Jakarta, ERANASIONAL.COM — Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), memiliki potensi besar untuk menstabilkan harga pangan
Pernyataan ini disampaikan dalam Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin oleh Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (15/12/2025).
Kaban Dadan menjelaskan bahwa MBG dapat berperan aktif dalam mengatasi gejolak harga komoditas tertentu, baik saat terjadi inflasi maupun deflasi.
Menurut Kaban Dadan, mekanisme stabilisasi harga pangan ini dilakukan dengan memberikan instruksi kepada dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
“Instruksi tersebut mengarahkan SPPG untuk menggunakan komoditas pangan yang sedang mengalami gejolak harga. Hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan di pasar, sehingga harga dapat terjaga dalam kondisi stabil,” ujar Kaban Dadan.
Strategi Pemerintah
Dia mengatakan langkah ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk memastikan ketersediaan pangan yang merata sekaligus menjaga stabilitas ekonomi di sektor pertanian dan pangan.
“Dengan kapasitas pembelian yang masif, program MBG diharapkan mampu menjadi penyangga harga yang signifikan. Ini akan memberikan dampak positif bagi petani dan konsumen di seluruh Indonesia,” ujar dia.
Dadan Hindayana menjelaskan secara rinci bagaimana program MBG dapat berfungsi sebagai penstabil harga. Ketika permintaan akan komoditas tertentu, seperti telur atau ayam, terlalu tinggi, BGN dapat menginstruksikan SPPG untuk beralih menggunakan protein lain.
“Kalau permintaan akan telur sama ayam terlalu tinggi, kami bisa memberikan instruksi kepada SPPG agar menggunakan protein lain, contohnya bulan ini adalah bulan ikan maka kita anjurkan agar lebih banyak menggunakan ikan,” kata Kaban Dadan.
Sebaliknya, dikatakan Kaban Dadan, jika suatu komoditas pangan mengalami penurunan harga drastis akibat kelebihan produksi, SPPG akan menyerap komoditas tersebut sebagai bahan baku dalam menu MBG.
“Sebagai contoh, SPPG pernah diperintahkan untuk memasak menu menggunakan kentang satu hari dalam seminggu saat harganya turun. Mekanisme ini membantu petani agar produk mereka tidak menumpuk dan harganya tidak jatuh terlalu dalam,” tambah Kaban.
Oleh karena itu, Dadan meminta agar BGN selalu diinformasikan jika ada bahan pangan yang mengalami tekanan harga atau bahkan tidak laku di pasaran.
“Saya kira nanti di daerah-daerah bagi yang mendapat tekanan harga dan ada tidak laku, tinggal informasikan ke Badan Gizi supaya kita bisa instruksikan ke SPPG agar kita bisa stabilkan harga karena kapasitas pembelian SPPG cukup masif pak,” tandas Kaban.
Program MBG Sangat Masif
Kapasitas pembelian bahan pangan oleh SPPG dalam program MBG terbilang sangat masif, memberikan dampak signifikan pada pasar dan petani.
Dadan merinci bahwa dalam satu porsi menu MBG, SPPG membutuhkan sekitar 200 kilogram beras, 350 kilogram sayur, dan 150 sisir pisang sebagai contoh buah, yang setara dengan hasil 15 pohon pisang.
“Contoh lain dari skala pembelian yang besar adalah pasokan lele. SPPG dapat menerima pasokan lele dari dua kolam, atau setidaknya 3.000 ekor lele, untuk memenuhi kebutuhan protein tiap siswa. Skala ini menunjukkan betapa besarnya daya serap program MBG terhadap hasil pertanian dan perikanan lokal,” ujar dia.
Kaban Dadan mengatakan betapa masifnya program makan bergizi dan saya kira sekarang sudah dirasakan oleh masyarakat banyak petani-petani pemuda yang sudah mulai beraktivitas di daerah masing-masing meningkatkan produktivitas wilayah.
“Dampak positif ini tidak hanya terasa pada stabilitas harga, tetapi juga pada peningkatan aktivitas dan produktivitas di kalangan petani muda di berbagai daerah,* tandas dia.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5358185/original/003389000_1758600333-1.jpg)
