REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perilaku konsumsi anak-anak sekolah mulai menunjukkan perubahan positif seiring pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan hampir satu tahun terakhir. Transformasi kebiasaan makan tersebut berdampak langsung pada perbaikan profil kesehatan siswa, yang tercermin dari peningkatan status gizi serta normalisasi Indeks Massa Tubuh (IMT) penerima manfaat MBG di berbagai daerah.
Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ikeu Tanziha, mengungkapkan kehadiran MBG menjadi solusi atas persoalan kebiasaan jajan sembarangan yang kerap mengancam kesehatan anak-anak dan remaja di Indonesia.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- Peran Ibu Jadi Fondasi Pembudayaan Pancasila
- Prudential Syariah dan Muhammadiyah Bekali Mahasiswa Literasi Keuangan Syariah
- Ditjen Pajak Uji Coba Coretax Dua Kali, Siap Hadapi Lonjakan Lapor SPT
Menurut Ikeu, MBG memiliki peran penting dalam menyeimbangkan IMT peserta didik. Data menunjukkan adanya perbaikan signifikan pada anak-anak yang sebelumnya mengalami masalah gizi.
“Anak-anak yang tadinya masuk kategori sangat kurus naik menjadi kurus ringan, bahkan masuk kategori normal. Di sisi lain, anak dengan kelebihan berat badan (overweight) mengalami penurunan IMT menuju berat badan ideal,” ujar Ikeu dalam keterangan, Jumat (19/12/2025).
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Fenomena tersebut terjadi karena rasa kenyang yang diperoleh dari porsi MBG yang terukur. “Karena mereka merasa kenyang dengan makanan bergizi, keinginan untuk jajan sembarangan yang tinggi garam, gula, dan lemak (GGL) menjadi berkurang drastis,” tambahnya.

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5427371/original/077101000_1764383724-BORNEO_FC.jpg)

