Di balik deretan lapak makanan laut di kawasan wisata Pangandaran, terdapat kisah panjang perjuangan seorang pedagang bernama Dani Afendi. Pria berusia 46 tahun ini bukanlah pengusaha instan. Sejak kecil, ia telah dihadapkan dengan kerasnya perjuangan mencari uang.
Dani lahir dari keluarga sederhana. Kakek dan neneknya adalah petani, sementara kedua orang tuanya berdagang siomay. Berjualan sambil memakai sepeda telah dilakukan Dani dari bangku sekolah dasar kelas enam. Keterbatasan itu tidak memadamkan semangatnya untuk bekerja. Sejak kecil, ia selalu semangat mengelilingi jalan berjualan untuk membantu keluarga dan bertahan hidup.
Di masa kecil yang biasanya menghabiskan waktu dengan bermain, tetapi tubuh Dani sudah terbawa untuk selalu berjuang mencari nafkah. Namun, ia menyukai kegiatan ini seolah merupakan hobi yang ia lakukan dari kecil. Mengelilingi jalan hingga menawari dagangan kepada pelanggan membuatnya tersenyum. Menurut Dani, pelayanan merupakan ketulusan cara bersikap kita kepada orang lain.
Dari Siomay ke Hasil Laut Krispi
Sekitar 25 tahun lalu, Dani menetap dan berdagang di Pangandaran. Awalnya, ia mengikuti jejak orang tuanya berjualan siomay dengan berkeliling ke pasar ikan dan kawasan pantai. Ia melihat ada bahan yang bisa potensi lain di sekitarnya. Saat itu, Dani memperhatikan pedagang rajungan di pangkalan, serta beberapa orang yang berjualan makanan krispi dengan sepeda.
Dari pengamatan tersebut, kemudian muncul ide baru. Dani mulai mencoba mengolah ikan bilis krispi atau nama aslinya ikan kower. Dani memanfaatkan hasil laut yang mudah didapat di wilayah pesisir. Ia memilih ikan putih dengan tekstur daging yang tipis dan gurih, lalu memotongnya kecil menyerupai teri. Kepala ikan dibuang, dagingnya dibuang, lalu diasinkan dan digoreng hingga renyah.
Produk krispi ini terbukti lebih menguntungkan dibandingkan kegiatan berkeliling dengan sepeda berjualan siomay. Untuk seperempat kilogram ikan bilis, Dani menjual dengan harga standar, tetapi keuntungannya lumayan. Tak hanya ikan bilis krispi, ia juga menjual makanan krispi dari udang, ikan teri, cumi dan distribusi dagangan lainnya. Rajungan juga menjadi produk olahan beliau, yang sebelumnya kebanyakan dijadikan pakan bebek.
Gelombang Besar yang Hampir Mematahkan
Namun, perjalanan Dani tidak selalu mulus. Ada suatu titik tantangan terberat yang ia terima di tahun 2006. Ketika musibah tsunami menimpa Wilayah Pangandaran. Lapak miliknya hancur, penghidupan rasanya hampir terputus dan saat itu ia hampir menyerah. Namun, sebagai kepala keluarga, ia harus bertanggung jawab dan berdiri kembali. Dani telah menikah dua kali, istri pertamanya telah meninggal dunia.
Setelah menikah lagi, ia bersama istri dan anak-anaknya terus mengembangkan usaha dagangan. Perlahan, dagangannya kembali lancar. Walau masih ada pasang-surutnya, Dani tidak pernah mengeluh. Hingga kini, ia selalu yakin bahwa rezeki itu akan tetap datang padanya. Dengan keluarga berharga yang ia miliki, setiap usaha pasti akan memberikan hasil yang terbaik untuk istri dan anak-anaknya. Usaha dagangan milik sendiri memberinya ruang untuk bebas dari tekanan dan waktu.
Dani juga menjalin kerja sama dengan nelayan, sumber pelelang ikan. Dengan membeli pasokan bahan utama dalam usaha dagangnya. Dengan hal ini, ia mendapatkan harga yang lebih murah, banyak, dan menguntungkan pihak pelelangan. Selain itu, kini produknya ia kirim hingga ke luar daerah, seperti Bandung dan Jakarta, ia menjual melalui telepon, SMS, dan pembayaran dengan nomor rekening. Dani tidak menggunakan platform digital, seperti Shopee dan Tiktok untuk menjangkau pelanggan.
Tetap Bersyukur dan Tetap Melangkah
Dani juga menempatkan dagangannya kepada lapak lainnya, dengan rata-rata berat satu hingga dua kilogram per lapak. Tidak terlalu besar keuntungannya, Dani mensyukuri kestabilan dan keberkahan usahanya. Relasi dengan banyak pelanggan membuat dagangannya semakin bertahan. Ia juga meningkatkan kepercayaan dengan pelanggan dengan melengkapi izin kesehatan dan label halal.
Jika ia melihat ke belakang, ia selalu percaya pembelajaran yang ia dapat akan selalu membuatnya bertahan, hanya perlu keyakinan dan ketekunan dalam berusaha. Ke depan, ia berharap usahanya lebih berkembang, memiliki banyak lapak, dan memperluas pemasaran. Di balik ceritanya. ia berpesan agar anak muda di luar sana dapat bersekolah dengan sungguh-sungguh, patuh terhadap orang tua, dan tumbuh menjadi pribadi yang saleh.





