FAJAR, SEMARANG — Langkah PSIS Semarang di bursa transfer paruh musim Pegadaian Championship Liga 2 2025/2026 kian menunjukkan satu pesan tegas: target kembali ke Super League adalah harga mati. Demi mewujudkan ambisi tersebut, Laskar Mahesa Jenar tanpa ragu “membajak” pemain-pemain berpengalaman dari rival satu grup, Persela Lamongan.
Teranyar, PSIS resmi mengumumkan kedatangan Otavio Dutra, bek naturalisasi yang sarat jam terbang. Pengumuman itu disampaikan dengan gaya khas media sosial klub.
“Desember ‘D’-nya apa? D-nya DUTRA! Selamat datang di PSIS Semarang, Otávio Dutra,” tulis akun Instagram resmi @psisofficial.
Kedatangan Dutra menambah daftar panjang pemain eks Persela yang kini berseragam biru tua. Bersama Persela Lamongan musim ini, Dutra sudah tampil dalam delapan pertandingan dan menjadi figur penting di lini belakang Laskar Joko Tingkir.
Masuknya Dutra juga melengkapi rangkaian rekrutan pemain naturalisasi PSIS pada musim ini. Sehari sebelumnya, manajemen lebih dulu mengumumkan Esteban Vizcarra dan Beto Goncalves. Artinya, dalam waktu singkat PSIS mengamankan tiga nama besar yang pernah menjadi ikon di sepak bola nasional.
Menariknya, ketiganya diboyong langsung dari Persela Lamongan, rival langsung PSIS di Grup II Liga 2. Kondisi ini membuat publik sepak bola menilai PSIS bukan sekadar belanja pemain, tetapi melakukan langkah strategis yang sekaligus melemahkan pesaing.
Efek Domino dari Perubahan Manajemen
Fenomena “eksodus” pemain Persela ke PSIS tidak terjadi tanpa sebab. Salah satu faktor kuat adalah hengkangnya Fariz Julinar dan Datu Nova Fatmawati dari Persela Lamongan untuk mengisi posisi strategis sebagai CEO PSIS Semarang.
Kepindahan dua figur manajemen tersebut membuka jalur komunikasi yang lebih cair antara pemain Persela dan PSIS. Bagi pemain, faktor kenyamanan, kepercayaan, serta kesinambungan karier menjadi pertimbangan utama dalam menerima tawaran.
Sebelum Otavio Dutra, Beto Goncalves, dan Esteban Vizcarra, dua pemain lain lebih dulu menanggalkan jersey biru langit Persela dan mengenakan seragam PSIS, yakni Wawan Febrianto dan Ocvian Chanigio. Keduanya mempertegas kesan bahwa PSIS benar-benar memanfaatkan momentum bursa transfer untuk memperkuat skuad secara agresif.
Delapan Rekrutan, Satu Tujuan
Dengan kedatangan Dutra, PSIS kini sudah mengoleksi delapan pemain baru pada paruh musim ini, yaitu:
Otavio Dutra
Tegar Infantrie
Fahmi Al Ayyubi
Gustur Cahyo
Wawan Febrianto
Ocvian Chanigio
Esteban Vizcarra
Beto Goncalves
Kombinasi tersebut memperlihatkan pola rekrutmen yang jelas: pengalaman, mental juara, dan kualitas Super League. Nama-nama seperti Vizcarra dan Beto Goncalves bukan sekadar pemain senior, tetapi figur yang terbiasa menghadapi tekanan pertandingan besar.
Otavio Dutra sendiri dikenal sebagai bek tangguh dengan kepemimpinan kuat. Pengalamannya bersama Persipura Jayapura, Bhayangkara FC, hingga Persela Lamongan membuatnya menjadi sosok ideal untuk mengawal lini belakang PSIS yang kerap goyah di putaran pertama.
Sementara itu, Vizcarra dan Beto diharapkan menjadi pembeda di lini depan. Keduanya memiliki naluri gol dan visi permainan yang dapat mengangkat efektivitas serangan PSIS.
Taruhan Besar Bernama Ambisi
Langkah agresif PSIS Semarang jelas bukan tanpa risiko. Integrasi banyak pemain baru dalam waktu singkat berpotensi mengganggu chemistry tim. Namun di sisi lain, situasi klasemen memaksa manajemen mengambil keputusan berani.
PSIS Semarang saat ini masih tertahan di papan bawah dan terancam gagal bersaing jika tak melakukan perubahan signifikan. Dengan kompetisi yang ketat dan hanya sedikit margin kesalahan, pengalaman pemain-pemain senior dinilai lebih krusial dibanding sekadar pengembangan jangka panjang.
Di sinilah keputusan “membajak” pemain Persela Lamongan menjadi relevan. Selain menambah kekuatan sendiri, PSIS secara tidak langsung mengurangi kedalaman skuad pesaing langsung dalam perebutan tiket promosi.
Tekanan Kini Berpindah ke Lapangan
Dengan komposisi skuad yang kian gemuk dan bertabur nama besar, tekanan kini sepenuhnya berada di atas lapangan. Publik Semarang tentu tak lagi menerima alasan adaptasi atau transisi.
PSIS Semarang sudah menunjukkan keseriusan di bursa transfer. Kini, konsistensi permainan dan hasil positif menjadi satu-satunya pembuktian.
Liga 2 2025/2026 pun memasuki fase krusial. Jika mesin PSIS benar-benar “meledak” sesuai harapan, langkah membajak bintang Persela Lamongan akan dikenang sebagai keputusan tepat. Namun jika gagal, strategi agresif ini justru berpotensi menjadi bumerang.
Satu hal yang pasti, PSIS Semarang telah mengirim pesan keras ke seluruh pesaing: mereka siap melakukan apa pun demi kembali ke Super League.



