Lewat Sketsa Pensil, Stefanus Nuradhi Hidupkan Kembali Surabaya Tempo Dulu

erabaru.net
9 jam lalu
Cover Berita

Surabaya, 22 Desember 2025 – Kekayaan sejarah dan arsitektur Surabaya kembali dihadirkan melalui goresan pensil dalam pameran sketsa bertajuk “Urban Echoes: Sketches from Surabaya’s Old Streets” karya seniman Stefanus Nuradhi. Pameran ini resmi dibuka di The Arch Bistro, Kokoon Hotel Surabaya, dan akan berlangsung hingga 28 Desember 2025.

Sebanyak 15 karya sketsa ditampilkan, sebagian besar menggambarkan Surabaya tempo dulu dengan fokus pada bangunan dan sudut kota bersejarah. Meski beberapa objek menampilkan kondisi Surabaya masa kini, ruh utama karya tetap berpijak pada jejak peninggalan yang patut dijaga dan dilestarikan.

“Tujuan saya sederhana, ingin warga Surabaya tahu bahwa kota ini sangat kaya dengan warisan yang berharga. Ada banyak bangunan dan sudut kota yang mungkin kita lewati setiap hari, tapi sesungguhnya punya cerita besar,” ujar Stefanus Nuradhi saat sesi bincang santai pembukaan pameran.

Cinta pada Surabaya Lama

Stefanus mengaku ketertarikannya pada Surabaya tempo dulu berangkat dari kecintaan personal terhadap kota ini. Menurutnya, Surabaya tidak kalah dengan kota lain seperti Semarang dalam hal bangunan bersejarah dan daya tarik visual.

“Surabaya memang punya bangunan kolonial, tapi justru itu yang menjadi daya tarik tersendiri. Saya ingin membangkitkan minat generasi muda dan warga Surabaya agar lebih peduli pada warisan kotanya,” katanya.

Berbeda dari kebanyakan seniman pensil yang fokus pada potret wajah atau karya pesanan komersial, Stefanus memilih objek bangunan kota lama. Ia menilai tema tersebut masih jarang digarap secara serius, khususnya di Surabaya.

Proses Detail dari Foto Lama

Dalam proses kreatifnya, Stefanus banyak menggunakan foto-foto lama yang kerap memiliki resolusi rendah atau detail yang buram. Namun keterbatasan itu justru menjadi tantangan tersendiri.

“Saya ambil garis besarnya dari foto lama, lalu detail yang tidak terlihat saya cari dari berbagai referensi lain. Misalnya Jembatan Merah, saya cari banyak gambar pembanding agar detailnya mendekati aslinya,” jelasnya.

Teknik tersebut menghasilkan sketsa dengan detail tinggi, kontras gelap terang yang kuat, dan kesan hidup, seolah membawa pengunjung kembali ke masa lalu Surabaya.

Dari Dunia Usaha ke Seni

Menariknya, Stefanus bukan berlatar belakang seni rupa murni. Ia sempat berkecimpung sebagai pengusaha percetakan sejak 1967 hingga krisis ekonomi 1998, kemudian mendukung usaha kursus kecantikan milik sang istri hingga 2020. Kecintaannya pada menggambar mulai ia tekuni secara serius sejak sekitar 2005–2010.

“Seni ini menjadi ruang ekspresi. Harapan saya, siapapun dengan minat di bidangnya masing-masing bisa mengekspresikan kecintaan pada kotanya,” ujarnya.

Hotel sebagai Ruang Apresiasi Seni

Assistant Marcomm Manager Kokoon Hotel Surabaya, Tegar Kanugran, menyampaikan bahwa pameran ini sejalan dengan karakter heritage hotel yang berada di kawasan Kota Lama Surabaya.

“Kami ingin Kokoon Hotel tidak hanya menjadi tempat menginap, tetapi juga ruang apresiasi seni dan budaya. Pameran ini diharapkan bisa menambah daya tarik wisata Surabaya sekaligus memperkuat identitas heritage hotel kami,” kata Tegar.

Pameran “Urban Echoes” terbuka untuk umum tanpa biaya masuk. Selain menikmati karya, pengunjung juga dapat membeli sketsa yang dipamerkan sebagai bentuk dukungan terhadap seniman lokal dan pelestarian ingatan Kota Surabaya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Deretan Mobil VinFast yang Bakal Diproduksi di Subang
• 10 jam lalumedcom.id
thumb
Peringatan Dini BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter 23-26 Desember
• 12 jam lalujpnn.com
thumb
Ratusan Pesantren dan Madrasah Rusak Akibat Banjir Sumatera-Aceh
• 5 jam lalurepublika.co.id
thumb
Honda Minta Pemerintah Guyur Insentif untuk Dorong Pasar Otomotif 2026
• 1 jam lalubisnis.com
thumb
Karena Masalah Gaji, jadi Alasan John Herdman Pilih Timnas Indonesia?
• 9 jam lalufajar.co.id
Berhasil disimpan.