Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Jakarta
Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis, 11 Desember 2025. Penguatan ini terjadi seiring melemahnya dolar di pasar global setelah bank sentral AS, The Fed, kembali memangkas suku bunga acuannya (FFR).
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,30% ke posisi Rp16.630/US$. Sehari sebelumnya, rupiah ditutup melemah 0,12% di level Rp16.680/US$. Di saat yang sama, indeks dolar AS (DXY) melemah 0,22% ke posisi 98,571 pada pukul 09.00 WIB.
Dampak Keputusan The Fed
Penguatan rupiah dipicu keputusan The Fed memangkas suku bunga acuan 25 basis poin (bps), menjadi kisaran 3,50%–3,75%, yang merupakan pemangkasan ketiga sepanjang 2025.
Langkah ini mendorong arus keluar dana dari aset dolar dan meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko, termasuk pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Pemangkasan dilakukan di tengah meningkatnya tanda-tanda perlambatan ekonomi AS, terutama dari sektor tenaga kerja—meliputi pertumbuhan lapangan kerja yang melambat dan kenaikan tingkat pengangguran.
Proyeksi Kebijakan Moneter Selanjutnya
Meski agresif memangkas suku bunga sepanjang 2025, The Fed hanya memproyeksikan satu kali pemangkasan pada 2026, konsisten dengan proyeksi sebelumnya.
Pasar memprediksi The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan Januari 2026. Probabilitasnya naik dari 70% menjadi 78% setelah keputusan terbaru.
Voting FOMC menunjukkan perbedaan pandangan diantaranya sebagian anggota mendukung pemangkasan untuk menjaga pasar tenaga kerja dan lainnya menilai pelonggaran terlalu cepat dan berisiko menahan inflasi tetap tinggi.
Dengan melemahnya dolar AS dan meningkatnya selera risiko investor global, rupiah mendapat ruang untuk melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini.
Editor: Redaksi TVRINews
