Banyak orang memilih jalan mudah saat merasa tidak enak badan di tengah rutinitas sehari-hari, seperti datang ke apotek, membeli obat bebas tanpa resep, lalu berpikir keluhan akan cepat hilang. Batuk, pilek, sakit kepala, demam, atau maag sering dianggap sepele dan bisa diatasi diri sendiri. Padahal istilah “obat bebas”, bukan berarti obat-obatan tersebut dapat aman digunakan sesuka hati tanpa resep. Apoteker memainkan peran penting dalam hal ini.
Obat bebas dan obat bebas terbatas memiliki aturan pakai, dosis, dan risiko efek samping walaupun kedua golongan obat tersebut dapat diperoleh tanpa resep dokter. Namun, masih banyak orang yang merasa obat bebas dapat dikonsumsi layaknya permen yang bisa diminum kapan saja dan sebanyak yang dirasa perlu. Misalnya, penggunaan obat parasetamol dan obat flu. Penggunaan parasetamol yang terlalu banyak atau melebihi batas dosis dapat merusak hati dan menggunakan obat flu kombinasi yang jika dikonsumsi barengan dengan obat lain dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.
Apoteker ada sebagai tenaga kesehatan di bidang obat-obatan untuk membantu masyarakat. Ketika seseorang datang ke apotek dan memberi tahu keluhan yang dialaminya, apoteker tidak hanya menyerahkan obat dari rak. Namun, apoteker akan menanyakan gejala, durasi keluhan, usia pasien, kondisi khusus seperti kehamilan, hingga obat lain yang sedang dikonsumsi oleh pasien. Informasi tersebut perlu diketahui apoteker untuk menentukan apakah obat yang akan diberikan aman digunakan atau justru akan berisiko jika dikonsumsi.
Apoteker berperan dalam membantu memilihkan obat yang sesuai serta memberikan edukasi mengenai obat yang akan dikonsumsi pasien. Cara minum obat, waktu konsumsi, lama penggunaan, serta hal-hal yang harus dihindari sering kali dilewatkan oleh masyarakat. Contohnya, obat maag tertentu sebaiknya dikonsumsi sebelum makan, sedangkan obat lain justru dikonsumsi setelah makan. Kesalahan waktu penggunaan bisa membuat obat tidak bekerja optimal dan malah meningkatkan efek samping.
Masyarakat juga memiliki kebiasaan berhenti mengonsumsi obat saat dirinya sudah merasa membaik, hal ini membuat peran apoteker menjadi semakin penting. Pada beberapa jenis obat, seperti obat yang mengandung zat aktif tertentu, penghentian terlalu cepat bisa mendatangkan keluhan lagi atau tidak tertangani dengan tuntas. Dari sini lah apoteker dapat membantu memastikan obat yang digunakan secara rasional dan bertanggung jawab melalui komunikasi yang baik.
Selain itu, apoteker juga berperan sebagai pemandu terakhir sebelum obat dikonsumsi oleh pasien. Jika terdapat kemungkinan interaksi obat, dosis yang tidak sesuai, atau indikasi yang kurang tepat, apoteker berhak dan wajib memberikan pertimbangan professional. Dalam kondisi tertentu sekali pun, apoteker bisa memberikan saran kepada pasien agar berkonsultasi dengan dokter apabila keluhan tidak dapat ditangani dengan obat bebas.
Terkadang banyak masyarakat yang memanfaatkan rekomendasi dari internet atau media sosial untuk menemukan dan memilih obat di era yang serba teknologi ini. Sayangnya, informasi yang didapat belum tentu selalu akurat dan sesuai dengan kondisi setiap individu. Apoteker menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya untuk membantu kebutuhan masyarakat dalam penggunaan obat-obatan yang aman dan efektif.
Alhasil, penggunaan obat bebas yang bijak tidak terlepas dari peran apoteker. Konsultasi di apotek dapat membantu mengurangi risiko di kemudian hari. Obat baru dapat digunakan untuk penyembuhan jika digunakan dengan cara yang benar. Oleh karena itu, sudah seharusnya apoteker dipandang sebagai tenaga kesehatan dalam memastikan penggunaan obat yang aman dan tepat.



