- Anggota Komisi X DPR RI mendorong BRIN menggeser penanganan bencana sektor pendidikan dari responsif menjadi preventif berbasis riset.
- Disarankan BRIN memimpin penyusunan peta risiko bencana dinamis terintegrasi yang mudah diakses masyarakat dan daerah.
- Diusulkan skema pendanaan khusus untuk riset kearifan lokal dan hasil penelitian diaplikasikan menjadi materi ajar praktis.
Suara.com - Anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana, menekankan urgensi perubahan pendekatan dalam penanganan bencana di Indonesia, khususnya yang menyasar sektor pendidikan.
Ia mendorong Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta perguruan tinggi untuk menggeser fokus dari langkah responsif (reaktif) menjadi preventif yang berbasis pada riset dan mitigasi jangka panjang.
Menyebut Indonesia sebagai “supermarket bencana”, Bonnie menilai kesiapsiagaan menghadapi bencana harus dibangun di atas fondasi riset yang kuat, pemanfaatan teknologi, serta peran aktif akademisi.
"Untuk itu, peran BRIN sebagai koordinator riset nasional sangat krusial," kata Bonnie kepada wartawan, Jumat (12/12/2025).
Legislator PDI Perjuangan ini merekomendasikan agar BRIN segera memimpin penyusunan peta risiko bencana dinamis.
Peta tersebut diharapkan dapat mengintegrasikan data satelit, catatan sejarah bencana, hingga proyeksi iklim, serta wajib dapat diakses dengan mudah oleh pemerintah daerah dan masyarakat.
Di sektor pendidikan, Bonnie mendorong Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemenristekdikti) bersama BRIN untuk menciptakan skema pendanaan khusus.
Pendanaan ini ditujukan bagi riset kolaboratif antara dosen, peneliti BRIN, dan mahasiswa yang berfokus pada dokumentasi kearifan lokal (local wisdom) dan pemetaan kerentanan berbasis komunitas.
Ia mengingatkan agar hasil penelitian tersebut tidak hanya menumpuk sebagai dokumen akademis semata.
Baca Juga: Rencana Redenominasi, BRIN Siap Turun Tangan Riset dan Beri Masukan
"Riset tidak boleh berhenti di jurnal. Harus ada mekanisme yang menjembatani temuan peneliti BRIN dan kampus menjadi bahan ajar praktis di sekolah dan materi sosialisasi untuk masyarakat," tegasnya.
Ia pun mengapresiasi langkah-langkah penanggulangan yang telah dilakukan sejauh ini, namun ia mengingatkan agar kewaspadaan terus ditingkatkan melalui mitigasi yang terukur.
"Mestinya kita lihat ke depan sekarang penanggulangan sudah banyak, saya juga mengapresiasi tindakan cepat dari community scientist, juga BRIN, terhadap penanggulangan bencana ini. Ke depan, kita bisa meningkatkan lagi kewaspadaan kita, kemudian mitigasinya," katanya.
Lebih lanjut, Bonnie menyinggung pentingnya pemanfaatan teknologi modern seperti citra satelit dan drone.
Menurutnya, teknologi ini seharusnya mampu mengidentifikasi kerusakan lingkungan sejak dini, mencontoh praktik negara lain yang memanfaatkan arsip visual dan data historis untuk pemetaan risiko. Dengan pengawasan optimal berbasis riset, potensi kerugian besar akibat bencana diharapkan dapat diminimalisir.
"Mestinya kan terdeteksi dari awal, sehingga banjir yang menyebabkan korban jiwa yang sangat besar ini kita bisa hindari," tegasnya.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5435759/original/057046300_1765094215-20251206_111535__1_.jpg)
