Harga minyak dunia ditutup melemah pada perdagangan di Jumat (26/12). Hal ini terjadi setelah investor menimbang potensi surplus pasokan global, sembari memantau peluang kesepakatan damai menjelang pertemuan antara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dilansir dari Reuters, Senin (29/12), Minyak Brent berjangka ditutup turun 2,57% ke US$60,64. Sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah 2,76% ke US$56,74.
Baca Juga: Kritik Trump, Beijing Kesal Soal Penyitaan Tanker Minyak Venezuela Tujuan China
Meski gangguan pasokan sempat mendorong harga minyak pulih dalam beberapa sesi terakhir dari posisi terendah hampir lima tahun, harga minyak tetap berada di jalur penurunan tahunan terdalam sejak 2020.
“Premi geopolitik memang memberikan dukungan jangka pendek bagi harga, namun belum mengubah secara material narasi kelebihan pasokan yang mendasari pasar,” tulis Analis Aegis Hedging.
Perhatian pasar tertuju pada perkembangan upaya perdamaian dalam konflik Rusia-Ukraina. Kesepakatan damai berpotensi membuka jalan bagi pencabutan sanksi internasional terhadap sektor minyak dari Rusia.
Zelenskiy dijadwalkan membahas isu wilayah dengan Trump. Kerangka perdamaian dua puluh poin serta kesepakatan jaminan keamanan dilaporkan hampir rampung.
Zelenskiy mengatakan banyak keputusan penting dapat diambil sebelum akhir tahun. Ia juga menyatakan kesediaannya menggelar referendum terkait kerangka perdamaian yang disepakati, jika pihak lawan menyetujui gencatan senjata.
Adapun Gedung Putih memerintahkan militer untuk menerapkan fokus “karantina” terhadap minyak dari Venezuela. Hal itu dilakukan setidaknya selama dua bulan ke depan.
Baca Juga: Anak Usaha RATU Akuisisi Saham Kontraktor Hulu Migas di Selat Sunda
Meski risiko geopolitik terus membayangi, pelaku pasar secara umum masih menaruh perhatian utama pada meningkatnya surplus pasokan minyak global yang diperkirakan akan menekan harga dalam jangka menengah.
