EtIndonesia. Selama masa Natal, pasukan Rusia terus melancarkan serangan terhadap infrastruktur energi dan sipil Ukraina. Informasi intelijen Ukraina menyebutkan bahwa Rusia diduga memanfaatkan citra satelit dari entitas Tiongkok untuk menargetkan sasaran di dalam wilayah Ukraina.
Kyiv membalas dengan serangan rudal dan drone ke fasilitas minyak dan gas Rusia. Sementara itu, militer Ukraina melaporkan bahwa sejak perang pecah, total kerugian personel Rusia telah melampaui 1,2 juta orang.
Serangan Natal Ukraina ke Kilang Rusia
Di sebuah pos komando militer di wilayah Kharkiv Oblast, sebuah pohon Natal kecil yang dihias sederhana menghadirkan secuil suasana hari raya bagi prajurit Ukraina yang bertugas di garis depan.
Prajurit Ukraina dengan sandi “Sanych” bertanya kepada istrinya melalui sambungan jarak jauh,
“Apakah hadiahnya sudah sampai?”
Sang istri, Oksana, menjawab, “Sudah. Kami merayakannya seperti orang-orang zaman dulu, dengan lilin.”
Bagi banyak prajurit di garis depan, Natal ini adalah yang keempat mereka jalani jauh dari rumah—dipenuhi kerinduan akan damai dan kemenangan.
“Sanych” menegaskan, “Dalam empat tahun ini kami telah membuktikan bahwa kami pantas menang. Kami juga tahu kemenangan tidak akan datang cepat. Karena itu, kami akan terus bertempur.”
Rusia Terus Menyerang Energi Ukraina
Pada Hari Natal, Rusia kembali menghantam infrastruktur energi dan sipil Ukraina, menyebabkan pemadaman listrik di sejumlah wilayah. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan, usai menerima paparan Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Ukraina (SZRU), Oleh Ivashchenko, bahwa keterkaitan Rusia dengan entitas Tiongkok kian erat. Ia menilai Rusia kemungkinan menggunakan citra satelit dari Tiongkok untuk menyerang sasaran energi di Ukraina.
Kilang Novoshakhtinsk Dihantam Rudal Storm Shadow
Di sisi lain, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengonfirmasi bahwa pasukannya menggunakan rudal buatan Inggris, Storm Shadow untuk menyerang Kilang Novoshakhtinsk di Rostov Oblast—salah satu pemasok produk minyak terbesar di Rusia selatan.
Rekaman visual menunjukkan serangkaian ledakan disertai kepulan asap hitam membumbung tinggi. Selama beberapa hari berturut-turut, Ukraina mengintensifkan serangan ke fasilitas minyak dan gas Rusia selatan, dengan tujuan melumpuhkan logistik militer dan urat nadi ekonomi Moskow.
Ukraina Klaim Kerugian Rusia Tembus 1,2 Juta Personel
Militer Ukraina merilis laporan yang menyebutkan bahwa sejak perang Rusia–Ukraina meletus, Rusia telah kehilangan:
- >1,2 juta personel,
- 11.449 tank,
- 4.107 rudal jelajah,
- 28 kapal, dan
- 2 kapal selam.
Moskow Tinjau Draf Perdamaian, Isyaratkan Revisi Kunci
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan bahwa proses perundingan untuk menyelesaikan konflik—khususnya dengan Amerika Serikat—berjalan lambat namun stabil.
Pada Kamis (25 Desember), Kremlin mengonfirmasi bahwa Moskow sedang menganalisis dokumen yang dibawa utusan Rusia dari pertemuan Rusia–AS di Florida dan akan melanjutkan komunikasi dengan Washington. Sumber yang mengetahui proses tersebut menyebutkan Rusia mendorong revisi kunci atas draf perdamaian, termasuk pembatasan tambahan terhadap militer Kyiv.
Sebelumnya, Ukraina mempublikasikan pokok-pokok “kerangka perdamaian 20 poin” hasil diskusi dengan AS. Meski isu wilayah dan kendali PLTN Zaporizhzhia belum disepakati, Kyiv menilai proposal itu dapat menjadi dokumen dasar untuk mengakhiri perang.
Namun, para analis menilai bahwa Rusia yang tengah meraih kemajuan di medan tempur kecil kemungkinan menerima rencana gencatan senjata dalam waktu dekat. Prospek perdamaian Rusia–Ukraina pun dinilai masih jauh dari jangkauan. (jhon)



