Untuk Memperingati Hari Ibu 22 Desember
Di balik dinamika organisasi perempuan di lingkungan kampus, nama Galih Kanestri Dewi Pramujati, biasa dipanggil Dewi Pramujati hadir sebagai sosok yang tenang, hangat, namun penuh determinasi. Perempuan berusia 44 tahun ini dipercaya memimpin Dharma Wanita Persatuan (DWP) ITS—sebuah organisasi pendamping aparatur sipil negara—seraya menjalankan perannya sebagai istri Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Bambang Pramujati dan CEO di Beyond Indonesia. Di tengah banyaknya peran yang ia emban, Dewi memilih satu panduan yang terus ia genggam: menjalankan segala amanah dengan hormat, syukur, dan cinta.
Motivasi Sederhana yang Menggerakkan
Ketika ditanya tentang motivasinya terjun dalam organisasi sosial, jawabannya mengalir tanpa basa-basi: “Saya hanya ingin memberi manfaat.” Bagi Dewi, DWP adalah ruang untuk berbuat baik—menguatkan perempuan, mendukung keluarga para staff, dan menghadirkan iklim sosial yang sehat di lingkungan akademik. Ia percaya bahwa kerja yang dilakukan dengan ketulusan akan selalu menemukan jalan untuk memberi dampak positif.
Dalam visinya, DWP ITS harus tumbuh sebagai organisasi yang kuat, mandiri, dan benar-benar memberi manfaat bagi anggotanya maupun masyarakat sekitar kampus. Empat misi utama yang diemban—mulai dari pengembangan sumber daya manusia hingga kolaborasi multipihak—menjadi kompas dalam setiap langkahnya.
Kepemimpinan yang Apresiatif dan Partisipatif
Gaya kepemimpinan Dewi dapat dirangkum dalam satu kata: kolaboratif. Ia memahami bahwa para pengurus DWP adalah relawan, hadir karena kepedulian, bukan kewajiban. Maka sebagai ketua, ia memilih memimpin dengan apresiasi, membuka ruang dialog, dan memastikan setiap suara dihargai.
Tantangan terbesar justru terletak pada keberagaman karakter dan kesibukan para pengurus. Namun ia memilih jalan komunikasi terbuka, fleksibilitas, dan budaya saling memahami. “Fondasi organisasi adalah hubungan yang baik,” ujarnya kepada The Epoch Times. Ketika kepercayaan tumbuh, kerja apa pun menjadi lebih ringan.
Program yang Membumi dan Berdampak Nyata
Selama memimpin, ia merasa bangga pada program-program yang langsung menyentuh kebutuhan anggota. Dari pemeriksaan kesehatan gratis—termasuk layanan kanker dengan peserta hingga 420 yang meraih rekor MURI—hingga penguatan peran orang tua dan dukungan kepada UMKM istri para staff.
Ada pula ratusan bahkan ribuan kegiatan sosial lain: pembagian lebih dari 3.000 paket nasi sehat untuk mahasiswa, donor darah berkala, pengajian bulanan, festival seni, hingga kegiatan “Blessing Month” yang menyapa ibu-ibu pensiunan, janda, dan penyintas kanker. Semua program itu, baginya, adalah ruang bagi perempuan untuk berkembang dan saling menguatkan.
Mengukur keberhasilan organisasi bagi Dewi tidak melulu soal angka. Yang lebih bermakna adalah kalimat sederhana dari anggota: “Terima kasih Bu, kami merasa diperhatikan.”
Momen Mengharukan yang Meneguhkan Langkah
Dari sekian banyak aktivitas, ada satu momen yang paling membekas di hatinya: kunjungan kepada anggota yang sedang sakit. Melihat keluarga yang merasa terangkat beban emosinya hanya karena kehadiran mereka membuat Dewi sadar bahwa inti dari sebuah organisasi bukanlah program megah, melainkan sentuhan kemanusiaan. “Hal kecil bisa jadi kekuatan besar,” ujarnya.
Peran sebagai Ibu dan Istri: Kehangatan yang Tidak Pernah Padam
Di balik kepemimpinan publiknya, Dewi adalah ibu yang hangat dan membimbing. Ia menanamkan nilai kesederhanaan yang kuat kepada anak-anaknya: rendah hati, menghargai proses, dan selalu memberi manfaat bagi orang lain. Satu prinsip yang terus ia wariskan dalam keluarganya adalah: “Jika kita memudahkan urusan orang lain, Allah akan memudahkan urusan kita.”
Meski agenda organisasinya padat, keluarga tetap menjadi prioritas. Waktu makan bersama—minimal sekali sehari, terutama sarapan—adalah ritual yang ia jaga untuk memastikan komunikasi keluarga tetap hidup.
Kini ketiga anaknya telah tumbuh dewasa: yang sulung bekerja di Kanada setelah menyelesaikan studi S2, tengah menjalani koas kedokteran gigi, dan yang bungsu bekerja di Jakarta. Dengan anak-anak yang mandiri, peran pengasuhan bertransformasi menjadi pendampingan moral dan menjaga kelekatan emosional.
Dewi juga mengakui dukungan suami sebagai penopang utama. Kepercayaan dan ruang yang diberikan sang suami menjadi energi yang membuatnya mampu menjalankan peran besar di organisasi maupun profesi.
Di sela aktivitas, Dewi menyempatkan “me-time” sederhana: membaca, menonton Netflix, atau mendengarkan musik. Meski terlihat sepele, momen-momen itu menjadi pengisi ulang energi yang membuatnya tetap stabil dan hadir sepenuh hati bagi banyak orang.
Syukur yang Menguatkan Perjalanan
Ketika menengok perjalanan hidupnya, Dewi menyebut rasa syukur sebagai kekuatan terbesar. Ia bersyukur atas keluarga yang mendukung, anak-anak yang soleh dan solehah, serta lingkungan yang mempertemukannya dengan banyak orang baik. Semua itu membentuk lingkaran energi positif yang membuatnya terus melangkah.
Untuk DWP ITS, ia berharap organisasi semakin solid dan memberi kontribusi nyata bagi keluarga besar kampus. Untuk keluarga, ia ingin keberkahan, kesehatan, dan keharmonisan terus menyelimuti. Sementara untuk dirinya sendiri, ia berharap tetap istiqamah dalam kebaikan dan tidak pernah berhenti belajar.
Apa kata mereka
“Bu Dewi selain istri, ibu dari anak-anak kami, sebagai professional CEO dari perusahaannya, dan kini sejak 2 tahun yang lalu mendampingi saya menjadi istri Rektor ITS yang otomatis menjadi ketua organisasi DWP dengan anggota yang banyak dengan berbagai background. Kegiatan ibu-ibu ini sangat beragam sehingga beberapa kali sampaikan, jangan sampai mengganggu kegiatannya, karena di organisasi dan perusahaan banyak bergantung pada Bu Dewi, ada anggota dan pegawai. Namun beliau bisa menggerakkan semua jadi sangat efektif banget dan ibu cukup bisa membagi waktu baik di perusahaan pun di rumah jadi tetap dilakukannya dengan baik seperti menyiapkan makanan, jadi tahu kapan harus berperan sebagai ketua dan sebagai sahabat. Satu kata untuk Bu Dewi dari saya adalah CARE,” kata Bambang Pramujati.
Kata sahabat, Baby Antonetha, CEO Warna Emas Indonesia:
“She is someone with strong determination, clear about what she wants to achieve, and knows exactly what needs to be done to reach his objectives. She is A hard worker who always brings value to many people. And She is also very caring and loving person,” jelas Baby Antonetha.
Pesan untuk Perempuan Indonesia
Kepada perempuan lain yang ingin aktif di ranah sosial tanpa meninggalkan keluarga, pesannya sederhana: “Mulailah dari hati. Tidak harus sempurna—cukup konsisten, tulus, dan mau belajar.” Dukungan keluarga dan niat baik, menurutnya, akan selalu membuka jalan.
Pada akhirnya, seluruh perjalanan Dewi Pramujati merangkum satu kalimat yang menjadi prinsip hidupnya:
“Setiap peran adalah amanah; jalankan dengan hormat, syukur, dan cinta.”




