Dari Jenguk Cucu hingga Berziarah, Kisah Akhir Para Korban Kecelakaan Bus di Tol Semarang

kompas.id
23 jam lalu
Cover Berita

Peristiwa kecelakaan bus yang terjadi di jalan tol di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (22/12/2025) dini hari, menyebabkan 16 orang meninggal dunia dan 17 orang luka-luka. Beberapa korban tewas dalam kecelakaan itu baru saja kembali dari menengok cucu, sedangkan sebagian lain hendak berziarah.

Kabar terkait kecelakaan Bus Cahaya Trans itu diterima para keluarga korban pada Senin pagi. Tak butuh waktu lama, mereka langsung bergegas mendatangi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi, Semarang, untuk mengecek kondisi keluarganya.

Salah satu keluarga korban yang mendatangi RSUP Dr Kariadi adalah Bambang (71), warga Kota Semarang. Ada lima anggota keluarga Bambang yang menjadi korban dalam kecelakaan itu. Dari kelimanya, empat orang meninggal dunia, sedangkan satu orang luka-luka.

Jenazah empat orang keluarga Bambang itu berada di Kamar Jenazah RSUP Dr Kariadi. Adapun satu orang yang selamat dirawat di RSUD Adhyatma MPH atau RSUD Tugurejo, Semarang.

“Korban ini orang tua semua, habis menengok cucu dari Jakarta mau pulang ke Boyolali, Jawa Tengah,” kata Bambang.

Lima orang keluarga Bambang yang menjadi dalam kecelakaan itu tinggal di Boyolali dan Klaten, Jateng. Kendati demikian, seluruhnya berasal dari Boyolali. Oleh karena itu, empat jenazah korban tewas langsung dibawa ke Boyolali untuk dimakamkan.

Yulianto (46), warga Salatiga, Jateng, juga langsung bergegas menuju RSUP Dr Kariadi begitu mengetahui keluarganya menjadi korban dalam kecelakaan pada Senin sekitar pukul 00.30 itu. Menurut Yulianto, saudaranya yang meninggal dunia dalam kecelakaan itu adalah pasangan suami-istri Saguh (62) dan Anih (56).

“Saya ditelepon, katanya saudara saya jadi korban. Terus saya disuruh ke sini untuk memastikan. Tadi sudah saya cek, ternyata memang benar,” ucap Yulianto.

Menurut Yulianto, Saguh dan Anih merupakan warga Bogor, Jawa Barat. Saat kecelakaan itu, mereka hendak menuju ke Klaten, Jateng, untuk nyekar atau berziarah ke makam orangtua mereka.

Baca Juga16 Orang Tewas, Berikut Daftar Nama Korban Kecelakaan Bus Cahaya Trans di Semarang

Yulianto menyebut, Saguh dan Anih memang sering pulang ke Klaten setiap bulan Rajab untuk nyekar. Biasanya, mereka pulang diantar oleh anak-anaknya menggunakan mobil pribadi. “Mereka kan sudah tua, anak-anaknya juga mungkin sedang sibuk, jadi pulang ke Klaten naik bus,” ujar Yulianto.

Pada Senin petang, Yulianto masih di RSUP Dr Kariadi, menunggu kedatangan anak Saguh dan Anih. Setelah menyelesaikan administrasi, jenazah Saguh dan Anih akan dibawa ke Bogor untuk dimakamkan.

Sementara itu, Setiyadi (66), salah satu penumpang selamat, menderita luka di wajah dan kakinya. Warga Boyolali itu dirawat di RSUD Tugurejo.

Setiyadi mengatakan, dirinya tidak tidur dalam perjalanan itu. Sesampainya di Simpang Susun Tol Krapyak, Setiyadi merasa ada yang aneh dengan laju bus bernomor polisi B 7201 IV itu.

“Jadi kan di situ (Simpang Susun Tol Krapyak) jalanannya agak menurun, tapi kok tidak ada perlambatan, malah kencang terus. Pas muter di tikungan, busnya oleng lalu terguling,” kata Setiyadi.

Baca JugaKorban Tewas Kecelakaan Bus di Tol Semarang Bertambah, Polisi Periksa Sopir

Setiyadi mengatakan, dirinya sedang dalam perjalanan dari Bogor menuju ke Boyolali. Ia baru saja mengikuti acara keluarga di Bogor.

Seluruh korban dalam kecelakaan tersebut langsung dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. Sebanyak 15 korban yang meninggal dunia di lokasi langsung dibawa ke RSUP Dr Kariadi.

Adapun korban luka-luka dibawa ke RSUD Tugurejo, RS Columbia Asia, dan RS Elisabeth. Namun satu korban luka yang sempat dirawat di RSUD Tugurejo akhirnya meninggal dunia.

Teridentifikasi

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Jateng Komisaris Besar Agustinus mengatakan, pihaknya langsung mendirikan pos antemortem untuk mengidentifikasi para korban. Pada Senin siang, seluruh korban meninggal dunia, baik di RSUP Dr Kariadi maupun di RSUD Tugurejo, sudah teridentifikasi.

“Dari 16 korban yang meninggal dunia itu, sebanyak sepuluh orang teridentifikasi melalui sidik jari. Kemudian, empat orang teridentifikasi melalui sidik jari dan ciri fisik, satu orang melalui sidik jari dan properti, serta satu orang melalui sidik jari dan gigi,” kata Agustinus.

Agustinus menambahkan, pengambilan data antemortem sempat terkendala. Meski sudah ada nomor telepon yang disebarkan untuk menampung laporan keluarga, jumlah yang melapor masih minim.

“Untungnya dari tim Inafis menggunakan alat mendeteksi sidik jari sehingga langsung muncul nama, alamat, dan foto yang sangat membantu,” ucapnya.

Sementara itu, dokter forensik RSUP Dr Kariadi, RP Uva Utomo, menyebut, mayoritas korban meninggal dunia diduga sedang tertidur saat kecelakaan terjadi. Oleh karena itu, mereka tidak dalam posisi siap untuk menyelamatkan diri.

Uva menyebut, mayoritas korban meninggal dunia itu menderita cedera kepala berat yang ditandai dengan pendarahan pada hidung dan telinga. Sejumlah korban juga disebut menderita retak pada tulang tengkorak.

“Kemudian penyebab kematian lain yaitu adanya dislokasi atau patah tulang leher. Ini juga menyebabkan rusaknya batang otak dan menyebabkan kematian. Lain-lainnya juga ada trauma pada dada. Ini yang cukup banyak. Lalu ada satu atau dua yang cedera di bagian perut,” ujar Uva.

Baca Juga15 Orang Tewas dalam Kecelakaan Bus Cahaya Trans di Tol Semarang

Seluruh jenazah disebut Uva sudah dirawat dan disucikan sebelum diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

Kepala Bidang Humas Polda Jateng Komisaris Besar Artanto menyebut, penyebab kecelakaan itu belum diketahui. Polisi masih memeriksa sopir cadangan yang saat kecelakaan mengemudikan bus tersebut. Sopir utama serta kernet bus yang juga selamat dalam kecelakaan itu turut diperiksa.

“Jadi informasi awal, yang mengemudi ini adalah sopir pengganti. Bus ini berangkat dari Parung, Bogor, tujuan Yogyakarta. Di Subang (Jabar) sempat berhenti untuk berganti sopir,” kata Artanto.

Selain dimintai keterangan, sopir yang mengemudikan Bus Cahaya Trans itu juga menjalani tes urine dan darah. Berdasarkan pemeriksaan sementara, tidak ditemukan kandungan narkoba pada darah dan urine sopir tersebut. Kendati demikian, hasil itu bakal dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya kandungan zat lain.

Artanto menambahkan, polisi belum tahu pasti kondisi bus tersebut. Pengecekan bakal dilakukan untuk mengetahui laik atau tidaknya bus itu beroperasi.

Sebelumnya, Kepala Kantor SAR Semarang Budiono menyebut, Bus Cahaya Trans yang melaju dari barat menuju ke timur itu diduga melaju kencang hingga kehilangan kendali. Sesampai di simpang susun Gerbang Keluar Tol Krapyak, bus itu menabrak pembatas jalan hingga akhirnya terguling.

Baca JugaBus Cahaya Trans Terguling di Tol Semarang, Belasan Korban Meninggal

Petugas gabungan dari berbagai instansi kemudian mengevakuasi korban. Meski sempat terkendala, proses evakuasi itu pun rampung pada Senin sekitar pukul 04.00 WIB.

“Proses evakuasi berjalan cukup sulit karena ada sebagian korban yang masih dalam posisi terjepit dan juga akses menuju korban dipenuhi pecahan kaca. Tim harus masuk ke dalam bus yang terguling, menggapai dan membuka akses menuju korban dan mengevakuasinya keluar dari dalam bus dengan ekstra hati-hati,” kata Budiono.

Santunan

Sementara itu, Jasa Raharja bakal menanggung biaya perawatan bagi korban selamat. Sesuai dengan ketentuan, masing-masing korban yang luka-luka akan mendapatkan bantuan biaya pengobatan maksimal sebesar Rp 20 juta. Adapun keluarga korban meninggal dunia bakal mendapatkan santunan sebesar Rp 50 juta.

“Ada 16 korban meninggal dunia yang ahli warisnya sudah terdata. Empat ahli waris korban dari Klaten, empat ahli waris korban dari Boyolali, empat ahli waris Bogor, dua ahli waris dari Yogyakarta, satu ahli waris dari Jakarta Timur, dan satu ahli waris dari Banten,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jasa Raharja Jateng Dewi Aryani Suzana.

Pemerintah Provinsi Jateng menyiapkan 16 unit mobil jenazah untuk mengantar seluruh korban meninggal dunia hingga ke rumahnya masing-masing. Pengantaran jenazah itu juga bakal dikawal.

Baca JugaKecelakaan Maut di Tingkungan Tol Krapyak Semarang, 16 Tewas

Kemudian penyebab kematian lain yaitu adanya dislokasi atau patah tulang leher. Ini juga menyebabkan rusaknya batang otak dan menyebabkan kematian

Gubernur Jateng Ahmad Luthfi menyebut, Jateng merupakan salah satu titik lelah atau titik jenuh bagi pengendara yang melintasi jalan tol. Untuk itu, ia mengimbau agar para pengemudi, baik angkutan umum maupun kendaraan pribadi, beristirahat sejenak dan tidak memaksakan diri demi keselamatan.

“Kalau capek berhenti, enggak usah dipaksain. Silakan saja mampir di hotel atau ke usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), ke warung sehingga bisa fit akan terhindar adanya kecelakaan,” ucap Luthfi.

Luthfi juga mengimbau penyedia jasa transportasi untuk mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Para sopir diminta memanfaatkan posko terpadu yang ada di sejumlah terminal untuk berkonsultasi maupun mengecek kembali kondisi kendaraannya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kapolri dari Sipil atau Purnawirawan? Susno Duadji: Pilihannya Jadi Banyak
• 21 jam lalufajar.co.id
thumb
IHSG Tinggalkan Level 8.600, Harga Saham INET dan WIFI Justru Bergairah
• 1 jam lalukatadata.co.id
thumb
Gubernur Dedi Minta Pelaku Pungli Parkir Liar di Bandung Dibarakmiliterkan
• 11 jam lalurepublika.co.id
thumb
Kapolri: Perkembangan Teknologi Digital Sangat Pesat, Ganggu Stabilitas jika Tak Disikapi dengan Bijak!
• 5 jam lalurctiplus.com
thumb
Mal dan Hotel Dilarang Gelar Pesta Kembang Api Pergantian Tahun, Satpol PP Bakal Bertindak
• 2 jam lalumerahputih.com
Berhasil disimpan.