Setiap tahunnya, 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia. Di momen ini, orang-orang mengungkapkan apresiasi mereka kepada ibu, istri, dan para perempuan yang sudah memiliki anak. Namun, Hari Ibu sebenarnya punya makna lebih luas dari itu, Ladies.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Hari Ibu sebenarnya merupakan hari perayaan perjuangan para perempuan di Indonesia. Jadi, peringatan ini bukan hanya bentuk apresiasi terhadap para perempuan dalam lingkup keluarga.
“22 Desember tidak hanya menjadi ungkapan kasih kepada sosok ibu dalam lingkup keluarga, tetapi juga dimaknai sebagai penghargaan atas peran perempuan Indonesia sebagai penggerak perubahan, penopang kehidupan, dan penjaga nilai-nilai kemanusiaan,” tulis KemenPPPA dalam unggahan di Instagram resmi pada Minggu (21/12).
Hari Ibu Bukan Hanya Sekadar Mother's DayKemenPPPA dalam keterangan resminya juga menegaskan, peringatan Hari Ibu adalah momentum untuk memperluas pemahaman bahwa Hari Ibu bukanlah “Mother’s Day” layaknya yang diperingati di berbagai negara dunia, tetapi juga merupakan “Indonesian Women’s Day”.
“(Ini adalah) sebuah bentuk apresiasi bagi seluruh perempuan Indonesia atas peran, dedikasi, dan kontribusinya bagi keluarga, masyarakat, dan negara,” imbuh KemenPPPA.
Hari Ibu lahir berkat perjuangan perempuan Indonesia hampir satu abad lalu. Kala itu, para perempuan Tanah Air menggelar Kongres Perempuan Indonesia Pertama tepat pada 22 Desember 1928.
Dalam video sambutan di Instagram resmi, Wakil Menteri PPPA Veronica Tan menerangkan bahwa 97 tahun lalu, para perempuan Indonesia berkumpul dan bersuara untuk memperjuangkan hak perempuan dan anak untuk menimba ilmu, menolak perkawinan anak, menentang praktik poligami yang tidak adil. serta menuntut perlindungan bagi buruk perempuan dan perempuan kepala keluarga.
“Perjuangan itu lahir dari keberanian dan keinginan agar perempuan dihormati sebagai perempuan seutuhnya yang berdaya, bahkan sejak dilahirkan,” ujar Veronica.
Lebih lanjut, Veronica menegaskan bahwa Hari Ibu bukan hanya soal peran perempuan di rumah. Ini merupakan peringatan soal perjuangan hak, martabat, dan kesempatan yang setara bagi perempuan di berbagai lanskap; baik di rumah, di tempat kerja, maupun di ruang publik.
Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Nannie Hadi Tjahjanto mengatakan, Kongres Perempuan pada 1928 adalah tonggak kebangkitan kesadaran perempuan Indonesia sebagai subjek perjuangan, pembangunan, dan peradaban bangsa.
“Hari Ibu ke-97 adalah momentum pengabdian bersama. Ketika perempuan Indonesia sehat, berdaya, dan bermartabat, bangsa ini akan melangkah pasti ke masa depan,” kata Nannie, sebagaimana dikutip dari Antara pada Senin (22/12).





