Kaleidoskop 2025: Geger Minyakita Disunat hingga Harga Telur Naik Imbas MBG

bisnis.com
4 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Tahun 2025 diwarnai dengan sejumlah pencapaian dan permasalahan. Swasembada beras hingga kasus penyunatan volume Minyakita yang sempat menghebohkan masyarakat pada awal 2025 menjadi sorotan.

Usai meredanya Minyakita yang tak sesuai takaran, publik kembali dihebohkan oleh temuan beras premium dan medium yang dioplos dengan kualitas rendah namun dijual mahal. Kondisi ini terjadi saat Indonesia mencetak rekor stok beras tertinggi sepanjang sejarah modern tanpa perlu impor

Pada tahun yang sama, pemerintah juga menegaskan swasembada beras dan jagung tercapai, menjadikan Indonesia lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok.

Namun, di balik capaian ini, harga minyak goreng rakyat Minyakita tetap tinggi. Protein hewani seperti telur dan daging ayam juga mengalami kenaikan harga signifikan akibat permintaan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Seiring berakhirnya 2025, pemerintah mulai menyiapkan langkah strategis menghadapi 2026, termasuk pembangunan peternakan ayam dan telur terintegrasi untuk memastikan pasokan protein jangka panjang sekaligus menekan volatilitas harga

Berikut kaleidoskop pangan sepanjang 2025 yang menjadi sorotan publik dan pelaku usaha:

1. Minyakita Disunat, Harga Masih Mahal

Baca Juga

  • Kaleidoskop 2025: Sederet Bencana Banjir di RI, dari Bekasi hingga Sumatra
  • Kaleidoskop 2025 dari Pasar Modal: Kala Saham Teknologi jadi Primadona
  • KALEIDOSKOP 2025: Kinerja Moncer Saham DSSA, DCII, hingga BRPT jadi Motor IHSG

Masyarakat dihebohkan dengan volume minyak goreng merek Minyakita dalam kemasan kurang dari takaran yang tertera, misalnya 1 liter hanya berisi 750–900 mililiter, yang juga dijual melampaui harga eceran tertinggi (HET) Rp15.700 per liter.

Selama periode Januari—Maret 2025, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menemukan dua kasus penjualan Minyakita dengan takaran kurang dari 1 liter. Kasus pertama, pada 24 Januari 2025, Kemendag menemukan Minyakita tak sesuai takaran diproduksi oleh PT Navyta Nabati Indonesia (NNI). Kasus ini sudah diselesaikan dengan dilakukan penyegelan izin operasi perusahaan.

Kemudian kasus kedua, pada 7 Maret 2025, Kemendag mendatangi lokasi PT Artha Eka Global Asia (AEGA) yang juga melakukan pengurangan takaran Minyakita. Namun, perusahaan ini ternyata sudah tutup dan berpindah lokasi.

Pabrik Minyakita disegel

Atas kasus itu, Kemendag memastikan produk Minykita yang tak sesuai takaran telah ditarik dari pasaran. Ke depan, Kemendag juga akan semakin banyak melakukan pengawasan.

Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebut, jika pemerintah belum melakukan pembenahan dan penindakan yang tegas, maka bukan tidak mungkin masyarakat akan berlabuh ke pilihan lain.

YLKI mengimbau agar pemerintah harus melakukan evaluasi dan membenahi tata kelola produksi dan distribusi Minyakita hingga konsumsi ke tangan konsumen. Di samping itu, YLKI juga prihatin atas penemuan takaran Minyakita yang tidak sesuai serta penemuan harga yang di atas HET sebab sudah melanggar hak konsumen. Bahkan, pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh konsumen.

2. Heboh Beras Oplosan

Pada Juli 2025, pemerintah mengumumkan sebanyak 212 merek beras medium dan premium diduga merupakan hasil oplosan yang tersebar di 10 provinsi. Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap sebanyak 212 merek beras (kualitas premium dan medium), 85,56% beras premium tidak sesuai standar mutu, 59,78% dijual di atas HET, dan 21,66% tidak sesuai berat kemasan.

Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri telah menetapkan tiga tersangka dari PT Padi Indonesia Maju (PIM). Bareskrim mengungkap modus yang dilakukan adalah dengan memproduksi beras premium yang tidak sesuai standar mutu SNI Beras Premium Nomor 6/128/2020 yang telah ditetapkan Permentan Nomor 31 Tahun 2017.

Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri telah menyita barang bukti yang digunakan dalam kasus beras oplosan, yaitu 13.740 karung beras, beras patah beras premium merek Sania, Fortune, Sofia, dan SIIP dalam kemasan 2,5 kg dan 5 kg. Serta, beras patah besar sebanyak 53,150 ton dalam kemasan karung, beras patah kecil 5,750 ton dalam kemasan karung, dan dokumen legalitas serta sertifikat penunjang.

Buntut kasus beras oplosan, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut pelaku usaha ritel modern sempat mendapat tekanan untuk menjual beras premium. Hal ini buntut kasus beras oplosan yang tak sesuai mutu dan kualitas.

Ketua Umum Aprindo 2024–2028 Solihin menyatakan kasus beras oplosan membuat pelaku usaha ritel modern ragu menjual beras premium, sehingga stok beras premium di ritel berkurang.

Dia menyebut pemerintah tetap ingin merek beras yang terkait kasus oplosan dipajang di rak, namun polisi memanggil peritel untuk dimintai keterangan, sementara sebagian masyarakat dan pemerintah daerah meminta merek beras oplosan diturunkan. Kondisi ini membuat ritel sulit menjual beras premium, apalagi pemasok beras premium yang tidak sesuai mutu juga menahan pasokan ke gerai.


3. Nihil Impor, Stok Beras RI Tertinggi Sepanjang Sejarah

Realisasi impor beras konsumsi umum pada 2025 turun 100% dibandingkan tahun lalu. Indonesia tidak mengimpor beras sepanjang 2025. Asal tahu saja, realisasi impor beras konsumsi pernah mencapai 4,52 juta ton pada 2024. Bahkan, total produksi beras 2025 diperkirakan mengalami surplus hingga 4 juta ton. 

Adapun, estimasi stok beras nasional sampai akhir 2025 masih berada di 12,5 juta ton, sementara kebutuhan konsumsi bulanan 2,599 juta ton. Dengan demikian, stok beras nantinya dapat mencukupi hingga hampir 5 bulan ke depan.

Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan tidak ada importasi beras medium yang masuk ke Indonesia sepanjang 2025, kecuali untuk kebutuhan industri dan beras khusus. Seluruh kebutuhan beras medium nasional dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini lantaran Indonesia berada dalam kondisi surplus beras medium sehingga pasokan nasional aman dan stabil.

Pekerja di gudang beras

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor beras Indonesia pada Januari–Oktober 2025 mencapai 364.300 ton dengan nilai US$178,5 juta. Impor ini berasal dari Myanmar, Thailand, dan India.  Hanya untuk Oktober 2025, impor beras mencapai 40.700 ton dengan nilai US$19,1 juta atau sekitar Rp318,05 miliar. 

Harga Telur Naik Karena MBG ....


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Polda Kalsel minta maaf anggotanya terlibat pembunuhan mahasiswi ULM
• 6 jam laluantaranews.com
thumb
Rapimnas I Partai Golkar, Kader Solid di Bawah Kepemimpinan Bahlil Lahadalia
• 3 jam lalusuara.com
thumb
Wakil Wali Kota Surabaya Kecam Pengusiran Paksa Lansia dari Rumahnya
• 12 jam lalukompas.tv
thumb
Jaksa Agung Mutasi 43 Kepala Kejaksaan Negeri, Ini Daftar Lengkapnya
• 5 jam laludetik.com
thumb
Tapanuli Utara Jadi Contoh Percepatan Huntap Korban Bencana, Terima Sertifikat Maret
• 4 jam lalugenpi.co
Berhasil disimpan.