JAKARTA, DISWAY.ID - Di pulau yang dulu menjadi saksi bisu sejarah dunia, Morotai semakin mandiri menuju kedaulatan ekonomi.
Dengan potensi 2.600 ton tuna per tahun dan 13.400 hektar perkebunan kelapa, ironisnya, kemakmuran alam itu belum sepenuhnya dinikmati masyarakat setempat.
Pada momentum Hari Transmigrasi 2025 ini, Morotai adalah laboratorium hidup bagi konsep “New Transmigrasi” —sebuah pergeseran paradigma dari program pemindahan penduduk menjadi gerakan kebudayaan dan ekonomi yang regeneratif, adil, dan berkelanjutan.
BACA JUGA:Mentrans Percepat Penanganan Banjir di Lima Kawasan Transmigrasi Aceh
“New Transmigrasi bukan lagi soal memindahkan manusia dari pulau padat ke pulau kosong. Ini adalah seni memindahkan cara berpikir: dari ekonomi ekstraktif yang hanya mengambil, menuju ekonomi regeneratif yang memulihkan; dari pendekatan sektoral yang terpisah-pisah, menuju sinergi menyeluruh yang saling menguatkan,” jelas Dr. Rachma Fitriati, M.Si., M.Si (Han), Ketua Tim Ekspedisi Patriot UI di Pulau Morotai, Maluku Utara.
"Morotai adalah kanvas terbaik untuk mewujudkan visi ini," katanya.
Data Tim Ekspedisi Patriot UI mengungkap realitas pilu di balik keindahan alam Morotai.
Di laut, nelayan tradisional dengan perahu kecil harus berjuang di antara kapal-kapal besar di zona tangkap 0–4 mil.
BACA JUGA:Mahasiswa IPB Gugur di Papua Saat Pengabdian, Menteri Transmigrasi Langsung Terbang ke Lokasi
“Mereka seperti penonton di rumah sendiri,” ungkap Helmi Muhammad, Kepala Desa Bere-bere Morotai Utara.
Pelanggaran terhadap Permen KP No. 18/2021 telah memicu struktur monopsoni yang kian meminggirkan nelayan lokal.
“Hasil tangkapan sering dijual murah atau dibiarkan membusuk. Cold storage di sini kerap tak berfungsi optimal karena listrik tidak stabil,” ujar Syarif Sumtaki, Kepala Desa Sangowo Timur.
“Kami terpaksa harus mengambil es batu cold storage di Desa Tiley Pantai yang jaraknya 100 km dari dari Desa Sangowo Timur,” keluh Mukhlis salah seorang pengepul yang pernah menjadi Pengurus Koperasi Nelayan Tuna Pasifik di Desa Sangowo Timur.
BACA JUGA:Kawasan Yichang Jadi Inspirasi Transformasi Transmigrasi Indonesia
"Rantai dingin yang terputus membuat nelayan sekadar menjadi supplier bahan mentah dengan daya tawar rendah”, tutur Mahli Aweng, Kepala Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Morotai.
- 1
- 2
- 3
- »



