Sejalan dengan komitmen tersebut, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai Subholding Gas Pertamina, fokus meningkatkan efisiensi rantai pasok melalui integrasi infrastruktur gas bumi.
Langkah ini dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi masyarakat. Gas bumi dinilai memiliki peran strategis dalam menjaga ketahanan energi nasional sekaligus menjadi jembatan menuju target Net Zero Emission 2060.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menyampaikan, perjalanan menuju energi terbarukan membutuhkan upaya yang konsisten, termasuk pengurangan ketergantungan terhadap batu bara dan peningkatan pemanfaatan gas bumi.
“Penurunan konsumsi batu bara mendorong meningkatnya ketergantungan terhadap gas bumi sebagai energi perantara. Hal ini menjadikan gas bumi primadona, baik untuk pembangkit listrik, sektor industri, maupun sebagai bahan baku,” ujar Laode dalam Indonesia Energy Outlook 2026 dikutip Sabtu, 20 November 2025.
Baca juga: PGN Siagakan Satgas Nataru 2025, Pastikan Pelayanan Terbaik Penyaluran Gas Bumi Strategi transisi energi PGN melalui G-A-S Sejalan dengan arah kebijakan pemerintah, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Hery Murahmanta, menjelaskan bahwa PGN menjalankan strategi transisi energi melalui tiga pilar utama G-A-S (Grow, Adapt, Step-Out).
Pilar Grow difokuskan pada penguatan infrastruktur gas bumi, meliputi jaringan transmisi dan distribusi, fasilitas regasifikasi, serta pengembangan jaringan gas rumah tangga (jargas).
Pilar Adapt diarahkan pada pengembangan bisnis LNG trading dan bunkering, serta infrastruktur upstream LNG domestik guna menghadirkan total solutions energy services. Sementara pilar Step-Out merupakan upaya hilirisasi gas bumi ke sektor petrokimia maupun green energy melalui biomethane dan bisnis transportasi karbon.
“PGN saat ini mengelola 95 persen infrastruktur hilir gas bumi nasional yang melayani kebutuhan energi di 17 provinsi dan 74 kabupaten/kota. Ke depan, kami berharap kehadiran PGN dapat semakin merata di seluruh wilayah Indonesia. Untuk merealisasikannya, diperlukan dukungan penuh dan kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan,” ujar Hery. Tantangan pengelolaan gas bumi nasional Hery mengungkapkan bahwa pengelolaan gas bumi nasional menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari lokasi sumber pasokan yang jauh dari pusat konsumsi, pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan, hingga tantangan keekonomian dalam pengembangan infrastruktur.
Kondisi tersebut mendorong perlunya penguatan dan integrasi infrastruktur gas bumi sebagai solusi untuk menjembatani keseimbangan antara pasokan dan permintaan energi nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)




/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fphoto%2Fori%2F2025%2F12%2F16%2Fdad647d2-fc92-4a58-94b9-6ce99f854747.jpg)
