Benarkah Pangan Menyumbang Banyak Emisi Gas Rumah Kaca?

kompas.id
6 jam lalu
Cover Berita
Informasi apa yang akan Anda dapatkan dari artikel ini?
  1. Apa yang dimaksud emisi gas rumah kaca dari sektor pangan?
  2. Apa kaitan antara peternakan dan peningkatan emisi gas metana?
  3. Bagaimana pola makan berkontribusi pada tingginya emisi?
  4. Makanan apa saja yang rendah emisi dan ramah lingkungan?
Apa yang dimaksud emisi gas rumah kaca dari sektor pangan?

Dunia menghadapi ancaman krisis iklim akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Laporan Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) mendorong agar setiap negara menekan emisi untuk mengendalikan dampak perubahan iklim. Jika pemanasan global tak terkendali, masyarakat dibayangi bencana, penyakit, kelaparan, dan kemiskinan.

Makanan kini menjadi pendorong utama perubahan iklim dan sebagian besar orang mengonsumsi makanan melebihi kemampuan planet yang kita huni untuk menampungnya. Studi terbaru Universitas British Columbia (UBC) menemukan, 44 persen populasi global perlu mengubah kebiasaan makan untuk menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat celsius.

Angka itu bersifat konservatif karena tim peneliti memakai data tahun 2012 dan sejak itu emisi dan populasi dunia meningkat. Studi ini dipimpin Juan Diego Martinez saat menjadi mahasiswa doktoral di Institut Sumber Daya Lingkungan dan Berkelanjutan UBC. Dikutip Sciencedaily, 24 Desember 2025, Martinez memproyeksikan, hingga tahun 2050 sebanyak 90 persen populasi dunia perlu mengubah pola makannya.

KOMPAS.ID

Sistem pangan dunia bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga dari total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia. Studi itu menemukan, 15 persen populasi terbanyak menghasilkan emisi dan menyumbang 30 persen dari total emisi pangan, setara dengan kontribusi 50 persen penduduk terbawah.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), sistem saat ini gagal memenuhi kebutuhan kalori dasar dengan lebih dari 620 juta orang kelaparan tiap hari. Diperkirakan, emisi dari pangan menghalangi kita menahan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat celsius atau 2 derajat celsius di atas tingkat pra-industri.

Laporan Catherine C Ivanovich dari Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan Universitas Columbia, dan tim, di jurnal Nature Climate Change, 6 Maret 2023, memaparkan, sektor pangan global menyumbang gas rumah kaca dan menambah suhu hampir 1 derajat celsius pada 2100.

Baca JugaMasa Depan Bumi dalam Piring Kita
Apa hubungan antara produksi makanan dan peningkatan emisi gas metana?

Apa yang kita makan dan cara makanan itu diproduksi memengaruhi kesehatan kita dan lingkungan. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), makanan perlu ditanam, diangkut, didistribusikan, disiapkan, dikonsumsi, dan kadang dibuang. Tiap langkah ini menghasilkan emisi gas rumah kaca dan berkontribusi pada perubahan iklim.

Sebagian besar gas rumah kaca terkait pangan dari pertanian. Sektor pertanian bertanggung jawab atas hampir separuh emisi metana (CH4), dua pertiga emisi nitro oksida (N2O), dan 3 persen emisi karbon dioksida (CO2) dari aktivitas manusia. Tiga gas rumah kaca ini menyumbang 80 persen dari pemanasan global saat ini.

Emisi gas rumah kaca dari pertanian juga dihasilkan dari karbon dioksida hasil penebangan hutan untuk perluasan lahan pertanian, pengelolaan pupuk kandang, budidaya tanaman padi, pembakaran sisa tanaman, dan peng

Sementara industri peternakan berkontribusi pada perubahan iklim melalui emisi, metana, dan natrium dioksida. Makanan berbasis hewan, terutama daging merah, susu, dan udang hasil budidaya, dikaitkan emisi gas rumah kaca tertinggi karena butuh padang rumput luas dengan menebang pohon, melepas karbon dikoksida di hutan.

Adapun sapi dan domba mengeluarkan metana saat mencerna rumput dan tanaman. Kotoran sapi dan pupuk tanaman menghasilkan nitrogen oksida, gas rumah kaca lain. Budidaya udang juga kerap menempati area pesisir bekas hutan bakau penyerap karbondioksida.

Sebagian kecil emisi gas rumah kaca dari makanan disebabkan pendinginan dan pengangkutan makanan, proses industri seperti produksi kertas dan aluminium untuk kemasan, serta pengelolaan limbah makanan. Distribusi makanan antardaerah, bahkan antarnegara, juga menghasilkan emisi tinggi.

Baca JugaSektor Pangan Meningkatkan Suhu Global 1 Derajat Celsius pada 2100
Bagaimana pola konsumsi makanan berkontribusi pada tingginya emisi?

Menurut Martinez, pilihan makanan kita turut menentukan masa depan Bumi. Ini jadi langkah pertama menuntut perubahan dari para pemimpin politik. Makin banyak kita membicarakan perubahan pola makan dan apa yang penting bagi kita, kian banyak politisi akan peduli kebijakan yang berdampak positif pada sistem pangan.

”Kami menemukan bahwa konsumsi makanan global saja dapat menambah hampir 1 derajat celsius pemanasan pada tahun 2100. Sebesar 75 persen dari pemanasan ini didorong oleh makanan yang merupakan sumber metana tinggi (daging ruminansia, susu, dan beras),” tulis Ivanovich (Kompas.id, 8 Maret 2023).

Namun, tanggung jawab menekan emisi setiap penduduk tak seragam karena variasi konsumsi makanan antara warga termiskin dan terkaya dunia amat besar. Sebuah studi mengungkap 57 persen populasi global mengonsumsi makanan berlebihan dan akan menghemat 32,4 persen emisi global jika mengubah pola makan.

Bagaimanapun kita perlu mengurangi emisi dengan cara apa pun. Emisi dari makanan bukan hanya persoalan bagi orang terkaya, tetapi semua orang. Selain makan secukupnya, manfaatkan kembali yang tidak dibutuhkan. Lebih sedikit makanan terbuang berarti lebih sedikit emisi.

Kebiasaan masyarakat mengonsumsi daging sapi turut menyumbang emisi karbon. Sekitar 43 persen emisi terkait makanan dari rata-rata warga Kanada berasal dari daging sapi saja. Kita berada pada titik di mana emisi makanan juga perlu dikurangi untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim.

Baca JugaHutan, Pangan, dan Perubahan Iklim
Makanan apa saja yang tergolong rendah emisi dan ramah lingkungan?

Pengurangan emisi dari sektor pangan perlu perubahan di semua tahapan, dari produsen sampai konsumen. Jika memungkinkan, geser sistem pangan ke arah pola makan kaya nabati, lebih banyak protein nabati seperti kacang-kacangan, buncis, biji-bijian, dan gandum.

Jenis makanan rendah emisi yakni makanan nabati seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, polong-polongan, dan lentil. Sebab, makanan nabati ini memakai lebih sedikit energi, lahan, dan air, serta memiliki intensitas gas rumah kaca lebih rendah dibandingkan makanan berbasis hewan.

Interaksi praktik produksi, perdagangan, preferensi diet, transisi nutrisi, dan ketidaksetaraan akses terhadap makanan dalam suatu negara membentuk variasi emisi sistem pangan global. Upaya mengurangi emisi dari sistem pangan akan jadi bagian dari kehidupan hampir setiap orang hingga tahun 2050.

Hal ini perlu dibarengi dengan upaya mengurangi makanan berbasis hewan (daging dan susu) serta mengurangi lemak jenuh (mentega, susu, keju, daging, minyak kelapa, dan minyak sawit). Langkah ini bisa mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan daripada pola makan saat ini di mayoritas negara industri.

Hasil riset Universitas Leiden dan China Agricultural University di jurnal Nature Food, edisi 10 Januari 2022 mencatat, peralihan ke pola makan nabati akan menekan emisi dari produksi pertanian 61 persen. Selain itu mengubah bekas lahan pertanian dan padang rumput ke kondisi alaminya akan menghilangkan 98,3 miliar ton karbon dioksida dari atmosfer pada akhir abad ini.

Kajian itu menemukan, area yang dibutuhkan hewan untuk merumput dan menanam pakan amat besar. Luasannya 80 persen dari semua lahan pertanian atau 35 persen dari total lahan yang dapat dihuni di dunia. Jika negara-negara kaya pindah dari produk hewani, lebih sedikit lahan yang dibutuhkan untuk menanam tanaman pangan.

Mulailah mengonsumsi makanan yang lebih kaya akan tumbuhan dan bergizi seimbang, makanan yang menyediakan energi dan nutrisi dari beberapa kelompok makanan berbeda, dan kurangi makanan yang lebih merusak lingkungan.

Baca JugaMakanan Ultraolahan Tidak Sehat dan Tidak Ramah Lingkungan

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Review 2025: Ekonomi Indonesia Stabil, Kredibel, Kian Dilirik Investor Global
• 19 jam lalukatadata.co.id
thumb
Ucap Insyaallah, Cristiano Ronaldo Percaya Diri Bisa Tamatkan 1000 Gol Sepanjang Kariernya
• 5 jam lalutvonenews.com
thumb
Demo Buruh Tolak UMP 2026 Berlanjut Hari Ini, Berikut Tuntutannya
• 3 jam lalubisnis.com
thumb
Tampil Fresh Sat Set dengan Inovasi Blush Lens Terbaru
• 23 jam lalurepublika.co.id
thumb
Sumsel Usul Alokasi Pupuk Subsidi 2026 Ditambah 76.000 Ton
• 16 jam lalubisnis.com
Berhasil disimpan.