Fenomena Angin Kencang di Jakarta kembali terjadi dan memicu kewaspadaan masyarakat serta pemerintah daerah. Kondisi ini berlangsung bersamaan dengan puncak musim hujan yang umumnya ditandai oleh peningkatan intensitas hujan dan dinamika atmosfer yang lebih aktif. BMKG mencatat bahwa penyebab angin kencang di jakarta bukanlah fenomena tunggal, melainkan hasil interaksi berbagai faktor cuaca.
BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca untuk wilayah Jabodetabek pada periode 15–17 Desember. Peringatan ini menyoroti potensi Angin Kencang di Jakarta dan daerah sekitarnya, meskipun hujan lebat tidak diperkirakan terjadi secara merata.
Pada 15 Desember, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat berpotensi terjadi di Kabupaten Bogor. Sementara itu, potensi angin kencang terpantau di Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Kepulauan Seribu, serta wilayah Tangerang Raya.
Memasuki 16 Desember, hujan di Kabupaten Bogor masih berlanjut dengan intensitas sedang hingga lebat. Wilayah yang berpotensi mengalami angin kencang mulai berkurang, meliputi Jakarta Utara, Kepulauan Seribu, serta sebagian wilayah Tangerang.
Pada 17 Desember, potensi Angin Kencang di Jakarta diperkirakan masih terjadi di wilayah yang relatif sama. Namun, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diproyeksikan meluas ke Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Kepulauan Seribu, Kota Bogor, dan Kota Depok.
BMKG menjelaskan bahwa Penyebab Angin Kencang di Jakarta berkaitan erat dengan dinamika atmosfer pada puncak musim hujan. Beberapa faktor berikut ini adalah penyebab angin kencang di Jakarta.
- Perbedaan Tekanan Udara
Perbedaan tekanan udara yang signifikan terbentuk akibat akumulasi udara lembab dan hangat di wilayah tertentu. Gradien tekanan ini memicu pergerakan massa udara yang lebih cepat, sehingga angin bertiup lebih kencang di permukaan. - Pertumbuhan Awan Konvektif
Awan konvektif berkembang pesat selama periode hujan. Proses konveksi yang kuat menyebabkan perubahan tekanan udara secara cepat, yang kemudian memicu hembusan angin kencang di sekitarnya. - Dinamika Atmosfer Regional
Aktifnya Gelombang Kelvin dan Gelombang Rossby Ekuator di wilayah Samudra Hindia hingga Pulau Jawa mendorong pembentukan awan hujan. Dinamika ini turut memperkuat Penyebab Angin Kencang di Jakarta dan wilayah sekitarnya. - Pengaruh Sistem Siklon Tropis
Keberadaan dua bibit siklon tropis dan satu siklon tropis aktif di sekitar wilayah Indonesia memberikan dampak tidak langsung. Meski sebagian sistem tersebut bergerak menjauhi Indonesia, pengaruhnya tetap terasa dalam bentuk angin kencang dan hujan.
Pada skala global, nilai Dipole Mode Index yang berada pada fase negatif mengindikasikan peningkatan potensi pembentukan awan hujan, terutama di wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi ini didukung oleh suhu muka laut yang relatif hangat.
Sementara itu, fenomena El Niño–Southern Oscillation berada pada kategori netral. Kondisi tersebut tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah timur Indonesia, tetapi tetap berkontribusi pada kestabilan atmosfer nasional.
Kombinasi faktor global dan regional tersebut menciptakan kondisi atmosfer yang lebih dinamis. Situasi ini memperbesar peluang terjadinya Angin Kencang di Jakarta, khususnya saat hujan sedang hingga lebat.
Kejadian Angin Kencang di Jakarta berdampak pada berbagai aktivitas masyarakat. Hembusan angin kuat berpotensi menyebabkan pohon tumbang, gangguan lalu lintas, serta risiko kerusakan bangunan ringan.
Di wilayah pesisir, kondisi angin kencang juga mempengaruhi aktivitas pelayaran dan nelayan. Gelombang yang meningkat mendorong penundaan aktivitas melaut demi menjaga keselamatan.
Pemerintah daerah mengambil langkah antisipatif melalui pemangkasan pohon tua dan peningkatan kesiapsiagaan petugas. Upaya ini dilakukan untuk meminimalkan risiko kerusakan dan menjaga keselamatan publik.




:strip_icc()/kly-media-production/medias/4253782/original/008523100_1670476796-Jepretan_Layar_2022-12-08_pukul_12.17.44.jpg)