Jika kamu biasa berkunjung ke rumah saudara saat perayaan Natal, maka mungkin sudah tak asing lagi dengan hidangan "ayam kodok". Eits, tunggu dulu, makanan ini bukan terbuat dari ayam dan kodok sungguhan, ya.
Dilansir berbagai sumber, ayam kodok merupakan salah satu kuliner hasil kulturasi masyarakat Belanda saat menjajah Indonesia. Warisan kuliner dari masyarakat Holland ini kemudian menjadi makanan khas Natal yang kini wajib ada di rumah-rumah masyarakat Indonesia.
Berasal dari adaptasi resep masakan Eropa pada masa penjajahan, sejatinya makanan ini menggabungkan kuliner Prancis yakni ballotine dan galantine, seperti dikutip dari unggahan Facebook Indonesian Gastronomy Community. Kemudian, makanan ini muncul dalam sebuah buku masak Belanda "Indisch Kookboek" tahun 1866 dengan sebutan gevulde kip atau ayam isi.
Kendati masyarakat Indonesia sendiri begitu melihat makanan ini, teringat akan tampilan kodok atau katak. Ini karena, memang olahan ayam panggang utuh tersebut berbentuk melebar layaknya badan dan kaki kodok.
Biasanya, ayam kodok ini sudah memiliki lubang di bagian perutnya untuk diisi aneka sayuran, daging, telur, bumbu, rempah, hingga bahan makanan lain sesuai selera. Untuk membuat ayam kodok ini memang membutuhkan waktu cukup lama karena ayam utuh perlu dipanggang hingga benar-benar matang merata.
Pembuatannya yang cukup sulit hingga memakan waktu lama, membuat makanan ini menjadi spesial dan cocok dihidangkan untuk acara perayaan khusus, semisal Natal.
Tak sedikit juga yang menyajikan ayam kodok dengan makanan pelengkap atau kondimen seperti mashed potato, saus gravy gurih, hingga salad segar. Satu ekor utuh ayam kodok biasanya bisa dinikmati 10 hingga 15 orang.
Tampilan penyajian ayam kodok yang meriah dengan pelengkap cukup ramai tersebut, membuat hidangan yang juga dikenal dengan nama roasted chicken tersebut seolah sama dengan filosofi perayaan Natal yang penuh warna dan kegembiraan.



