Terserah: Senjata Pemusnah Massal dari Mulut Istri

kumparan.com
9 jam lalu
Cover Berita

Terserah: Senjata Pemusnah Massal dari Mulut Istri

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘Terserah’ didefinisikan sebagai: “sudah diserahkan kepada kehendak (kebijakan) orang lain; masa bodoh.”

Namun, dalam KII (Kamus Istilah Istri), definisi itu berubah drastis menjadi: “Sebuah ujian komprehensif mendadak untuk menguji kepekaan batin, kemampuan telepati, dan ingatan suami tentang apa yang istri inginkan tanpa ia harus mengatakannya.”

Saudara-saudara seperjuangan, mari kita bedah fenomena supranatural ini.

Momen ini biasanya terjadi di dalam mobil atau saat sedang leyeh-leyeh di sofa. Perut mulai keroncongan. Sebagai suami yang demokratis dan menjunjung tinggi hak asasi pasangan, kita bertanya dengan lembut:

“Nok[1], mau makan malam apa?”

Lalu, keluarlah kata sakti itu. Singkat, padat, mematikan. ‘Terserah’.

Di titik ini, banyak suami pemula terjebak. Mereka mengira ‘Terserah’ adalah kartu Free Pass. Mereka pikir mereka baru saja diberi mandat penuh oleh PBB untuk menentukan nasib kuliner malam itu. SALAH BESAR.

‘Terserah’ bukanlah penyerahan kekuasaan. Itu adalah jebakan Batman. Itu adalah lubang buaya yang ditutupi daun pisang.

Jika dibawa ke ranah hukum, kata ‘Terserah’ sebenarnya melanggar asas Lex Certa (hukum harus jelas dan tegas). Namun, dalam mahkamah rumah tangga, asas ini dikesampingkan oleh asas absolut: Lex Istri Semper Recta Est (Hukum Istri Selalu Benar).

Saat kata ini terucap, status hukum Anda otomatis berubah dari ‘Suami’ menjadi ‘Terdakwa’. Pada detik itu juga, berlaku peringatan mirip Miranda Rights kepolisian di negera Paman Sam:

“Anda berhak untuk diam. Namun ingat, apapun nama restoran yang Anda usulkan, dapat dan akan digunakan untuk melawan Anda sebagai bukti ketidakpekaan, kurangnya kasih sayang, dan alasan sah kenapa Anda divonis tidur di sofa malam ini.”

Mari kita simulasikan dialog yang sering terjadi setelah kata ‘Terserah’ terucap. Ini mirip permainan Russian Roulette, tapi pelurunya adalah nasi goreng.

Suami: “Oke, gimana kalau Nasi Goreng Kambing?” Istri: “Hah? Minyakan banget. Nanti kolesterol kamu naik, lho.” (Terjemahan: Aku lagi gak mau nasi.)

Suami: “Yaudah, kalau gitu kita makan Bakso aja yang seger.” Istri: “Panas banget hari ini, masa makan kuah panas-panas? Keringetan nanti makeup luntur.” (Terjemahan: Salah lagi, Bambang.)

Suami: (Mulai panik) “Oke... Sushi? Salad? Yang dingin-dingin?” Istri: “Kamu pikir aku kambing makan rumput mentah?”

Suami: “LHA TERUS APA?!” Istri: “Kan aku udah bilang... TERSERAH!!!”

Di sinilah letak jeniusnya siksaan ini. Istri Anda sebenarnya memiliki specific craving (keinginan spesifik), tapi dia menyimpannya di brankas yang kuncinya telah ditelan hiu. Tugas Anda adalah menyelam, membelah perut hiu, mengambil kuncinya, dan menebak makanannya dalam waktu kurang dari 15 menit sebelum maag-nya kambuh.

Jika maag-nya kambuh, itu salah siapa? Salah Anda. Karena Anda terlalu lama mikir.

Jika fisikawan Erwin Schrödinger punya teori ‘Kucing Schrödinger’ (kucing dalam kotak bisa dianggap hidup dan mati secara bersamaan sampai kotaknya dibuka), maka para suami punya teori ‘Istri Schrödinger’.

Ketika istri bilang ‘Terserah’, semua pilihan restoran di dunia adalah benar dan salah secara bersamaan. Pilihan itu baru akan terbukti ‘salah’ (hampir pasti salah) saat Anda membelokkan setir mobil ke parkiran restoran tersebut.

Ini bukan sekadar masalah perut, ini masalah ego intelektual. Istri ingin kita memiliki kemampuan mind-reading setara Profesor X dari X-Men.

“Kalau kamu sayang aku, kamu harusnya tahu kalau hari ini aku lagi pengen Seblak level 3 tapi kerupuknya jangan terlalu lembek, minumnya es teh manis tapi gulanya dikit aja.”

Bagaimana kita bisa tahu? Entahlah. Mungkin harus lihat ramalan cuaca atau pergerakan saham IHSG.

Lantas, bagaimana cara bertahan hidup? Setelah bertahun-tahun melakukan riset lapangan (hingga kini kami memiliki dua anak sebagai bukti nyata riset), saya baru menemukan beberapa pola untuk memecahkan sandi morse ini.

Perhatikan intonasi suaranya:

1. Terserah (Nada Datar); Ini level waspada I. Artinya: “Aku capek mikir, tolong pilihkan sesuatu yang pasti enak dan aku pernah bilang suka minggu lalu.” Solusi: Bawa ke tempat langganan. Aman.

2. Terserah! (Nada Tinggi/Cepat); Ini Defcon 1. Artinya: “Aku lagi kesal sama kamu soal cucian piring tadi malam, jadi apapun pilihanmu pasti salah, tapi cepat putuskan sebelum aku berubah jadi Godzilla.” Solusi: Beli makanan drive-thru, bawa pulang, makan dalam diam.

3. Hhhh... Terserah (Dengan hela napas panjang): Siapkan surat wasiat. Ini artinya dia kecewa karena Anda bahkan harus bertanya.

Solusinya? Nikmati Saja!

Pada akhirnya, kata “Terserah” adalah bumbu pernikahan. Memang pedas, bikin sakit perut, dan kadang bikin nangis, tapi kalau nggak ada, rasanya hambar.

Mungkin, cara terbaik menghadapi ‘Terserah’ adalah dengan tidak memberikan pertanyaan terbuka. Jangan tanya ‘Mau makan apa?’, tapi jadilah pemimpin otoriter yang karismatik.

“Nok, pakai baju. Kita makan Sate Kambing sekarang.”

Risikonya cuma dua; Dia takjub dengan ketegasan Anda dan menurut, atau Anda akan diceramahi sepanjang jalan soal asap sate yang bau di bajunya.

Tapi, setidaknya Anda sudah memilih. Dan dalam kamus suami, berani mengambil keputusan (meski salah) adalah sebuah kemenangan kecil.

Selamat berjuang, para suami. Semoga Dewi Fortuna dan mood istri berpihak pada Anda.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kemenhut Percepat Pemulihan Area Terdampak Banjir, Jalan hingga Sekolah Dibersihkan
• 3 jam lalujpnn.com
thumb
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
• 18 jam lalusuara.com
thumb
Bara Api Kembali Menyala di Petamburan Jakbar, Warga-Damkar Sigap Padamkan Api
• 33 menit laludetik.com
thumb
16 Jenazah Korban Kecelakaan Bus PO Trans Cahaya di Tol Semarang Teridentifikasi
• 23 jam lalurctiplus.com
thumb
TNI AL Terima Kapal Perang Buatan Italia, Dinamai Prabu Siliwangi-321
• 1 jam laluidntimes.com
Berhasil disimpan.