Menag Tegaskan Bhinneka Tunggal Ika Harus Jadi Kerangka Berpikir dalam Moderasi Beragama

pantau.com
21 jam lalu
Cover Berita

Pantau - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai kerangka berpikir dalam moderasi beragama, agar perbedaan yang ada di Indonesia tidak berubah menjadi konflik sosial yang merusak persatuan.

“Bhinneka Tunggal Ika itu bukan sekadar slogan pemersatu. Ia adalah doktrin kebudayaan yang lahir dari pengalaman panjang bangsa ini hidup dalam perbedaan. Tanpa pemahaman itu, perbedaan mudah sekali berubah menjadi konflik,” ungkapnya saat menyampaikan pidato kebudayaan dalam acara Refleksi 2025 dan Proyeksi 2026 di Jakarta, Senin (22 Desember 2025).

Perbedaan Harus Dirawat, Bukan Dibiarkan Jadi Ketegangan

Menag menyampaikan bahwa Indonesia dibangun dari keberagaman suku, agama, dan tradisi, sehingga ruang dialog menjadi penting dalam menjaga kebersamaan.

“Kalau perbedaan terus-menerus ditonjolkan tanpa kedalaman pemahaman, kita akan terus berada dalam ketegangan sosial. Ini berbahaya bagi masa depan kebangsaan. Karena itu, kebijaksanaan budaya menjadi sangat penting,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa moderasi beragama bukan berarti mengurangi iman, tetapi memperdalam pemahaman terhadap substansi ajaran agama.

Menurutnya, banyak konflik terjadi karena agama sering dipahami secara parsial dan tidak berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan yang sebenarnya sangat dekat antaragama.

“Kalau kita mau membuka diri dan menggali lebih dalam, nilai-nilai kemanusiaan dalam agama itu sangat dekat satu sama lain. Di situlah letak moderasi beragama. Moderasi bukan mengurangi iman, tetapi memperdalam pemahaman,” tegas Menag.

Seruan untuk Perkuat Kesadaran Kolektif

Nasaruddin menegaskan bahwa Bhinneka Tunggal Ika harus menjadi cara berpikir kolektif dalam pengelolaan keberagaman masyarakat.

“Perbedaan adalah keniscayaan sejarah. Tetapi persatuan adalah pilihan sadar yang harus terus diperjuangkan. Di situlah fungsi Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan beragama,” ujarnya.

Ia juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk aktif merawat kebudayaan dan memperkuat semangat moderasi beragama sebagai bekal masa depan Indonesia.

“Kalau kita menunda terus, kita akan kehilangan arah kebudayaan kita sendiri. Tanggung jawab ini tidak bisa dibebankan kepada satu generasi saja. Ini kerja bersama yang harus dimulai hari ini,” tutupnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Airlangga Targetkan Perjanjian Tarif Resiprokal RI–AS Rampung Januari 2026
• 9 jam laludisway.id
thumb
Wali Nanggroe temui Konsul AS bahas penanganan pascabencana Aceh
• 10 jam laluantaranews.com
thumb
Dari Bank ke Kandang Sapi: Perjuangan Rumini, Ibu Tunggal yang Jadi Peternak
• 7 jam lalukumparan.com
thumb
Kejagung Tahan Eks Kajari Enrekang Usai Jadi Tersangka Korupsi Rp 840 Juta
• 7 jam lalukumparan.com
thumb
Jelang Perayaan Natal, Polri Gencarkan Perbaikan Gereja dan Posko Ibadah di Sumut
• 3 jam lalumerahputih.com
Berhasil disimpan.