FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Polemik di internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kembali disorot tokoh NU, Islah Bahrawi.
Islah menyemprot pihak-pihak yang menurutnya menggunakan simbol keagamaan untuk kepentingan tertentu, termasuk dugaan keterkaitan dengan kepentingan bisnis tambang.
Ia menegaskan bahwa simbol kesalehan tidak selalu mencerminkan integritas seseorang.
“Tidak semua waliyullah itu pakai sorban,” ujar Islah di X @islah_bahrawi (17/12/2025).
Sebaliknya, ia mengingatkan bahwa atribut keagamaan juga bisa disalahgunakan.
“Tidak semua yang pakai sorban itu waliyullah. Bisa jadi dia seorang bajingan yang sedang membajak jubah kesalehan,” kata Islah.
Lebih jauh, Islah mengaku penasaran dengan dugaan aliran dana yang diterima sejumlah tokoh agama yang ia sebut abal-abal.
Ia mempertanyakan komitmen mereka terhadap persatuan organisasi.
“Saya penasaran, berapa uang yang telah diterima oleh gus dan kyai abal-abal dari pengusaha tambang ya?,” ucapnya.
Islah bilang, besarnya kepentingan materi diduga menjadi pemicu munculnya konflik di tubuh NU.
“Sampai mereka rela jadi begundal memecah belah NU dari dalam?,” tegasnya.
Islah bahkan memberikan sindiran menohok terkait besaran dana yang ia duga mengalir.
“Yang jelas uangnya banyak, tidak akan muat jika disembunyikan di dalam peci atau sorban,” kuncinya.
Sebelumnya, KH Miftachul Akhyar, mengungkap pandangannya mengenai fenomena kelompok elite ekonomi yang kerap disebut sebagai “sembilan naga” dan menguasai sebagian besar aset di Indonesia.
Cerita itu ia sampaikan berdasarkan pengalamannya ketika masih menjabat sebagai Wakil Rais Aam PBNU.
Saat itu, ia mengaku pernah diajak menghadiri sebuah pertemuan setelah rapat organisasi.
“Saya waktu masih wakil rois am, kalau setelah rapat di PBNU, pulang malam, pesawat terakhir,” ujar Akhyar dikutip pada videonya yang beredar (17/12/2025).
Ia mengatakan, dalam kesempatan tersebut dirinya diajak bertemu sejumlah pihak dalam sebuah forum di kawasan Kemayoran, Jakarta.
“Saya pernah diajak ketemu oleh anak-anak, karena ada pertemuan di Kemayoran, di PRJ Jakarta, di gedung apa saya lupa,” ucapnya.
Dalam pertemuan itu, Akhyar menyebut hadir sebagian dari kelompok yang dikenal sebagai sembilan naga.
“Sedang kumpul sebagian daripada sembilan naga. Tahu sembilan naga? Mungkin di sini belum mengenal,” katanya.
Ia menjelaskan, istilah sembilan naga awalnya merujuk pada sembilan pengusaha besar yang meraih kesuksesan bisnis. Namun, jumlah tersebut kini disebut telah bertambah.
“Sembilan naga itu mungkin awalnya sembilan orang yang bisnisnya sukses. Sekarang jumlanya delapan belas orang,” ungkapnya.
Lanjut Akhyar, delapan belas orang tersebut menguasai porsi yang sangat besar dari aset nasional.
“Delapan belas orang ini menguasai ekonomi dan aset-aset Indonesia tidak kurang dari delapan puluh dua persen aset seluruh dunia miliknya delapan belas orang ini,” sebutnya.
Ia bahkan menuturkan, dari kelompok tersebut terdapat satu orang dengan penguasaan aset yang sangat dominan.
“Bayangkan. Bahkan dari delapan belas ada satu orang yang asetnya melebih daripada lima puluh satu persen seluruh Indonesia,” terangnya.
(Muhsin/fajar)





