Petani Milenial Bersyukur Jadi Pemasok Sayur MBG, Omzet Naik 100%

kumparan.com
2 jam lalu
Cover Berita

Sudah tiga tahun Aditya Dwi Saputra merintis pertanian hidroponik di kampungnya. Selama ini hanya sekitar 7 hingga 8 kilogram selada yang diproduksinya dalam setiap kali panen. Namun sejak diminta menjadi pemasok sayuran ke dapur Makan Bergizi Gratis (MBG), omzetnya meningkat 100 persen.

“Saya bekerja sama dengan dua dapur SPPG (Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi). Jika selama ini saya hanya bisa panen 7 sampai 8 kilogram saja, sekarang setiap hari saya bisa memasok 15 kg selada hidroponik per dapur,” kata Aditya, saat ditemui di kebun hidroponiknya, di Dusun Baliboto, Desa Pucang Anom, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, akhir pekan lalu.

Aditya mengaku usaha pertanian hidroponiknya sangat terbantu setelah menjadi pemasok sayuran program MBG. Sebab, selama ini dia sering kebingungan saat menjual produk sayurnya. Karena mengandalkan kualitas, selada produksinya dijual dengan harga 20 ribu per kilogram, jadi lebih tinggi dari harga pasar. “Dengan bekerja sama dengan SPPG kami mendapatkan keuntungan yang pasti,” ujarnya.

Karena omzet meningkat, Aditya mulai memikirkan perluasan kebun hidroponiknya, untuk meningkatkan produksi. Apalagi, pesanan sayuran kini tak hanya dari lokal Madiun. Beberapa SPPG dari kota-kota lain pun mulai menghubunginya. “Saya sedang mempersiapkan lahan hidroponik untuk produksi pakcoy,” ujarnya.

Penambahan permintaan sayur dari kebun hidroponiknya sangat disyukuri Aditya. Sebab, saat ini dia bisa mempekerjakan kawan-kawan seusianya. Apalagi kebun hidroponik baru yang sedang disiapkannya juga membutuhkan tenaga kerja tersendiri. “Untuk pemeliharaan dan pemanenan, sekarang ini ada dua orang yang bekerja di kebun,” ujar petani milenial itu.

Karena itu, Aditya pun berjanji untuk tetap menjaga kualitas produk sayuran segarnya. Sebab, dengan keuntungan yang didapatkannya saat ini saja, dia merasa sudah sangat beruntung. Dia berharap, dengan patokan harga yang pasti, konsumen akan tetap memilih sayur sehat darinya. “Kalaupun terjadi kenaikan harga, sampai saat ini saya tetap mematok harga sayuran saya 20 ribu per kilogram,” ujarnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Gambaran Kinerja Terbaru AADI, Bagaimana Nasib Dividen 2026?
• 5 jam lalukatadata.co.id
thumb
NTT Mart Labuan Bajo Diusulkan Jadi Etalase UMKM NTT
• 20 jam lalurepublika.co.id
thumb
Kurangi Risiko Bencana, Pemkot Surabaya Cek Kekuatan Pohon dengan Alat Khusus
• 9 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Pemerintah Siapkan PP Buntut Perpol Nomor 10 yang Bersoal, Herwin Sudikta: Negara Hukum atau Negara Selera?
• 10 jam lalufajar.co.id
thumb
Santa Claus Rally Menggoda, Long Weekend Was-Was: Buy atau Kabur Dulu?
• 16 jam lalucnbcindonesia.com
Berhasil disimpan.