jpnn.com, BIREUEN - Bendera putih masih berkibar di Kabupaten Biruen dan Pidie, Aceh.
Warga memasang simbol tersebut di beberapa titik, seperti di pinggir jalan dengan diikatkan ke ranting yang berdiri.
BACA JUGA: Warga di Aceh Kibarkan Bendera Putih, Mendagri Tito: Kami Minta Maaf Bila Ada Kekurangan
Sukarelawan di Aceh, Lidia mengatakan warga mengaku memasang bendera putih selama dua pekan belakangan ini.
"Ya, ada di Bireun dan Pidie, bendera putih sudah dua pekan berdiri," kata Lidia melalui layanan pesan, Kamis (25/12).
BACA JUGA: Kemendagri & TP PKK Tembus Daerah Terisolir di Aceh Timur, Percepat Salurkan Bantuan
Warga yang memasang bendera putih mengaku dalam kondisi lapar.
Beberapa orang di antaranya bahkan sampai tidak makan selama tiga hari.
BACA JUGA: Bupati Aceh Utara: Hampir Sebulan Pascabencana, Distribusi Elpiji Masih Langka
Adapun sukarelawan menemui warga pemasang bendera putih di Pulo Reudeup Kecamatan Kuta Blang, Bireun, Aceh
"Mereka cuma bilang lapar. Ada yang tiga hari di sini belum dapat makan," ungkap Lidia.
Warga kepada sukarelawan mengatakan pembagian logistik warga terdampak bencana memang tak merata.
Sementara itu, warga tidak sanggup membeli makanan di pasar, karena tak punya uang akibat belum bisa meladang.
"Ada pasar, tetapi mereka enggak sanggup beli bahan makan," kata Lidia menceritakan kisah seorang warga di Bireun.
Warga kepada sukarelawan menyebut bantuan logistik seharusnya bisa tersalurkan untuk warga Biruen melalui jalur darat dari Kota Medan.
"Iya memungkinkan, karena jalur darat bisa melalui Medan katanya," ujar Lidia.
Selain makanan, warga juga mengaku ingin wilayahnya bersih dari lumpur, agar mereka bisa beraktivitas kembali.
"Mereka butuh makan, terus bersih-bersih lumpur, lah," lanjut Lidia.
Namun, warga mengaku membutuhkan alat berat membersihkan lumpur yang sudah menebal dan mengeras.
Kepada sukarelawan, warga tidak memiliki uang untuk menyewa alat berat untuk setidaknya membersihkan daerah dari lumpur.
"Sewa alat berat di sini Rp 600 ribu perjam," ujar Lidia.
Dia sendiri mengatakan harga bahan makanan di Aceh dalam kondisi beragam. Telur misalnya sudah stabil, tetapi sayur masih mahal.
"Gas di sini tiga kilogram Rp 80 ribu waktu awal-awal, sekarang Rp 55 ribu dan susah mencarinya di pangkalan," kata Lidia. (ast/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Aristo Setiawan




