Berkendara di jalan tol menuntut disiplin ekstra. Kecepatan tinggi membuat setiap manuver harus diperhitungkan dengan cermat. Namun, masih banyak pengemudi yang melakukan kesalahan kecil dan bisa berakibat besar pada keselamatan.
Kesalahan pertama yang kerap ditemukan adalah berpindah lajur tanpa menyalakan lampu sein. Tanpa lampu sein, pengemudi lain tidak bisa memprediksi gerakan di depannya dan bisa menyebabkan pengereman mendadak yang berakibat pada tabrakan beruntun.
Lampu sein bukanlah sekadar formalitas. Lampu ini menjadi sinyal komunikasi bagi pengemudi lain supaya dapat memahami situasi di depannya, seperti tanda bahaya, kode untuk menyalip, atau tanda untuk terus berkendara di suatu lajur.
Adapun, pengemudi sering lupa menyalakan lampu sein. Ketika jalan tol sedikit lengang, pengemudi langsung berpindah jalur, terutama yang mengemudikan mobil berdimensi mini. Meski jarak jauh, lampu sein harus dinyalakan dan berikan jeda sekitar 2 detik sebelum pindah jalur.
Kesalahan kedua adalah menjadi lane hogger, istilah bagi pengemudi yang terlalu lama berada di lajur tiga. Fenomena ini belakangan banyak dibicarakan di media sosial. Banyak pengemudi tetap melaju di lajur tiga (kanan) meski tidak sedang menyalip.
Padahal, aturan penggunaan lajur di jalan tol sudah jelas. Lajur kanan hanya dipakai untuk menyalip, lalu setelahnya pengemudi wajib kembali ke lajur dua (tengah) untuk lanjut berkendara. Sementara itu, lajur satu (kiri) disediakan khusus bagi kendaraan berat atau yang melaju lebih lambat.
Fenomena lane hogger ini membuat arus lalu lintas terganggu. Lebih parah lagi, pengemudi lain bisa tergoda untuk menyalip dari bahu jalan. Potensi kecelakaan pun jadi makin besar sebab di bahu jalan biasanya terdapat kendaraan yang berhenti akibat situasi genting.
Kesalahan umum ketiga, yakni melintasi marka chevron. Marka berupa garis serong putih ini biasanya terlihat di pintu keluar tol, area persimpangan, atau titik pertemuan jalur. Chevron merupakan area yang harus dihindari pengemudi.
Namun, masih banyak pengemudi yang nyelonong masuk lajur dengan menerobos chevron. Perilaku ini jelas berbahaya, sebab area tersebut bukan jalur berkendara. Manuver mendadak di area chevron bisa membuat kendaraan di belakang kehilangan waktu reaksi dan memicu tabrakan.
Fungsi utamanya untuk mengatur lalu lintas agar kendaraan tetap berada di jalurnya, sekaligus memberi zona aman antara kendaraan. Chevron juga menjadi panduan saat masuk dan keluar tol agar tak ada kendaraan yang menyerobot, juga membantu menjaga keselamatan dengan mengurangi risiko tabrakan.
Berpindah lajur tanpa sein, menjadi lane hogger, sampai menerobos marka chevron, semuanya berpotensi menimbulkan kecelakaan serius. Disiplin dalam mematuhi aturan sederhana menjadi kunci utama menjaga keselamatan bersama di jalan tol.




