Popularitas drama Korea atau drakor tak hanya memengaruhi gaya berpakaian dan bahasa, tetapi juga selera makan penontonnya. Kimchi merupakan hidangan yang hampir selalu ada di meja makan para tokoh drakor dan menjadi salah satu makanan asal Korea paling populer.
Kimchi dibuat dari sayuran, yakni sawi putih atau lobak yang difermentasi dengan bumbu pedas seperti bubuk cabai, bawang putih, jahe, dan kecap ikan sehingga menghasilkan rasa asam, asin, gurih, dan pedas. Kimchi kerap dijadikan lauk pendamping untuk berbagai hidangan Korea seperti nasi, mi, sup, atau bahkan topping makanan lain.
Kimchi memiliki dua efek sekaligus yaitu mengaktifkan sel pertahanan tubuh dan menekan respons imun yang berlebihan.
Di balik citranya sebagai ikon kuliner Korea, kimchi ternyata menyimpan beragam manfaat kesehatan. Hasil studi terbaru dari The World Institute of Kimchi menunjukkan bahwa makanan tradisional Korea ini dapat membantu memperkuat fungsi sel imun sekaligus menjaga keseimbangan sistem kekebalan tubuh.
Para ilmuwan menemukan bahwa mengonsumsi kimchi secara rutin membantu tubuh melawan berbagai ancaman tanpa memicu respons imun yang berlebihan. Temuan ini memperkuat bukti ilmiah bahwa kimchi memang makanan yang menyehatkan.
The World Institute of Kimchi, lembaga riset yang didanai pemerintah Korea Selatan di bawah Kementerian Sains dan Teknologi Informasi, mempublikasikan studi tersebut di NPJ Science of Food, November 2025. Para peneliti menyebut ini merupakan studi pertama di dunia yang mengidentifikasi efek kimchi terkait imun pada tingkat sel tunggal.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kimchi bersifat imunomodulator, yakni mampu meredam respons imun yang berlebihan sekaligus memperkuat fungsi kekebalan yang melindungi tubuh. Jadi, mengonsumsi kimchi bermanfaat tidak hanya untuk meningkatkan metabolisme tetapi juga kesehatan imun.
Woo Jae Lee dari World Institute of Kimchi yang memimpin penelitian tersebut mengatakan, studi ini untuk pertama kalinya membuktikan kimchi memiliki dua efek sekaligus yaitu mengaktifkan sel pertahanan tubuh dan menekan respons imun yang berlebihan.
"Kami berencana untuk memperluas penelitian internasional tentang kimchi dan bakteri asam laktat dalam kaitannya dengan kesehatan imun dan metabolisme di masa mendatang,” ujarnya seperti dikutip dari Science Daily, Sabtu (20/12/2025).
Dalam studi ini, para peneliti juga menemukan adanya perbedaan efek berdasarkan metode fermentasi kimchi. Baik kimchi yang difermentasi secara alami maupun yang difermentasi dengan kultur starter sama-sama membantu menjaga keseimbangan sistem imun.
Meksi demikian, kimchi yang difermentasi dengan starter menunjukkan dampak yang lebih kuat. Efek tersebut terlihat dari meningkatnya kemampuan sel imun dalam mengenali antigen serta berkurangnya sinyal kekebalan yang tidak diperlukan.
Uji klinis dalam studi ini melibatkan orang dewasa dengan kelebihan berat badan yang dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing berjumlah 13 orang. Selama 12 minggu, para peserta mengonsumsi plasebo, bubuk kimchi dari kimchi yang difermentasi secara alami, atau bubuk kimchi yang dibuat menggunakan metode fermentasi dengan kultur starter.
Pada akhir masa intervensi, peneliti mengumpulkan sel mononuklear darah tepi (PBMC) dan menganalisisnya dengan teknik analisis transkriptomik sel tunggal (scRNA-seq). Metode ini memungkinkan peneliti memantau perubahan aktivitas gen pada setiap sel imun secara rinci sehingga dapat menangkap perubahan sistem kekebalan yang sering tidak terdeteksi.
Hasil uji klinis menunjukkan, peserta yang mengonsumsi kimchi mengalami peningkatan aktivitas sel penyaji antigen (APC). Sel ini berperan penting dalam mengenali bakteri dan virus sekaligus mengirimkan sinyal kepada sel imun lain untuk merespons ancaman.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa sel T CD4+ berkembang secara seimbang menjadi tipe pelindung dan pengatur. Temuan ini menegaskan bahwa kimchi tidak sekadar mengaktifkan sistem kekebalan, tetapi juga memperkuat pertahanan tubuh saat diperlukan sekaligus mencegah respons imun yang berlebihan atau tidak perlu.
Para peneliti berharap, temuan ini akan mendukung aplikasi di masa depan, mulai dari pengembangan makanan fungsional untuk kesehatan hingga peningkatan efektivitas vaksin dan pengurangan risiko penyakit yang berkaitan dengan sistem imun.
Sementara itu, penelitian terdahulu tentang kimchi oleh Michelle Zabat dari Universitas Brown, Amerika Serikat, dan rekan-rekan yang diterbitkan dalam jurnal Food Microbiology juga menemukan bahwa kimchi yang dibuat tanpa produk ikan memiliki jenis bakteri yang sama dengan kimchi yang lebih tradisional dibuat.
Temuan itu menunjukkan bahwa manfaat ”probiotik” apa pun yang terkait dengan kimchi tradisional juga dapat hadir dalam versi vegetarian atau vegan.
”Dalam kimchi vegan, produsen menukar miso, pasta kedelai yang difermentasi, sebagai pengganti komponen makanan laut. Kami ingin tahu apa efek dari penukaran itu dalam hal komunitas mikroba yang diproduksi selama fermentasi,” kata Zabat.




