbeda sering kali menjadi awal kebangkitan. Bagi Elkan Baggott, mungkin saatnya pulang—bukan untuk mundur, tetapi untuk melompat lebih jauh.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kebiasaan Orang Dewasa yang Jarang Dipuji Orang Tua saat Kecil Menurut Psikolog
• 1 jam lalubeautynesia.id
thumb
Kadin Wanti-wanti Dampak PP Pengupahan, Industri Manufaktur 2026 Bisa Terancam Melambat?
• 17 jam lalutvonenews.com
thumb
Viral Senandung “Ya Allah Lindungi Bilqis” Ciptaan Ayu Ting Ting, Begini Cerita di Baliknya
• 4 jam lalutvonenews.com
thumb
Ketika Logika Digunakan untuk Menghindari Manusia
• 7 jam lalukumparan.com
thumb
Nikita Mirzani Ajukan Kasasi Usai Divonis 6 Tahun, Pihak Reza Gladys Singgung Bahaya: Ketok Aja 10 Tahun
• 2 jam lalugrid.id
Berhasil disimpan.