Bendera Putih Masih Berkibar di Aceh, Warga Mengaku dalam Kondisi Lapar

jpnn.com
6 jam lalu
Cover Berita

jpnn.com, BIREUEN - Bendera putih masih berkibar di Kabupaten Biruen dan Pidie, Aceh.

Warga memasang simbol tersebut di beberapa titik, seperti di pinggir jalan dengan diikatkan ke ranting yang berdiri.

BACA JUGA: Warga di Aceh Kibarkan Bendera Putih, Mendagri Tito: Kami Minta Maaf Bila Ada Kekurangan

Sukarelawan di Aceh, Lidia mengatakan warga mengaku memasang bendera putih selama dua pekan belakangan ini.

"Ya, ada di Bireun dan Pidie, bendera putih sudah dua pekan berdiri," kata Lidia melalui layanan pesan, Kamis (25/12).

BACA JUGA: Kemendagri & TP PKK Tembus Daerah Terisolir di Aceh Timur, Percepat Salurkan Bantuan

Warga yang memasang bendera putih mengaku dalam kondisi lapar.

Beberapa orang di antaranya bahkan sampai tidak makan selama tiga hari.

BACA JUGA: Bupati Aceh Utara: Hampir Sebulan Pascabencana, Distribusi Elpiji Masih Langka

Adapun sukarelawan menemui warga pemasang bendera putih di Pulo Reudeup Kecamatan Kuta Blang, Bireun, Aceh

"Mereka cuma bilang lapar. Ada yang tiga hari di sini belum dapat makan," ungkap Lidia.

Warga kepada sukarelawan mengatakan pembagian logistik warga terdampak bencana memang tak merata.

Sementara itu, warga tidak sanggup membeli makanan di pasar, karena tak punya uang akibat belum bisa meladang.

"Ada pasar, tetapi mereka enggak sanggup beli bahan makan," kata Lidia menceritakan kisah seorang warga di Bireun.

Warga kepada sukarelawan menyebut bantuan logistik seharusnya bisa tersalurkan untuk warga Biruen melalui jalur darat dari Kota Medan.

"Iya memungkinkan, karena jalur darat bisa melalui Medan katanya," ujar Lidia.

Selain makanan, warga juga mengaku ingin wilayahnya bersih dari lumpur, agar mereka bisa beraktivitas kembali.

"Mereka butuh makan, terus bersih-bersih lumpur, lah," lanjut Lidia.

Namun, warga mengaku membutuhkan alat berat membersihkan lumpur yang sudah menebal dan mengeras.

Kepada sukarelawan, warga tidak memiliki uang untuk menyewa alat berat untuk setidaknya membersihkan daerah dari lumpur.

"Sewa alat berat di sini Rp 600 ribu perjam," ujar Lidia.

Dia sendiri mengatakan harga bahan makanan di Aceh dalam kondisi beragam. Telur misalnya sudah stabil, tetapi sayur masih mahal.

"Gas di sini tiga kilogram Rp 80 ribu waktu awal-awal, sekarang Rp 55 ribu dan susah mencarinya di pangkalan," kata Lidia. (ast/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Aristo Setiawan


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kenny Austin Sarankan Amanda Manopo Tak Kerja Berat Selama Hamil
• 2 jam lalukumparan.com
thumb
Prof. Jimly Asshiddiqie Ungkap Kemarahan Publik terhadap Polisi Bukan soal Keamanan, Melainkan soal Keadilan dalam Penegakan Hukum
• 3 jam lalufajar.co.id
thumb
Gereja Ingin Jadi Jembatan untuk Wujudkan Indonesia yang Lebih Baik
• 4 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Kongres Kemanusiaan Indonesia ke-3, Tekankan Peran Komunitas Lokal yang Merespons Bencana
• 9 jam lalujpnn.com
thumb
Video: AS Ditinggalkan, Investor Serbu Chip AI China
• 23 jam lalucnbcindonesia.com
Berhasil disimpan.