Tel Aviv: Israel secara resmi menjadi negara pertama yang mengakui Somaliland sebagai negara merdeka dan berdaulat. Keputusan tersebut diumumkan pada Jumat dan dinilai berpotensi mengubah dinamika geopolitik kawasan sekaligus menguji penolakan lama Somalia terhadap pemisahan wilayah itu.
Dikutip dari The Telegraph Online, Sabtu. 27 Desember 2025, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan segera menjalin kerja sama dengan Somaliland di bidang pertanian, kesehatan, teknologi, dan ekonomi.
Dalam pernyataannya, Netanyahu juga mengucapkan selamat kepada Presiden Somaliland Abdirahman Mohamed Abdullahi, memuji kepemimpinannya, serta mengundangnya untuk berkunjung ke Israel.
Netanyahu menyebut pengakuan tersebut “sejalan dengan semangat Abraham Accords yang ditandatangani atas prakarsa Presiden Trump.” Kesepakatan Abraham yang ditandatangani pada 2020 dimediasi oleh pemerintahan pertama Donald Trump, yang membuka jalan bagi normalisasi hubungan diplomatik Israel dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain, sebelum diikuti negara lain.
Pernyataan resmi Israel menyebutkan bahwa Netanyahu, Menteri Luar Negeri Gideon Saar, serta Presiden Somaliland menandatangani deklarasi bersama mengenai pengakuan timbal balik. Abdullahi, dalam pernyataannya, mengatakan Somaliland akan bergabung dengan Abraham Accords dan menyebut langkah itu sebagai bagian dari upaya menuju perdamaian regional dan global.
Ia menegaskan komitmen Somaliland untuk membangun kemitraan, meningkatkan kemakmuran bersama, serta mendorong stabilitas di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Sementara itu, Mesir menyatakan Menteri Luar Negeri Badr Abdelatty telah melakukan pembicaraan telepon dengan mitranya dari Somalia, Turki, dan Djibouti. Mereka membahas apa yang disebut sebagai perkembangan berbahaya di Tanduk Afrika menyusul pengumuman Israel tersebut.
Para menteri mengecam pengakuan Israel terhadap Somaliland, menegaskan kembali dukungan penuh terhadap persatuan dan keutuhan wilayah Somalia, serta memperingatkan bahwa pengakuan terhadap wilayah yang memisahkan diri dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir.
Somaliland telah menikmati otonomi de facto serta stabilitas relatif sejak 1991, ketika Somalia terjerumus ke dalam perang saudara. Namun hingga kini, wilayah yang memisahkan diri itu belum memperoleh pengakuan resmi dari negara mana pun.
Selama bertahun-tahun, Somalia secara aktif menggalang dukungan internasional untuk menentang setiap upaya pengakuan terhadap Somaliland. Bekas protektorat Inggris tersebut berharap pengakuan Israel dapat mendorong negara lain untuk mengikuti langkah serupa, sehingga memperkuat posisi diplomatiknya dan membuka akses lebih luas ke pasar internasional.
Pada Maret lalu, Somalia dan Somaliland sama-sama membantah menerima proposal dari Amerika Serikat atau Israel terkait pemukiman kembali warga Palestina dari Gaza. Pemerintah Somalia di Mogadishu menegaskan menolak secara tegas setiap rencana semacam itu.

