Bisnis.com, JAKARTA – Pertamina Group terus menunjukkan komitmen dalam membantu masyarakat terdampak bencana banjir yang melanda wilayah provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat sejak 26 November 2025 lalu.
Melalui program Pertamina Peduli, bantuan terus disalurkan berupa kebutuhan pokok dan berbagai dukungan logistik kepada masyarakat terdampak bencana. Bantuan tersebut diharapkan mendukung pemulihan masyarakat pascabencana.
Kali ini, PT Pertamina International Shipping (PIS) sebagai bagian dari Pertamina Group menyalurkan bantuan bagi masyarakat terdampak di Kabupaten Aceh Tamiang. Bantuan tahap ke-6 ini diserahkan langsung oleh relawan PIS dan jajaran direksi dan komisaris PIS.
Pjs. Corporate Secretary PIS, Vega Pita menjelaskan komitmennya membantu proses pemulihan pasca bencana dengan menggerakkan armada kapal dan sumber daya logistik secara optimal.
“Dengan begitu,bantuan dapat sampai tepat waktu dan masyarakat terdampak dapat segera mendapatkan dukungan yang dibutuhkan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (21/12/2025)
Adapun bantuan yang disalurkan mencakup bahan makanan, kebutuhan bayi, perlengkapan mandi, selimut, perlengkapan kesehatan, kebutuhan pribadi, perlengkapan ibadah, dan kebutuhan dapur. Penyaluran bantuan dilakukan melalui jalur darat, udara, serta laut.
Baca Juga
- Libur Nataru, Pertamina Siapkan Motorist hingga Dispenser Portable
- Pertamina Patra Niaga Bangun SPBU Nelayan Pertama Milik Koperasi Desa di Bangka
- Pertamina Kerahkan Transportasi Multimoda, Penyaluran BBM Tembus Takengon
Sebelumnya, PIS juga mengoptimalkan kapal tanker milik perusahaan untuk turut menyalurkan logistik bantuan, yakni kapal MT Kasim dan MT Kamojang, dengan tujuan pengiriman ke Sibolga, Belawan, Lhokseumawe, dan Pangkalan Susu. Pemanfaatan jalur laut ini melengkapi distribusi darat dan udara untuk menjangkau wilayah terdampak secara lebih cepat dan merata.
Distribusi BBM
Selain itu, dengan mengerahkan transportasi dengan berbagai armada (multi-moda), PT Pertamina Patra Niaga berhasil memasuki wilayah Takengon. Pada Jumat (19/12), mobil tangki BBM Pertamina memasuki ibu kota Kabupaten Aceh Tengah ini, meski akses jalan masih terbatas akibat kerusakan infrastruktur pascabencana.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumatra Bagian Utara Fahrougi Andriani Sumampouw mengungkapkan, pengangkutan BBM yang berasal dari Integrated Terminal Medan, dilakukan melalui jalur udara menggunakan pesawat Air Tractor dari Bandara Kualanamu, Medan, menuju Bandara Rembele, Kabupaten Bener Meriah.
Setibanya di Bandara Rembele, BBM dipindahkan oleh petugas ke mobil tangki berukuran medium 8.000 kiloliter (KL), untuk selanjutnya didistribusikan melalui jalur darat ke SPBU dan posko penanganan bencana di Bener Meriah dan Takengon. Mobil tangki medium digunakan untuk mempermudah manuver melalui jalan yang masih terbatas.
“Distribusi BBM dari Bandara Rembele menuju Aceh Tengah menggunakan mobil tangki menempuh waktu sekitar satu jam. Saat ini, kondisi jalur dari Bandara Rembele menuju Aceh Tengah relatif aman dan dapat dilalui oleh mobil tangki,” ujar Fahrougi.
Fahrougi menjelaskan, sebanyak 29.500 liter BBM tiba di Takengon. Dari pasokan tersebut, sejumlah 13.500 liter BBM yang terdiri Pertalite dan Biosolar, dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di SPBU.
Sementara, 16.000 liter BBM jenis Pertalite dan Biosolar dialokasikan untuk posko penanganan darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Komandan Distrik Militer (Kodim) untuk penanganan pascabencana.
“Penyaluran BBM menjangkau empat SPBU, yakni dua SPBU di Kabupaten Bener Meriah dan dua SPBU di Takengon. Kami berharap pasokan ini dapat menjaga kebutuhan energi bagi masyarakat, di tengah keterbatasan akses jalan,” ujarnya.
Sejauh ini, masih terdapat sejumlah ruas jalan yang tertimbun longsor serta beberapa jembatan yang terputus, sehingga jalur reguler distribusi BBM dari Lhokseumawe menuju Aceh Tengah belum dapat beroperasi secara optimal.
Rig Bantu Kelistrikan
Tidak hanya mendorong distribusi BBM, Pertamina juga mendukung akses energi masyarakat melalui operasional Rig PDSI#19.1 sebagai sumber listrik.
Malam di Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, terasa lebih panjang sejak bencana melanda. Tanpa listrik dan tanpa sinyal, gelap datang lebih cepat, menyisakan kecemasan di rumah-rumah warga. Namun di luar area Rig PDSI#19.1, cahaya tetap menyala, menjadi penanda kecil bahwa harapan belum sepenuhnya padam.
Setiap malam, warga dari enam desa berdatangan membawa ponsel, powerbank, senter, dan lampu darurat. Mereka mengantre dengan sabar, menunggu giliran mengisi daya. Bagi mereka, baterai penuh bukan sekadar soal teknologi, melainkan cara untuk kembali terhubung dengan keluarga dan memastikan kabar keselamatan.
Rig Superintendent Pertamina Drilling, Surya Budiman, mengatakan inisiatif tersebut lahir dari kebutuhan mendesak masyarakat sekitar.
“Sejak awal bencana, listrik dan sinyal mati. Padahal warga sangat membutuhkan ponsel untuk mengabarkan kondisi mereka kepada keluarga. Kami hanya berusaha membantu sebisanya,” ujar Surya.
Sejak bencana banjir bandang melanda wilayah Aceh Tamiang, Rig PDSI#19.1 tengah berada dalam kondisi shutdown sejak 26 November 2025 dan kembali beroperasi pada 16 Desember 2025. Meski demikian, proses pengisian daya dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan.
“Pengisian kami lakukan di area aman, di luar kawasan kerja rig. Hampir setiap malam ada lebih dari 100 orang yang datang,” katanya.




