tvOnenews.com - Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Gorontalo, Rachmat Gobel mengaku optimis bahwa Gorontalo akan mengalami kemajuan di tahun-tahun mendatang.
“Sudah terlihat ada cahaya dan bibit-bibit kemajuan. Syaratnya bersatu dan simpan warna-warna partai,” katanya.
Hal itu ia sampaikan saat membuka Seminar Nasional Akselerasi Pembangunan dan Kemakmuran Gorontalo di Grand Palace Convention Center, Gorontalo. Seminar ini menghadirkan ekonom dari Jakarta, Sunarsip, guru besar ekonomi dari Universitas Negeri Gorontalo Muhammad Amier Arham, dan Kepala Bank Indonesia Gorontalo Bambang Satya Permana.
Seminar ini dihadiri para pejabat setempat, akademisi, anggota DPRD, tokoh masyarakat, dan para mahasiswa. Seminar ini diadakan dalam rangka refleksi akhir tahun 2025 dan 25 tahun kelahiran Provinsi Gorontalo. Hingga kini, ranking persentase penduduk miskin di Gorontalo tetap menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia, demikian pula dengan ranking Indeks Pembangunan Manusia yang tetap menjadi salah satu yang terendah di Indonesia.
Gobel mengatakan, tanda-tanda hadirnya kemajuan Gorontalo tampak dari hadirnya tiga proyek besar di Gorontalo. Pertama, pembangunan bendungan dan waduk Bulango Ulu di Kabupaten Bone Bolango. Bendungan dan waduk ini akan mengurangi banjir secara signifikan, irigasi bagi hampir 5 ribu haktare sawah, menghasilkan listrik dari tenaga air dan tenaga surya, dan tumbuhnya industri pariwisata. Kedua, pembangunan pelabuhan internasional Anggrek dan Kawasan Ekonomi Khusus Pangan di Kabupaten Gorontalo Utara. Hal ini akan melahirkan industri pengoalahan pangan dan membuka pintu ekspor ke negara-negara Asia Timur.
Ketiga, pembangunan industri pengolahan tambang emas di Kabupaten Pohuwato. “Semuanya akan menyerap tenaga kerja yang besar, menggerakkan UMKM, dan memberikan efek berantai serta hadirnya investasi ekonomi,” katanya.
Untuk itu, Gobel meminta kepada para kepala daerah dan aparat birokrasi mengembangkan sikap mental dan pola kerja yang ia sebut sebagai biropreneurship. Ia menggabungkan dua kata, yaitu birokrasi dan entrepreneurship. Dengan demikian biropreneurship ia maknai sebagai sikap mental dan pola kerja birokrasi menjadi seperti sikap mental dan pola kerja kewirausahaan. “Yaitu dari setiap pengeluaran anggaran harus mempertimbangkan output dan outcome. Sehingga anggaran bukan sekadar untuk dihabiskan, tapi lihat apa manfaatnya,” katanya.



