Waspada FOMO dan Jebakan Paylater Akhir Tahun, Berikut Tips Liburan Tetap Sehat Finansial

suarasurabaya.net
4 jam lalu
Cover Berita

Momen liburan akhir tahun biasanya menjadi waktu yang paling dinanti banyak orang untuk melepas penat dan menyegarkan pikiran. Namun di balik euforia liburan, gempuran diskon besar-besaran dan tren di media sosial kerap memicu perilaku konsumtif hingga Fear of Missing Out (FOMO).

Menanggapi fenomena tersebut, Prof. Dr. Rudi Purwono Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya memberikan pandangan sekaligus tips agar masyarakat tetap sehat secara finansial meski menikmati liburan.

Prof. Rudi menilai, perilaku boros saat liburan tidak selalu disebabkan rendahnya literasi keuangan, melainkan faktor psikologis. Diskon, menurutnya, kerap menciptakan “ilusi berhemat” yang justru mendorong pembelian impulsif tanpa manfaat jelas.

“Pengeluaran lebih didorong oleh keinginan sesaat dibandingkan pertimbangan rasional terutama berkaitan dengan kebutuhan,” jelas Prof. Rudi dalam keterangannya yang diterima suarasurabaya.net, Kamis (25/12/2025).

Ia juga menyoroti pengaruh media sosial yang mendorong orang memamerkan momen liburan, sehingga keputusan konsumsi menjadi tidak rasional.

Karenanya, agar tidak mengalami krisis keuangan setelah liburan, Prof. Rudi menyarankan masyarakat melakukan penganggaran secara disiplin. Ia merekomendasikan rumus sederhana dengan membatasi anggaran hiburan.

“Salah satu pendekatan sederhana adalah mengalokasikan maksimal 20–30 persen uang saku bulanan untuk kebutuhan hiburan dan leisure (waktu luang–red) selama liburan,” ungkapnya.

Sisa anggaran, kata dia, tetap harus diprioritaskan untuk kebutuhan rutin dan tabungan. Batasan tersebut berfungsi sebagai “pagar psikologis” agar tidak terjebak diskon yang tampak menggiurkan.

Waspadai Jebakan Paylater

Dekan FEB Unair itu juga mengingatkan bahaya penggunaan fitur Buy Now Pay Later (paylater) yang kian marak. Menurutnya, paylater pada dasarnya adalah utang jangka pendek yang berisiko menimbulkan beban finansial di masa depan akibat bunga dan denda.

“Penting bagi masyarakat untuk menerapkan mindset: Jika belum memiliki pendapatan tetap, maka prinsipnya sederhana: jangan membiayai gaya hidup dengan utang,” tegasnya.

Lebih lanjut, pakar ekonomi itu menekankan bahwa esensi liburan adalah untuk mengisi ulang energi, bukan sekadar bepergian jauh atau ke tempat mahal.

Dengan anggaran terbatas, masyarakat tetap bisa menikmati liburan bermakna melalui kegiatan sederhana seperti menjalani hobi, berkumpul bersama keluarga, atau aktivitas yang meningkatkan kapasitas diri.

Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kesiapan finansial menjelang semester baru, khususnya bagi pelajar dan mahasiswa, agar kondisi keuangan tidak mengganggu fokus belajar.

“Pada akhirnya, kebebasan finansial bukan soal seberapa besar uang yang dimiliki, melainkan seberapa bijak kita menggunakannya,” pungkas Prof. Rudi. (bil/ham)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Catatan Akhir Tahun Ekonomi Syariah oleh CSED INDEF
• 8 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Pengusaha Buka Suara Terkait Kenaikan UMP 2026
• 8 jam lalukumparan.com
thumb
UMP Jatim 2026 Naik Rata-rata 6,09 Persen, Ini Besaran Masing-masing Kabupaten/Kota
• 9 jam laluviva.co.id
thumb
Libur Nataru 2025, Trafik Lalu Lintas Tol Trans Sumatra Melonjak 41,88%
• 11 jam lalubisnis.com
thumb
Ramalan Zodiak Hari Ini Kamis 25 Desember 2025: Natal Penuh Kejutan, Asmara Menguat dan Rezeki Datang Tak Terduga
• 12 jam lalutabloidbintang.com
Berhasil disimpan.