JAKARTA, DISWAY.ID - Penembakan brutal terjadi di kawasan Bondi Beach, Sydney, Australia, yang menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai 40 lainnya.
Otoritas setempat menyatakan serangan tersebut merupakan aksi teror yang secara sengaja menargetkan komunitas Yahudi pada hari pertama perayaan Hanukkah.
Dilansir dari Al Jazeera, polisi menyatakan satu pelaku penembakan, berusia 50 tahun, juga tewas di lokasi kejadian.
Pelaku kedua, putranya yang berusia 24 tahun, mengalami luka “kritis” dan masih dirawat di rumah sakit.
BACA JUGA:Netanyahu Nyatakan Absen di KTT Perdamaian Gaza, Beralasan Hari Raya Yahudi
Pihak berwenang menetapkan penembakan ini sebagai insiden “teroris”, dengan menyebut bahwa aksi tersebut “dirancang untuk menargetkan komunitas Yahudi di Sydney pada hari pertama Hanukkah”.
Sebuah video memperlihatkan seorang pria yang diidentifikasi sebagai pemilik toko bernama Ahmed al Ahmed, yang disebut sebagai “pahlawan”, berhasil melucuti senjata salah satu penyerang.
BACA JUGA:Penembakan Brutal AS, 3 Tewas di Permukiman Yahudi Brooklyn
Fakta yang diketahui tentang para pelakuPenyiar publik Australia, ABC, melaporkan telah mengidentifikasi para pelaku penembakan sebagai Sajid Akram (50) dan Naveed Akram (24). Namun, pemerintah belum mengonfirmasi laporan ABC tersebut.
Sebelumnya, Komisaris Polisi New South Wales Mal Lanyon mengatakan dalam konferensi pers bahwa “para pelaku adalah seorang pria berusia 50 tahun dan seorang pria berusia 24 tahun yang merupakan ayah dan anak”.
“Pria berusia 50 tahun tersebut adalah pemegang izin senjata api dan memiliki enam senjata api yang terdaftar atas namanya,” ujar Lanyon.
BACA JUGA:Natanyahu Pecat Menteri Pertahanan Israel Karena Minta Warga Yahudi ultra-Ortodoks Masuk Wamil
Ia menambahkan bahwa pihak berwenang tidak sedang mencari orang ketiga.
Direktur Jenderal Australian Security Intelligence Organisation (ASIO), Mike Burgess, mengindikasikan bahwa salah satu dari kedua pria tersebut sudah dikenal oleh otoritas Australia, menurut laporan ABC.
“Salah satu individu ini memang sudah kami kenal, tetapi bukan dalam konteks ancaman langsung, sehingga kami perlu menelusuri apa yang sebenarnya terjadi di sini,” kata Burgess.
- 1
- 2
- »





